Citizen6, Jakarta: Pasca momentum peringatan peristiwa G30SPKl, kegiatan kelompok kiri atau kelompok anti status quo terus mewarnai perkembangan situasi politik dan sosial di dalam negeri. Dalam kaitan ini, sejumlah elemen gerakan kiri seperti Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan) dan Komite Rakyat Bersatu (KRB) mendukung gerakan aksi mogok nasional buruh pada akhir bulan Oktober 2013.
Sementara itu, kelompok kiri yang bergerak di bidang kemahasiswaan, pemuda, dan buruh yang bergabung dengan elemen gerakan lain dalam satu wadah lndonesian People's Alliance (lPA) melakukan aksi menolak pelaksanaan event KTT APEC 2013 di Bali. Dengan alasan bahwa pertemuan tersebut hanya dijadikan legitimasi oleh pemerintah untuk menggadaikan dan menjual negeri demi kepentingan asing. Direncanakan aksi penolakan dari IPA tersebut akan berlanjut hingga pelaksanaan KTM WTO Ke-9 pada Desember 2013 di Bali.
Sedangkan, kelompok kiri yang menjadi korban Orde Baru ataupun mereka yang "dituduh" pernah terlibat PKI juga terus berkonsolidasi, dimana mereka mengubah nama organisasinya, dan sekarang ini masih terfokus pada pembenahan internal, di antaranya penyempurnaan AD/ART. Sedangkan untuk memperkuat organisasi, mereka mengundang para tokoh atau aktivis kiri senior berinisial "TSL" yang merupakan mantan organisasi rakyat yang didirikan PKI yaitu Pemuda Rakyat'65 Pekalongan yang nota bene merupakan kader dari mendiang tokoh PKI, Sudisman dan "TST" yang tercatat sebagai simpatisan atau donatur. Yang bersangkutan juga bekas anggota MAHID '65 serta mantan CGMI untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman terhadap jajaran pengurus, sehingga ke depan diharapkan organisasi mereka dapat tampil menjadi koordinator dari organisasi-organisasi yang berfaham kiri, yang terkonsolidasi di segala lini kehidupan masyarakat.
Kaderisasi dan Dukungan Asing
Selain melakukan konsolidasi dan pembenahan internal organisasi, para aktivis atau tokoh senior yang tergabung dalam beragam kelompok kiri di Indonesia juga terus menerus secara intens melakukan kaderisasi dan memberikan pendidikan politik bagi generasi muda kiri, untuk memelihara dan meningkatkan militansi mereka. Hal ini terbukti dalam penyelenggarakan pendidikan politik bagi calon anggotanya kelompok kiri di awal Oktober 2013, di rumah salah satu sekretaris jenderal organisasi tersebut di Kota Surabaya.
Tidak hanya itu saja, mereka juga melakukan upaya penyatuan faksi-faksi dalam tubuh gerakan kiri di Indonesia yang dilaksanakan di Jakarta ataupun Pati, Jawa Tengah pada pertengahan Oktober sampai minggu keempat Oktober 2013 dengan dengan melibatkan para tokoh PKI atau gerakan kiri yang masih hidup. Seperti SU, BR yang juga tercatat sebagai warga negara Jerman, SD yang juga mantan Tapol '65, serta diikuti oleh kalangan cucu-cucu mereka.
Konon, rumors yang beredar di kalangan kelompok gerakan kiri adalah upaya penyatuan tersebut muncul dari desakan para tokoh partai di sejumlah daerah yang sangat merindukan kembali kebangkitan partai. Untuk mencapainya hanya satu cara yang harus dilakukan yaitu membangun kembali partai dengan cara membentuk satu wadah yang memiliki otoritas besar untuk dapat menyatukan gerak dan langkah seluruh tokoh dan kader partai serta tetap menggunakan nama PKl.
Menyadari setiap perjuangan selain memerlukan dukungan moral dan juga keuangan atau finansial, maka kelompok gerakan kiri juga tidak kesulitan dalam mendapatkan dukungan moral maupun finansial dari aktivis kiri yang tinggal di luar negeri. Seperti yang mereka peroleh dari organisasi bernama "SI" yang bermarkas di Perancis yang memberikan bantuan modal kepada mantan Tapol/Napol tahun 1965, serta mendukung atau mensponsori setiap kegiatan pertemuan dengan para aktivis/tokoh kiri di berbagai daerah di Solo, Klaten, Kendal, Wonogiri, Pacitan, Magetan, dan Malang.
Salah satu tokoh mereka dalam berbagai pertemuan selalu mengatakan, saat ini diperlukan sebuah kekuatan bersama yang melibatkan generasi muda dan tokoh tua untuk membangun kembali struktur organisasi partai yang telah hancur pasca peristiwa 1965. Meskipun rencana pertemuan generasi muda kiri di Yogyakarta pada 27 Oktober 2013 telah dibubarkan paksa oleh Front Anti Komunis lndonesia (FAKI).
Kelompok kiri yang dikoordinir oleh tokohnya bernama "STM" yang pernah tinggal di Inggris, namun sekarang tinggal di Surabaya ini, juga akan akan melakukan pemutaran film Ihe Act Of Killing di SLTA, kampus, dan berbagai daerah di lndonesia sebagai upaya propaganda untuk mengaburkan sejarah PKI dan membentuk opini para generasi muda bahwa PKI telah didzalimi.
Strategi propaganda untuk merekonstruksi peristiwa G3OS/PKI juga sudah dilakukan melalui diskusi "Bedah Persepsi Anti PKI:Gugat TAP MPRS 2511966, Pelarangan PK|/Marxisme Leninisme lnkonstitusional". Kesimpulan diskusi tersebut menurut penulis adalah panitia diskusi berupaya menciptakan image bahwa PKI tidak terlibat kudeta, karena sebenarnya seluruh peristiwa yang terjadi pada tahun 65 merupakan rekayasa kubu Soeharto untuk menggulingkan Soekarno.
Dalam perspektif intelijen strategis, terkonsolidasinya gerakan kiri di Indonesia sudah berpotensi menimbulkan ancaman, walaupun dalam kadar ancaman yang bersifat "minor", karena kegiatan mereka belum berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan situasi dan kondisi nasional. Meskipun demikian, penulis menggarisbawahi bahwa adanya konsistensi perjuangan kelompok kiri melalui beragam kegiatan dan modus operandi perlu diwaspadai oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia yang tidak menginginkan kebangkitan ajaran ideologi komunis di Indonesia. Karena tugas ini tidak semata-mata tugas dari aparat pemerintah saja, melainkan tugas seluruh rakyat Indonesia. (Datuak Alat Tjumano/mar)
Datuak Alat Tjumano, peneliti senior di Forum Dialog (Fordial) dan pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Sementara itu, kelompok kiri yang bergerak di bidang kemahasiswaan, pemuda, dan buruh yang bergabung dengan elemen gerakan lain dalam satu wadah lndonesian People's Alliance (lPA) melakukan aksi menolak pelaksanaan event KTT APEC 2013 di Bali. Dengan alasan bahwa pertemuan tersebut hanya dijadikan legitimasi oleh pemerintah untuk menggadaikan dan menjual negeri demi kepentingan asing. Direncanakan aksi penolakan dari IPA tersebut akan berlanjut hingga pelaksanaan KTM WTO Ke-9 pada Desember 2013 di Bali.
Sedangkan, kelompok kiri yang menjadi korban Orde Baru ataupun mereka yang "dituduh" pernah terlibat PKI juga terus berkonsolidasi, dimana mereka mengubah nama organisasinya, dan sekarang ini masih terfokus pada pembenahan internal, di antaranya penyempurnaan AD/ART. Sedangkan untuk memperkuat organisasi, mereka mengundang para tokoh atau aktivis kiri senior berinisial "TSL" yang merupakan mantan organisasi rakyat yang didirikan PKI yaitu Pemuda Rakyat'65 Pekalongan yang nota bene merupakan kader dari mendiang tokoh PKI, Sudisman dan "TST" yang tercatat sebagai simpatisan atau donatur. Yang bersangkutan juga bekas anggota MAHID '65 serta mantan CGMI untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman terhadap jajaran pengurus, sehingga ke depan diharapkan organisasi mereka dapat tampil menjadi koordinator dari organisasi-organisasi yang berfaham kiri, yang terkonsolidasi di segala lini kehidupan masyarakat.
Kaderisasi dan Dukungan Asing
Selain melakukan konsolidasi dan pembenahan internal organisasi, para aktivis atau tokoh senior yang tergabung dalam beragam kelompok kiri di Indonesia juga terus menerus secara intens melakukan kaderisasi dan memberikan pendidikan politik bagi generasi muda kiri, untuk memelihara dan meningkatkan militansi mereka. Hal ini terbukti dalam penyelenggarakan pendidikan politik bagi calon anggotanya kelompok kiri di awal Oktober 2013, di rumah salah satu sekretaris jenderal organisasi tersebut di Kota Surabaya.
Tidak hanya itu saja, mereka juga melakukan upaya penyatuan faksi-faksi dalam tubuh gerakan kiri di Indonesia yang dilaksanakan di Jakarta ataupun Pati, Jawa Tengah pada pertengahan Oktober sampai minggu keempat Oktober 2013 dengan dengan melibatkan para tokoh PKI atau gerakan kiri yang masih hidup. Seperti SU, BR yang juga tercatat sebagai warga negara Jerman, SD yang juga mantan Tapol '65, serta diikuti oleh kalangan cucu-cucu mereka.
Konon, rumors yang beredar di kalangan kelompok gerakan kiri adalah upaya penyatuan tersebut muncul dari desakan para tokoh partai di sejumlah daerah yang sangat merindukan kembali kebangkitan partai. Untuk mencapainya hanya satu cara yang harus dilakukan yaitu membangun kembali partai dengan cara membentuk satu wadah yang memiliki otoritas besar untuk dapat menyatukan gerak dan langkah seluruh tokoh dan kader partai serta tetap menggunakan nama PKl.
Menyadari setiap perjuangan selain memerlukan dukungan moral dan juga keuangan atau finansial, maka kelompok gerakan kiri juga tidak kesulitan dalam mendapatkan dukungan moral maupun finansial dari aktivis kiri yang tinggal di luar negeri. Seperti yang mereka peroleh dari organisasi bernama "SI" yang bermarkas di Perancis yang memberikan bantuan modal kepada mantan Tapol/Napol tahun 1965, serta mendukung atau mensponsori setiap kegiatan pertemuan dengan para aktivis/tokoh kiri di berbagai daerah di Solo, Klaten, Kendal, Wonogiri, Pacitan, Magetan, dan Malang.
Salah satu tokoh mereka dalam berbagai pertemuan selalu mengatakan, saat ini diperlukan sebuah kekuatan bersama yang melibatkan generasi muda dan tokoh tua untuk membangun kembali struktur organisasi partai yang telah hancur pasca peristiwa 1965. Meskipun rencana pertemuan generasi muda kiri di Yogyakarta pada 27 Oktober 2013 telah dibubarkan paksa oleh Front Anti Komunis lndonesia (FAKI).
Kelompok kiri yang dikoordinir oleh tokohnya bernama "STM" yang pernah tinggal di Inggris, namun sekarang tinggal di Surabaya ini, juga akan akan melakukan pemutaran film Ihe Act Of Killing di SLTA, kampus, dan berbagai daerah di lndonesia sebagai upaya propaganda untuk mengaburkan sejarah PKI dan membentuk opini para generasi muda bahwa PKI telah didzalimi.
Strategi propaganda untuk merekonstruksi peristiwa G3OS/PKI juga sudah dilakukan melalui diskusi "Bedah Persepsi Anti PKI:Gugat TAP MPRS 2511966, Pelarangan PK|/Marxisme Leninisme lnkonstitusional". Kesimpulan diskusi tersebut menurut penulis adalah panitia diskusi berupaya menciptakan image bahwa PKI tidak terlibat kudeta, karena sebenarnya seluruh peristiwa yang terjadi pada tahun 65 merupakan rekayasa kubu Soeharto untuk menggulingkan Soekarno.
Dalam perspektif intelijen strategis, terkonsolidasinya gerakan kiri di Indonesia sudah berpotensi menimbulkan ancaman, walaupun dalam kadar ancaman yang bersifat "minor", karena kegiatan mereka belum berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan situasi dan kondisi nasional. Meskipun demikian, penulis menggarisbawahi bahwa adanya konsistensi perjuangan kelompok kiri melalui beragam kegiatan dan modus operandi perlu diwaspadai oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia yang tidak menginginkan kebangkitan ajaran ideologi komunis di Indonesia. Karena tugas ini tidak semata-mata tugas dari aparat pemerintah saja, melainkan tugas seluruh rakyat Indonesia. (Datuak Alat Tjumano/mar)
Datuak Alat Tjumano, peneliti senior di Forum Dialog (Fordial) dan pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.