Citizen6, Pati: Nasi gandul adalah masakan khas yang berasal dari daerah Pati, Jawa Tengah. Nasi Gandul sendiri merupakan nasi yang disiram dengan kuah bersantan yang mirip dengan kuah semur, dan diberi lauk seperti daging, babat, kulit, tempe goreng, perkedel, telur bacem ataupun lidah sapi. Rasa dari nasi gandul sedikit manis, namun juga masih terdapat unsur asin di dalamnya.
Dinamakan nasi gandul karena pada awalnya penjual masakan ini membawa barang dagangannya dengan cara dipanggul dengan menggunakan bambu yang di ujung-ujung bambunya diikatkan bakul nasi pada satu sisi dan kuali tempat kuah pada sisi yang lain. Sehingga saat penjual masakan ini berjalan memanggul bambu di pundaknya, kedua sisi bambu ini bergantungan bakul nasi dan kuali kuah secara menggantung (gandul).
Pada awalnya penjual nasi gandul ini berasal dari Desa Gajah Mati, Pati. Itulah sebabnya sering ditemui kata-kata nasi gandul gajah mati. Walaupun pada akhirnya banyak ditemui penjual nasi gandul yang tidak berasal dari Desa Gajah Mati, tetap menuliskan kata Desa Gajah Mati pada spanduk tempat makan mereka.
Cara penyajian nasi gandul ini tergolong unik, karena dalam penyajiannya piring dialasi dengan daun pisang. Cara memakan nasi gandul juga tidak menggunakan sendok, melainkan menggunakan suru, yaitu daun pisang yang dipotong memanjang dan dilipat dua untuk digunakan sebagai pengganti sendok. Namun biasanya para penjual nasi gandul tetap menyediakan sendok maupun garpu untuk persiapan apabila pembeli tidak dapat menggunakan suru. (mar)
Penulis
Safira Maharani
Pati, firraxxx@gmail.com
Disclaimer
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Dinamakan nasi gandul karena pada awalnya penjual masakan ini membawa barang dagangannya dengan cara dipanggul dengan menggunakan bambu yang di ujung-ujung bambunya diikatkan bakul nasi pada satu sisi dan kuali tempat kuah pada sisi yang lain. Sehingga saat penjual masakan ini berjalan memanggul bambu di pundaknya, kedua sisi bambu ini bergantungan bakul nasi dan kuali kuah secara menggantung (gandul).
Pada awalnya penjual nasi gandul ini berasal dari Desa Gajah Mati, Pati. Itulah sebabnya sering ditemui kata-kata nasi gandul gajah mati. Walaupun pada akhirnya banyak ditemui penjual nasi gandul yang tidak berasal dari Desa Gajah Mati, tetap menuliskan kata Desa Gajah Mati pada spanduk tempat makan mereka.
Cara penyajian nasi gandul ini tergolong unik, karena dalam penyajiannya piring dialasi dengan daun pisang. Cara memakan nasi gandul juga tidak menggunakan sendok, melainkan menggunakan suru, yaitu daun pisang yang dipotong memanjang dan dilipat dua untuk digunakan sebagai pengganti sendok. Namun biasanya para penjual nasi gandul tetap menyediakan sendok maupun garpu untuk persiapan apabila pembeli tidak dapat menggunakan suru. (mar)
Penulis
Safira Maharani
Pati, firraxxx@gmail.com
Disclaimer
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com