Citizen6, Jakarta: KRL Commuter Line saat ini telah menjadi salah satu pilihan transportasi utama warga Jabodetabek untuk melakukan aktivitas sehari-hari agar terhindar dari kemacetan.
Hal ini tentunya disambut baik oleh pengguna moda transportasi ini. Menjadi baik, karena pemerintah juga sedang gencar-gencarnya mengalihkan para pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, seperti Transjakarta maupun commuter line untuk mengurangi kemacetan ibukota yang telah sekian lama menjadi pekerjaan baru bagi setiap Walikota Jakarta yang baru dan wakilnya.
Dibuktikan dengan adanya penambahan jumlah armada Bus Transjakarta dan saat ini sedang dikerjakan proyek konstruksi monorail di beberapa ruas titik jalanan ibukota.
Berbicara tentang commuter line, setiap harinya pengguna setia transportasi ini semakin bertambah jumlahnya, terlebih di saat jam pagi dan sore hari saat pulang kerja. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan penambahan jumlah KRL, sehingga setiap harinya kita bisa melihat penumpukan penumpang terjadi di stasiun.
Terlebih lagi kondisi di dalam kereta. Berdesak-desakan, saling dorong saat mau keluar dan masuk kereta, ditambah AC dan kipas angin yang sering tidak berfungsi dengan baik, telah menjadi rutinitas wajib yang harus dihadapi oleh para penumpang KRL. Tak jarang pula kasus seperti pelecehan pun terjadi.
Adanya gerbong wanita pada bagian depan dan belakang commuter line, sangat membantu sekali, khususnya bagi para penumpang wanita yang ingin merasakan kenyamanan dan rasa aman sampai ke tujuan. Hal ini nampak jelas terlihat dari kerumunan penumpang wanita yang selalu berkumpul di masing-masing ujung gerbong KRL setiap pulang kantor, seperti di Stasiun Sudirman atau Dukuh Atas.
Bagi wanita yang terbiasa naik KRL Comuter Line di gerbong khusus cewek, jadi selalu merasa tak aman saat masuk gerbong campuran. Seperti yang dirasakan Yule, pada Selasa 18 Februari 2014. Karena gerbong wanita sudah terlalu padat, gerbong lain menjadi satu-satunya pilihan.
"Sebenarnya sih risih, karena di dominasi kaum cowok. Tapi kalau di jam kerja kan penuh biasanya. Terkadang ada dari mereka yang ngasih tempat buat penumpang perempuan," katanya.
Bagaimana tidak grogi gerbong campuran didominasi para lelaki, yang bagi wanita menjadi perhatian para lelaki di gerbong tentu jadi tidak nyaman.
Dari pengalaman ini, semoga pemerintah bisa menambah gerbong khusus wanita dengan fasilitas yang lebih baik. Seperti pendingin udara yang tidak sering mati. (Tim Citizen6/igw)
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Hal ini tentunya disambut baik oleh pengguna moda transportasi ini. Menjadi baik, karena pemerintah juga sedang gencar-gencarnya mengalihkan para pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, seperti Transjakarta maupun commuter line untuk mengurangi kemacetan ibukota yang telah sekian lama menjadi pekerjaan baru bagi setiap Walikota Jakarta yang baru dan wakilnya.
Dibuktikan dengan adanya penambahan jumlah armada Bus Transjakarta dan saat ini sedang dikerjakan proyek konstruksi monorail di beberapa ruas titik jalanan ibukota.
Berbicara tentang commuter line, setiap harinya pengguna setia transportasi ini semakin bertambah jumlahnya, terlebih di saat jam pagi dan sore hari saat pulang kerja. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan penambahan jumlah KRL, sehingga setiap harinya kita bisa melihat penumpukan penumpang terjadi di stasiun.
Terlebih lagi kondisi di dalam kereta. Berdesak-desakan, saling dorong saat mau keluar dan masuk kereta, ditambah AC dan kipas angin yang sering tidak berfungsi dengan baik, telah menjadi rutinitas wajib yang harus dihadapi oleh para penumpang KRL. Tak jarang pula kasus seperti pelecehan pun terjadi.
Adanya gerbong wanita pada bagian depan dan belakang commuter line, sangat membantu sekali, khususnya bagi para penumpang wanita yang ingin merasakan kenyamanan dan rasa aman sampai ke tujuan. Hal ini nampak jelas terlihat dari kerumunan penumpang wanita yang selalu berkumpul di masing-masing ujung gerbong KRL setiap pulang kantor, seperti di Stasiun Sudirman atau Dukuh Atas.
Bagi wanita yang terbiasa naik KRL Comuter Line di gerbong khusus cewek, jadi selalu merasa tak aman saat masuk gerbong campuran. Seperti yang dirasakan Yule, pada Selasa 18 Februari 2014. Karena gerbong wanita sudah terlalu padat, gerbong lain menjadi satu-satunya pilihan.
"Sebenarnya sih risih, karena di dominasi kaum cowok. Tapi kalau di jam kerja kan penuh biasanya. Terkadang ada dari mereka yang ngasih tempat buat penumpang perempuan," katanya.
Bagaimana tidak grogi gerbong campuran didominasi para lelaki, yang bagi wanita menjadi perhatian para lelaki di gerbong tentu jadi tidak nyaman.
Dari pengalaman ini, semoga pemerintah bisa menambah gerbong khusus wanita dengan fasilitas yang lebih baik. Seperti pendingin udara yang tidak sering mati. (Tim Citizen6/igw)
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.