Citizen6, Jakarta: Setiap orang pernah mengalami masa bocah. Menyambut weekend ini, tak salah jika kita memutar waktu kembali ketika masih kanak-kanak, memainkan permainan tradisional yang sekarang mulai dilupakan.
Layang-layang pertama kali ditemukan 5 abad sebelum kelahiran Isa Almasih oleh para ilmuan Yunani. Dugaan lain, layang-layang sudah dikenal di China 200 tahun sebelum masehi.
Berawal dari Endang W. Puspoyo seorang pakar kecantikan yang menyukai dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Galery yang bergerak di bidang layang-layang. Kecintaannya pada layang-layang membuat beliau tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia.
Kiprahnya dalam mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia membuat museum ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pemecahan rekor pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang berbentuk diamond terbesar pada 2011 serta penghargaan kepariwisataan Indonesia pada 2004, yang diberikan oleh I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.
Museum yang bertempat di Jalan H Kamang Pondok Labu, Jakarta Selatan ini berdiri sejak 21 Maret 2003. Didirikannya museum ini bertujuan untuk melestarikan budaya layang-layang tradisional yang unik dari setiap wilayah Indonesia.
Memiliki konsep yang berbeda dibandingkan dengan museum yang ada di Jakarta, museum layang layang menghadirkan suasana yang konsep tradiosional di Indonesia seperti rumah Joglo.
Museum yang dibuka setiap hari ini menyimpan cukup banyak koleksi layang layang dari berbagai daerah, bahakan koleksi dari berbagai negara. Tidak hanya melihat koleksi layang layang disini menyajikan audiovisual yang isinya sejarah layang layang serta cara yang benar untuk menerbangkannya.
Dengan tiket RP 10 ribu per orang, Anda sudah bisa menikmati audiovisual, tour museum dan juga membuat layang layang sendiri. Di sini pengunjung dituntut membuat dan mengkreasikan layang layangnya sendiri, hasil karya yang dibuat sendiri bisa dibawa pulang untuk kenang kenangan.
Sebuah alternatif tempat bermain di Jakarta selain mall. (Igw)
Penulis:
Yulia Yulee
Baca Juga:
Nebengers, Menambah Sahabat, Mengurangi Macet
Kopling, Paduan Antara Kenikmatan Kopi dan Seni
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Layang-layang pertama kali ditemukan 5 abad sebelum kelahiran Isa Almasih oleh para ilmuan Yunani. Dugaan lain, layang-layang sudah dikenal di China 200 tahun sebelum masehi.
Berawal dari Endang W. Puspoyo seorang pakar kecantikan yang menyukai dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Galery yang bergerak di bidang layang-layang. Kecintaannya pada layang-layang membuat beliau tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia.
Kiprahnya dalam mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia membuat museum ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk pemecahan rekor pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang berbentuk diamond terbesar pada 2011 serta penghargaan kepariwisataan Indonesia pada 2004, yang diberikan oleh I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.
Museum yang bertempat di Jalan H Kamang Pondok Labu, Jakarta Selatan ini berdiri sejak 21 Maret 2003. Didirikannya museum ini bertujuan untuk melestarikan budaya layang-layang tradisional yang unik dari setiap wilayah Indonesia.
Memiliki konsep yang berbeda dibandingkan dengan museum yang ada di Jakarta, museum layang layang menghadirkan suasana yang konsep tradiosional di Indonesia seperti rumah Joglo.
Museum yang dibuka setiap hari ini menyimpan cukup banyak koleksi layang layang dari berbagai daerah, bahakan koleksi dari berbagai negara. Tidak hanya melihat koleksi layang layang disini menyajikan audiovisual yang isinya sejarah layang layang serta cara yang benar untuk menerbangkannya.
Dengan tiket RP 10 ribu per orang, Anda sudah bisa menikmati audiovisual, tour museum dan juga membuat layang layang sendiri. Di sini pengunjung dituntut membuat dan mengkreasikan layang layangnya sendiri, hasil karya yang dibuat sendiri bisa dibawa pulang untuk kenang kenangan.
Sebuah alternatif tempat bermain di Jakarta selain mall. (Igw)
Penulis:
Yulia Yulee
Baca Juga:
Nebengers, Menambah Sahabat, Mengurangi Macet
Kopling, Paduan Antara Kenikmatan Kopi dan Seni
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai Kamis, 20 Februari 2014 sampai dengan 6 Maret 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Pekerjaan Impian". Ada merchandise eksklusif dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.