Sukses

[Warga Mengadu] Perilaku Angkutan Umum, Jauh dari Nyaman

Meski tarif angkutan umum sudah naik, namun tidak dibarengi dengan layanan yang baik dari sopir kepada penumpang hingga saat ini.

Citizen6, Jakarta: Meski tarif angkutan umum sudah naik, namun tidak dibarengi dengan layanan yang baik dari sopir kepada penumpang hingga saat ini.

Telah banyak pelanggaran yang sering dilakukannya, misalnya dari menerobos lampu merah, membawa mobil dengan kecepatan yang tinggi dan ugal-ugalan, menaikkan dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya, dan mengangkut penumpang yang selalu melebihi kapasitas.

Tidak cukup sampai di situ, sikap kurang bertanggung jawab dari keduanya juga bisa dilihat saat pagi dan sore hari di kala jam pulang kantor tiba. Seperti yang dilakukan oleh Miniarta 04 Jurusan Depok-Pasar Minggu ini. Jumat 21 Februari 2014, sekitar pukul 05.30 WIB nampak salah satu mobil "ngetem" di depan gang salah satu jalan di daerah Depok Timur. Satu-persatu penumpang mulai memenuhi mobil tersebut. Berharap mobil segera jalan, namun yang terjadi mobil kijang berwarna coklat ini tetap ditempatnya, hampir setengah jam lamanya.

Penumpang yang mulai terlihat gelisah dikarenakan sudah kesiangan, satu-persatu mulai turun dan memilih naik mobil dibelakangnya. Salah satu dari mereka pun berucap,"Udah penuh masih ngetem aja, memangnya kita nggak kerja apa," ketus penumpang.

Kejadian ini terus berulang setiap paginya. Untuk mensiasatinya ada dari penumpang yang memilih untuk tidak naik langsung naik dari depan gang, tapi sedikit berjalan ke depan untuk naik mobil yang langsung dari poolnya dan tidak ngetem seperti mobil di depannya.

Selain 04, Kopaja 63 Jurusan Depok-Blok-M pun melakukan hal yang sama, bahkan dapat dikatakan waktu "ngetem" mereka bisa lebih lama. Hampir 1 jam kira-kira. Parahnya, begitu di dalam mobil mulai terlihat ada beberapa penumpang yang dengan ikhlas berdiri karena dikejar waktu, hal ini pun ini tidak mampu meluluhkan hati sang sopir untuk menjalankan kendaraannya. Kembali kesabaran para penumpang pun teruji lagi.

Kurangnya rasa empati pun dilakukan oleh Metromini 75 Jurusan Pasar Minggu-Blok M. Melewati rute Mampang Prapatan, Warung Buncit, di tengah perjalanan dengan seenaknya sang sopir menurunkan penumpangnya, tidak peduli mobil dalam keadaan penuh ataupun sedikit. Para penumpang yang berharap cepat sampai ditujuan pun, akhirnya terpaksa menurutinya tanpa melakukan perlawanan.

Tidak adanya petugas dari Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) ataupun Polisi lalau lintas untuk mengatur ketertiban, juga menjadi penyebab semerawutnya beberapa terminal di Jabodetabek. Akibatnya, angkutan yang sudah penuh penumpang, tidak bisa keluar dari terminal karena banyak angkutan lain yang "ngetem" seenaknya.

Perilaku angkutan umum ini kerap menimbulkan kemacetan. Jadi sangat wajar bila mereka lebih memilih motor atau mobil sebagai alat transportasi sehari-hari. Semoga beberapa peristiwa di atas dapat ditindaklanjuti oleh aparat yang berwenang agar memberikan kenyamanan pada penumpang. (Tim Citizen6)