Liputan6.com, Jakarta Meski hadir di Indonesia pada 2019, tren Non-Fungible Token (NFT) booming beberapa bulan ini. Aset digital yang nilainya yang stabil ini bukan cuma menguntungkan para pembelinya saja, tapi juga mereka yang menawarkan karya atau aset digitalnya.
Seperti Argo dan Jubi. Pria asal Bandung itu berhasil mengembangkan NFT pertama di Indonesia, yaitu Etherwaifu. Ya, Agro sebagai seorang fotofrafer dan software engineer dan Jubi sebagai ilustrator mengembangkan Etherwaifu di Jepang pada 24 Maret 2018.
Baca Juga
Usahanya selama ini ternyata berbuah manis karena aset digitalnya ludes terjual dengan angka fantastis. Yup, Etherwaifu sukses menjual habis 1025 lukisan digitalnya dengan total sales USD2,3 juta atau sekitar Rp33 miliar.
Advertisement
Agro menjelaskan pencapaian ini nggak mudah, terutama di awal-awal perilisannya, di mana market Kripto sedang down. Saat itu, Etherwaifu sempat hanya terjual sekitar 55 unit saja dan mengalami failure financial.
"Kami terus berusaha membangun dan mengembangkan softwarenya, tapi setelah 55 unit itu, belum ada pembeli lagi. Di tahun 2019 salesnya nol, tak ada yang membeli sama sekali. Tahun 2020 juga juga sama. dua tahun berturut-turut tidak ada aktivitas ekonomi sama sekali," ujar Agro.
Padahal, jika dilihat dari sisi teknologi, Etherwaifu tergolong cutting edge di antara NFT yang rilis di 2018, begitu juga dari sisi art-nya.
"Kebanyakan NFT zaman dulu simple-simple, seperti pixel art, sementara kami lebih ke arah seperti lukisan." Ujarnya.
Meski sempat terseok-seok, kerja keras Agro dan Jubi akhirnya terbayar di 2021, tepatnya ketika NFT mulai merambah ke ranah mainstream.
Di tahun itu, sorang arkeolog NFT, Adam McBride kagum dengan Etherwaifu, saat menemukannya di blockchain. Selain programnya masih hidup, teknologinya juga tergolong maju.
Adam yang tak lain adalah salah satu anggota dari komunitas Historical NFT Collector, lantas membuat artikel yang menyebut bahwa ada NFT Historical bernama Etherwaifu, yang memiliki keunggulan dari segi gambar.
Penemuan Adam terbilang relevan, pasalnya Historical NFT Collector memang kerap mencari NFT-NFT bersejarah di blockchain yang rilis pada 2017 dan 2018.
Apalagi, sebagai NFT Historical pertama yang dibuat oleh orang Indonesia, Etherwaifu cukup unik. Inspirasinya sendiri datang dari istilah di dunia anime.
"Kata 'ether' dari blockchain ethereum, kalau kata 'waifu'nya dari istilah di dunia anime, di mana karakter cewek yang cute biasa disebut waifu. Kebetulan, pembuat ilustratornya, Jubi adalah spesialis gambar karakter waifu," terangnya.
"Etherwaifu juga memiliki fitur bernama crafting, yang mana jika seseorang memiliki dua Etherwaifu, ia bisa crafting untuk membuat satu Etherwaifu (anaknya). Nanti, gambar yang dihasilkan akan mengambil sifat-sifat orang tuanya. Jadi dari sisi crafting, itu secara teknologi sudah maju banget di 2018, ada sisi gamingnya juga soalnya."
Buntut dari beredarnya artikel itu, semua produk Etherwaifu pun langsung diburu, dan habis dengan total penghasilan yang fantastis.
"Karena cuma ada 1025 NFT, orang-orang di 2021 langsung pada menyerbu. Akhirnya kami sold out di tahun 2021. dan hasil total salesnya, including secondary sales di opensea, mencapai USD2,3 juta atau sekitar Rp33 miliar.”
Agro menambahkan, harga per produknya kini terus meningkat. Nama Etherwaifu pun kian dikenal luas.
"Dulu kan harganya Rp50 ribu, sekarang kalau mencari Etherwaifu di marketplace, harganya bisa Rp15 jutaan, itu yang paling murah," jelas Agro.
(*)