Sukses

Harga Bitcoin Lesu Setelah Rilis The Fed

Selain bitcoin, harga ether dan alt-coin lainnya juga melemah setelah rilis the Fed diterbitkan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin turun tajam setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) merilis risalah pertemuan pada  Desember. Pembuat kebijakan yang mengindikasikan meningkatnya kegelisahan atas inflasi dan potensi suku bunga the Fed untuk mulai naik segera pada Maret ini. 

Pertemuan terakhir Federal Reserve pada Desember tersebut menunjukkan para pejabat membahas apakah akan mulai menyusutkan neraca bank sentral AS yang membengkak sebesar USD 8,3 triliun. 

Harga cryptocurrency atau aset kripto menguat dalam beberapa tahun terakhir karena banyak investor bertaruh lebih dari USD 4 triliun pencetakan uang oleh The Fed akan mendukung ekonomi dan pasar yang dilanda virus corona. 

Hal tersebut akan memacu inflasi yang lebih cepat dan membawa Bitcoin dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga. Namun sayangnya, langkah the Fed untuk mengecilkan neraca mungkin akan memberi tekanan pada Bitcoin. 

"Beberapa peserta menilai bahwa penyusutan neraca dalam jumlah yang signifikan dapat sesuai dengan proses normalisasi, terutama mengingat likuiditas yang melimpah di pasar uang,” menurut risalah dari pertemuan Fed 14-15 Desember, yang diterbitkan Rabu pukul 2 siang waktu lokal, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (6/1/2022). 

Bitcoin bukan satu-satunya cryptocurrency yang jatuh karena prospek suku bunga yang lebih tinggi dan kondisi keuangan yang lebih ketat. Ether turun 4,6 persen menjadi USD 3.640. 

Selain itu, banyak “alt-coin” lainnya yang bernasib lebih buruk, seperti Solana turun 6,3 persen menjadi USD158, Cardano turun 5,4 persen menjadi USD1,25, dan Terra turun 7,4 persen menjadi sekitar USD 80.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Goldman Sachs Prediksi Bitcoin Berpotensi Rebut Pasar Emas

Sebelumnya, Goldman Sachs Group Inc melihat Bitcoin masih bisa mengalami kenaikan yang kuat di tahun-tahun yang akan datang, meskipun Bitcoin sempat melemah.

Sebagai salah satu cryptocurrency paling berharga di dunia, Bitcoin sempat melemah menjadi USD 46.000 atau sekitar Rp 662 juta (asumsi kurs Rp 14.404 per dolar AS) setelah sempat melonjak ke rekor tertinggi mendekati $69.000 pada bulan November 2021. 

Namun, perusahaan Goldman Sachs (GS) mengatakan dalam sebuah laporannya minggu ini, Bitcoin bisa menguat lebih dari dua kali lipat, menjadi sedikit di atas USD 100.000 per koin atau sekitar Rp 1,4 miliar, dalam lima tahun ke depan. 

"Kami berpikir bahwa pangsa pasar bitcoin kemungkinan besar akan meningkat seiring waktu sebagai produk sampingan dari adopsi aset digital yang lebih luas,” kata Co-head of Global Foreign Exchange dan Rates and Emerging market strategy Goldman Sachs, Zach Pandl, dalam laporannya, seperti dikutip dari CNN, Kamis, 6 Januari 2022

Pandl berpendapat, Bitcoin akan semakin mencuri pangsa pasar dari emas, yang telah terhenti di sekitar USD 1.800 per ons nya.

Dia menilai, Bitcoin saat ini membentuk sekitar 20 persen dari apa yang disebut pasar "penyimpan nilai", istilah yang digunakan untuk menggambarkan emas, bitcoin, dan aset alternatif lainnya seperti mata uang dan komoditas yang secara teori harganya tidak terDepresiasi terlalu lama.

Dalam periode waktu tertentu, Pandl percaya Bitcoin pada akhirnya dapat mencapai 50 persen dari pasar penyimpan nilai, yang dapat mendorong Bitcoin sekitar 17 sampai 18 persen lebih tinggi setiap tahun selama lima tahun ke depan hingga mencapai level US$100.000 per koin. 

"Kami pikir membandingkan kapitalisasi pasarnya dengan emas dapat membantu menempatkan parameter pada hasil yang masuk akal untuk pengembalian bitcoin," ujar  Pandl.

3 dari 3 halaman

Memudahkan Investor

Bitcoin dan jajaran kripto teratas lainnya antara lain Ethereum, Binance, Solana, dan token meme seperti Dogecoin serta Shiba inu juga sangat fluktuatif dalam satu tahun terakhir. Bahkan pergerakan aset kripto lebih mirip seperti saham dibandingkan mata uang pada saat ini. 

Selain itu, dengan semakin banyaknya manajer top perusahaan dana seperti Stanley Druckenmiller, Paul Tudor Jones dan George Soros berinvestasi di Bitcoin, membuat regulator telah menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa melacak harga berjangka Bitcoin juga. Hal tersebut membuat investor individu lebih mudah untuk terjun ke dunia cryptocurrency.