Liputan6.com, Jakarta - Adopsi kripto di negara Afrika Utara, khususnya di Maroko sangat tinggi, meskipun Kantor Valuta Asing Maroko tidak mendukung sistem pembayaran yang biasa digunakan lembaga keuangan lainnya. Bahkan, Maroko pada November 2017 telah melarang masyarakatnya untuk bertransaksi aset kripto.Â
Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (12/1/2022), menurut data yang dirilis oleh Triple A, agregator cryptocurrency yang berbasis di Singapura, ada sekitar 900 ribu warga negara itu memiliki Bitcoin.Â
Baca Juga
Data tersebut menunjukkan Maroko menempati urutan pertama di antara negara-negara di Afrika Utara, dan merupakan pemegang aset digital terbesar ke-50 di dunia.
Advertisement
Data lain dari platform pelacakan perdagangan BTC peer-to-peer, Useful Tulips, juga menguatkan data sebelumnya, yang menyatakan Maroko menempati peringkat pertama untuk perdagangan Bitcoin pada 2021 di wilayah tersebut.Â
Namun, ketika data diperluas ke bagian Timur Tengah, peringkat Maroko berada di belakang Arab Saudi. Data dari Tulips juga menunjukkan Mesir hampir menyamai perdagangan BTC di Maroko.
Menurut data, Mesir masih kurang USD 20.000 untuk mencapai level Maroko dalam perdagangan Bitcoin dalam periode 30 hari. Menariknya, perdagangan crypto dilarang di kedua negara.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nigeria Tempati Nomor Satu di Seluruh Afrika
Di Afrika secara umum, pemimpin dalam volume perdagangan Bitcoin tetap berada di antara empat negara kuat, seperti Nigeria, Kenya, Ghana, dan Afrika Selatan.Â
Sepanjang tahun sebelumnya, laporan triwulanan perdagangan Bitcoin selalu menampilkan dominasi semua negara yang disebutkan di atas. Namun, Nigeria berulang kali muncul di peringkat pertama pada tahun 2021, diikuti oleh Kenya. Sementara itu, Ghana dan Afrika Selatan secara umum memperebutkan posisi ketiga dan keempat.Â
Terlepas dari kekhawatiran pihak berwenang tentang masalah pencucian uang dan fakta industri kripto ini tidak teregulasi, banyak masyarakat yang tertarik pada industri kripto untuk menghadapi krisis ekonomi yang dihadapi negara, seperti peningkatan tingkat inflasi.Â
Â
Â
Advertisement