Sukses

Rusia Bakal Larang Penambangan Kripto

Bank Rusia baru saja merilis laporan yang menguraikan posisinya tentang cryptocurrency terutama untuk crypto mining.

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Rusia baru saja merilis laporan yang menguraikan posisinya tentang cryptocurrency. Sederhananya, Rusia ingin mendorong para penambang crypto keluar dari negara itu.

Dilansir dari Yahoo Finance, ditulis Sabtu (22/1/2022) Bank Rusia percaya cryptocurrency menimbulkan risiko signifikan bagi kesejahteraan warga Rusia dan stabilitas sistem keuangan. Selain itu, Bank Rusia menyoroti perannya dalam aktivitas ilegal.

Bank khawatir pengembangan tambahan pasar crypto akan merusak kedaulatan kebijakan moneternya. Menariknya, Bank mengatakan bahwa negara maju yang memiliki mata uang cadangan mampu menanggung risiko tersebut, sehingga mereka memilih jalur regulasi.

Bank ingin menambahkan hukuman untuk menggunakan crypto sebagai alat pembayaran di dalam Rusia, melarang pertukaran crypto dan platform P2P serta melarang investasi crypto untuk perusahaan keuangan.

Meskipun begitu, Bank Rusia tidak mengusulkan pelarangan crypto untuk warga Rusia, sehingga mereka dapat menggunakan valuta asing untuk membeli cryptocurrency.

Hal yang terpenting adalah bahwa Bank Rusia ingin melarang penambangan crypto karena penggunaan energi yang tinggi dan peningkatan permintaan untuk infrastruktur crypto, yang dapat digunakan untuk melewati larangan crypto lainnya.

Menurut Bank of Russia, negara tersebut menyumbang 11,2 persen dari hashrate global pada Agustus 2021. Pangsanya dalam hashrate global meningkat pesat, karena hanya 6,9 persen pada awal 2021. Pada Agustus 2021, Rusia berada di belakang. AS (35,4 persen) dan Kazakhstan (18,1 persen).

Jika Rusia melarang penambangan crypto dan di sisi lain terjadi sesuatu di Kazakhstan, yang baru-baru ini dilanda kerusuhan, para penambang crypto mungkin terjebak di AS.

Informasi tersebut belum diketahui apakah akan berdampak langsung pada Bitcoin dan cryptocurrency terkemuka lainnya seperti Ethereum, Cardano atau Solana. 

Namun, kabar baiknya adalah Bank Russia tidak mengusulkan untuk melarang crypto untuk warga Rusia, jadi tidak ada risiko penjualan paksa, yang bisa memberi tekanan pada beberapa harga koin.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Harga Kripto 21 Januari 2022

Sebelumnya, Bitcoin, Ethereum dan jajaran aset kripto teratas hampir semuanya masih meradang pada Jumat pagi, 21 Januari 2022. Aset kripto yang pada sesi perdagangan hari sebelumnya melemah, hingga saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda penguatan.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Jumat pagi, aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah dalam satu hari terakhir sebesar  1,41 persen dan 3,07 persen dalam sepekan. Saat ini, harga BTC kembali turun menyentuh level USD 41.337,50 per koin atau setara Rp 592,2 juta (asumsi kurs Rp 14.327 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) sebagai aset kripto terbesar kedua juga melemah sebesar 1,78 persen dalam satu hari terakhir dan 5,73 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 3.072,27 per koin. 

Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), meskipun sedikit turun, tetapi masing-masing harganya masih stabil di USD 1,00.

Selanjutnya, Binance coin (BNB) yang juga ikut melemah sebesar 4,51 persen dalam 24 jam terakhir serta melemah dalam sepekan sebesar 5,96. Hal itu membuat BNB berada di level USD 448,35 per koin. 

Sedangkan, Cardano (ADA) masih melemah dari hari sebelumnya yaitu sebesar sebesar 5,24 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, dalam sepekan masih menunjukkan grafik hijau yaitu 3,23 persen. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 1,28 per koin.

Terakhir, Solana (SOL) hari ini masih harus meradang sebesar 4,15 persen dalam satu hari terakhir dan dalam sepekan meradang sebesar 10,87 persen. Saat ini harga SOL berada di level USD 131,11 per koinnya

 

Â