Sukses

Ini Penyebab Merosotnya Harga Bitcoin dkk

Harga bitcoin tertekan hingga susut sekitar 50 persen dari posisi tertinggi pada November 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin turun di bawah USD 34.400 atau sekitar Rp 493,38 juta (asumsi kurs Rp 14.342 per dolar AS) pada akhir pekan, sebelum naik tipis pada Minggu 23 Januari 2022. Cryptocurrency terbesar di dunia itu diperdagangkan jauh di atas USD 36.000, kenaikan hampir 3,4 persen selama 24 jam. 

Harga bitcoin tersebut masih sangat jauh dari harga tertinggi sepanjang masa yaitu USD 69.000 atau sekitar Rp 989,6 juta yang ditetapkan pada awal November lalu. Volume perdagangan ringan dengan banyak investor yang menilai kondisi ekonomi sedang meresahkan dan terdapat juga penurunan nyata di pasar ekuitas.

Indeks Nasdaq yang padat dengan saham teknologi turun 2,7 persen pada Jumat karena investor terus menjauh dari saham yang memimpin biaya beberapa tahun terakhir di saham. Dua indeks utama lainnya, Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 masing-masing turun 1,3 persen dan 1,8 persen.

Kemerosotan berbagai pasar itu berasal dari kekhawatiran yang meluas tentang suku bunga, inefisiensi rantai pasokan, dan virus corona yang sedang berlangsung. Hal tersebut telah mengumpulkan kekuatan di banyak bagian AS bahkan ketika melemah di tempat lain.

“Pasar menahan napas karena investor melihat pembukaan pasar sebagai tanda apa yang akan dilakukan ekuitas minggu ini. Jika pasar dibuka kuat, kita dapat memperkirakan permintaan crypto akan naik, dan terlebih lagi jika pasar AS memiliki hari Senin yang kuat,” kata CEO dana crypto BitBull Capital, Joe DiPasquale, seperti dikutip dari CoinDesk, Senin (24/1/2022).

DiPasquale menambahkan crypto masih menemukan jalannya, baik itu sebagai lindung nilai seperti emas digital yang bergerak terbalik dengan ekuitas, atau sebagai aset berisiko yang akan gagal jika ekuitas terus gagal.

Sementara itu pendapat yang paling bullish pada kasus investasi crypto mengatakan berdasarkan data jangka panjang menunjukkan Bitcoin tidak berkorelasi dengan kelas aset lainnya. 

Namun, di sisi lain terdapat data selama dua tahun terakhir menunjukkan korelasi pada harga Bitcoin dan ekuitas.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Harga Kripto pada 24 Januari 2022

Sebelumnya, harga Bitcoin, Ethereum dan jajaran kripto teratas beranjak naik sedikit demi sedikit pada Senin pagi, 24 Januari 2022. Kripto yang pada sesi perdagangan hari sebelumnya melemah, hingga saat ini terlihat menguat meskipun sedikit.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat dalam satu hari terakhir sebesar 0,94 persen. Meskipun begitu, dalam sepekan, BTC masih meradang cukup besar yaitu 18,04 persen.

Saat ini, harga BTC masih berada di level USD 35.392,35 per koin atau setara Rp 507,1 juta (asumsi kurs Rp 14.329 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua juga sedikit menguat sebesar 1,75 persen dalam satu hari terakhir, tetapi masih melemah dalam sepekan sebesar 27,29 persen. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.435,20 per koin. 

Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), meskipun sedikit turun, tetapi masing-masing harganya masih stabil. USDT masih berada di level USD 1,00, sedangkan USDC sedikit menurun ke level USD 0,9997 per koin.

Selanjutnya, Binance coin (BNB) yang juga ikut menguat dalam 24 jam terakhir sebesar 3,22 persen. Namun, masih melemah dalam sepekan sebesar 26,28 persen. Hal itu membuat BNB berada di level USD 368,29 per koin. 

Sedangkan, Cardano (ADA) mulai menguat juga sebesar 0,50 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, dalam sepekan masih menunjukkan grafik merah yaitu 23,84 persen. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 1,07 per koin.

Terakhir, Solana (SOL) hari ini sedikit menguat sebesar 1,02 persen dalam satu hari terakhir dan dalam sepekan meradang sebesar 35,59 persen. Saat ini harga SOL berada di level USD 95,18 per koin.