Sukses

Harga Kripto Hari Ini 17 Februari 2022: Bitcoin Kembali Melemah

Setelah sempat menguat pada perdagangan hari sebelumnya, Bitcoin dan beberapa kripto kembali melemah.

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin, Ethereum dan jajaran kripto teratas terlihat alami pergerakan harga yang beragam, Kamis pagi (17/2/2022). Beberapa kripto yang hari sebelumnya menguat, kini harus kembali melemah

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Kamis pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah, dalam satu hari terakhir BTC melemah sebesar 0,11 persen dan 1,10 persen.dalam sepekan.

Saat ini, harga BTC berada di level USD 44.027,74 per koin atau setara Rp 628,5 juta (asumsi kurs Rp 14.274 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua masih menguat dalam 24 jam terakhir. ETH menguat sebesar 0,99  persen dalam satu hari terakhir, tetapi masih melemah 3,41 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 3.133,16 per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) pagi ini melemah setelah sempat menguat kemarin.Dalam 24 jam terakhir BNB melemah sebesar 0,26 persen. Dalam sepekan BNB masih menguat 1,00 persen. Hal itu membuat BNB berada di level USD 427,05 per koin. 

Adapun, Cardano (ADA) yang juga melemah dalam 24 jam terakhir sebesar 0,60 persen dan 9,91 persen dalam sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 1,09 per koin.

Sedangkan, Solana (SOL) pagi ini masih menguat, dalam satu hari terakhir SOL menguat sebesar 0,77 persen. Namun, dalam sepekan masih melemah cukup dalam sebesar 10,88 persen. Saat ini harga SOL berada di level USD 102,22 per koin.

Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), keduanya melemah masing-masing sebesar 0,01 persen dan 0,09 persen dalam 24 jam terakhir. Harga USDT masih berada di level USD 1,00, sedangkan USDC harus turun sedikit ke level USD 0,9995.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Harga Bitcoin Menguat Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina Mereda

Sebelumnya, Rusia mengambil langkah mundur dari invasi ke Ukraina, yang membuat investor merasa lebih percaya diri. Hal tersebut berdampak bagus untuk saham dan untuk kripto.

Pernyataan Rusia mereka telah memindahkan beberapa pasukan dari perbatasan Ukraina dan akan menerima penyelesaian diplomatik dari konflik yang diciptakannya setidaknya untuk sementara menghilangkan ancaman harga kripto. 

Bitcoin diperdagangkan lebih dari USD 44.400 (Rp 633,2 juta), meningkat 4 persen dari 24 jam sebelumnya. Sedangkan Ethereum, kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, mendorong melewati USD 3.150 (Rp 44,9 juta) dan naik hampir 8 persen pada periode yang sama.

Naiknya mayoritas kripto teratas sesuai dengan kinerja pasar saham utama. Nasdaq yang padat teknologi naik 2,5 persen, sedangkan Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 masing-masing naik 1,2 persen dan 1,5 persen.

Meskipun begitu, investor tetap khawatir tentang kenaikan indeks harga produsen (PPI) AS, yang mencapai 9,8 persen pada Januari, kelanjutan dari inflasi yang telah merugikan perekonomian negara dan mendorong Federal Reserve untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih hawkish.

"Inflasi tingkat pabrik tetap sangat panas, mendorong ekspektasi inflasi untuk berjalan lebih panas sedikit lebih lama, dan mendukung kasus bagi The Fed untuk memulai siklus kenaikan suku bunga mereka dengan tingkat setengah poin meningkat," kata Analis senior OANDA Americas, Edward Moya, seperti dikutip dari CoinDesk, Rabu, 16 Februari 2022.

Di sisi lain, Seth Ginns, mitra pengelola dan kepala investasi likuid di perusahaan investasi kripto CoinFund, menuturkan, The Fed telah melangkah dengan hati-hati setelah laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan awal bulan ini dan bahwa pasar kripto pada Selasa justru mengabaikan angka PPI yang tinggi.

"Segalanya tidak melambat seperti yang diharapkan, yang berarti tidak ada alasan untuk berpikir bahwa Fed akan bergantung pada data pada saat ini. Jika mereka melihat hal-hal melambat, mereka akan mundur dari pengetatan. Jika mereka melihat hal-hal (PPI) terus tetap kuat, mereka akan melawan inflasi,” kata Ginn.