Liputan6.com, Jakarta - Sebelum memutuskan untuk mulai berinvestasi dalam sebuah instrumen investasi, investor perlu memahami seluk beluk dari aset tersebut, mulai dari tingkat risiko hingga istilah-istilah di dalamnya.Â
Begitu juga untuk berinvestasi kripto, yang terdapat istilah-istilah penting di dalamnya, salah satunya yaitu Bitcoin Halving. Istilah Bitcoin Halving ini sering muncul dalam proses penambangan bitcoin dan sudah tidak asing lagi di kalangan investor yang memperoleh kripto dengan cara menambang.Â
Bitcoin Halving adalah kondisi ketika imbalan bagi penambang Bitcoin (block reward) berkurang setengah setelah selesai menambang 210.000 blok, atau terjadi empat tahun sekali, seperti dilansir dari situs Blog Pluang, Senin (21/2/2022).
Advertisement
Halving menjadi indikator penting dalam menyusun proyeksi harga bitcoin. mengingat aktivitas ini memberi sinyal utama mengenai pasokan milik kripto terbesar itu saat ini.
Baca Juga
Pada dasarnya, setiap penambang bitcoin berhak memperoleh block reward setelah sukses menambang satu blok Bitcoin. Dalam aktivitas ini, jaringan akan menerapkan pemberian imbalan Bitcoin Halving bagi penambang yang menambahkan block dalam jaringan mereka.
Lantas, mengapa hasil atau imbal yang diterima penambang harus dipotong setiap 4 tahun sekali? Hal tersebut dikarenakan suplai yang dimiliki dari Bitcoin yang semakin sedikit karena terus ditambang.Â
Seperti diketahui, jumlah Bitcoin sangat terbatas yaitu sebanyak 21 juta Bitcoin di seluruh dunia. Sejak kemunculannya pada 2009, Bitcoin sudah mengalami tiga kali Halving.Â
Halving pertama terjadi pada 28 November 2012, di mana imbalan penambang yang awalnya 50 BTC merosot jadi 25 BTC. Selanjutnya, halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016 ketika block reward dipotong dari 25 BTC menjadi 12,5 BTC.
Kemudian bitcoin Halving terakhir terjadi pada 11 Mei 2020 lalu, yakni dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC. Sedangkan untuk Halving berikutnya diprediksi akan terjadi pada Maret 2024, dan tampaknya akan menyentuh angka 3,125 BTC per block transaksi.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Kripto Senin Pagi 21 Februari 2022
Sebelumnya, memasuki pekan keempat Februari 2022, harga Bitcoin, Ethereum dan kripto jajaran teratas terlihat alami penurunan yang serentak pada Senin pagi, 21 Februari 2022. Mayoritas kripto jajaran teratas melemah dalam perdagangan pagi ini.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah sebesar 4,49 persen dalam 24 jam terakhir dan dalam sepekan sebesar 9,73 persen.
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 38.131,50 per koin atau setara Rp 547,8 juta (asumsi kurs Rp 14.366 per dolar AS).Â
Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua juga turut melemah. Dalam 24 jam terakhir, ETH melemah sebesar 5,62 persen dan sebesar 10,13 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.589,48 per koin.Â
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) pagi ini juga ikut melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB melemah sebesar 4,89 persen dan dalam sepekan sebesar 5,18 persen. Hal itu membuat BNB berada di level USD 378,36 per koin.Â
Adapun Cardano (ADA) juga melemah hari ini. ADA melemah dalam 24 jam terakhir sebesar 5,85 persen dan 11 persen dalam sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,93 per koin.
Sedangkan, Solana (SOL) sedikit menguat dalam 24 jam terakhir sebesar 0,61 persen. Namun masih melemah sebesar 2,75 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 90,51 per koin.
Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), tidak menunjukkan pergerakan harga yang signifikan dalam 24 jam terakhir. Saat ini USD berada di level USD 1,00, tetapi USDC masih belum kembali ke harga awalnya, dan masih tertahan di USD 0,9997.
Â
Â
Advertisement