Liputan6.com, Jakarta - Metasens adalah proyek metaverse di bawah Imperium Technology Group (0776.HK, Group), yang telah melakukan debut global token Metasens (MSU) di bursa cryptocurrency tingkat institusional AAX pada 4 Maret lalu.
Menurut siaran pers, Jumat (11/3/2022), nilai token Metasens meroket lebih dari 1.000 persen pada hari pertama pencatatan dari 0,25 USDT hingga hampir 3 USDT. Sedangkan untuk volume perdagangan selama minggu pertama telah melampaui lebih dari USD 60 juta atau sekitar Rp 858,7 miliar.
Metasens dan MSU sangat dicari di Hong Kong, Taiwan, serta menarik pengguna dari seluruh dunia termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, Thailand, Inggris Raya, dan sebagainya.
Advertisement
Baca Juga
Proyek ini akan memanfaatkan momentum dan memperdalam kemitraan dengan pasar Asia Tenggara dan komunitas global. Di negara-negara termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, diskusi seputar Metasens memanas di antara serikat dan komunitas game papan atas.
Proyek Metasens juga telah mencapai kolaborasi tahap berikutnya dengan serikat regional utama, dan secara aktif mempersiapkan berbagai kegiatan AMA lintas wilayah dan lintas benua.
Metasens pertama kali dibangun dan diluncurkan pada rantai Ethereum yang merupakan salah satu blockchain paling populer di antara game NFT. Selanjutnya, tim Metasens berencana untuk memperluas dan memigrasikan bagian dari proyeknya ke rantai Binance untuk menurunkan gas fee dan meningkatkan efisiensi operasional.
Dengan strategi "multi-rantai" ini juga akan memungkinkan pengguna memiliki lebih banyak opsi dan fleksibilitas. Debut di rantai Binance diharapkan mencapai kemajuan tahap pertama dalam akhir Maret.
Metasens juga akan memulai serangkaian kegiatan pemberian token, termasuk total 50.000 token MSU senilai USD 150.000, dan total 8.888.888 token UCG yang bernilai lebih dari USD 20.000 untuk diberikan kembali kepada komunitas dan penggemar.
Sebagai token tata kelola bersama dari alam semesta Metasens, UCG akan diluncurkan secara resmi dalam bulan ini. Metasens juga merencanakan serangkaian kegiatan pemasaran lintas platform dalam beberapa bulan mendatang untuk secara proaktif mempertahankan popularitas dan sensasi proyek.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Polisi Inggris Kembalikan Rp 77,4 Miliar kepada Korban Penipuan Kripto
Sebelumnya, polisi Greater Manchester (GMP) Inggris mengumumkan sekitar USD 5,4 juta atau setara Rp 77,4 miliar dana yang disita dari penipuan cryptocurrency internasional pada Juli tahun lalu telah dikembalikan ke pemilik yang sah.
Lebih dari empat juta Pound telah dikembalikan ke 23 korban yang diverifikasi dan 127 klaim lain yang dilaporkan saat ini sedang diselidiki oleh petugas bersama mitra dalam penegakan hukum internasional di seluruh dunia.
"Tujuh juta pound lagi akan dikembalikan ke pemilik yang sah,” isi pengumuman tersebut, seperti dikutip dari Bitcoin.com, Kamis, 3 Maret 2022.
"Sejumlah USD 22,25 juta disita oleh petugas spesialis dari Unit Kejahatan Ekonomi Polisi Greater Manchester pada Juli 2021, setelah intelijen mengarah pada penemuan stik USB yang berisi sejumlah besar Ethereum," jelas pengumuman tersebut.
Meskipun begitu, pengumuman tersebut tidak merinci pengembalian dana korban dalam bentuk kripto atau mata uang fiat.
Investor kripto yang berbasis di Inggris, AS, Eropa, China, Australia, dan Hong Kong menyetor uang ke dalam apa yang mereka pikir sebagai layanan tabungan dan perdagangan online menggunakan Binance Smart Chain. Namun, scammers kemudian menutup situs tersebut dan mentransfer dana ke rekening mereka sendiri.
Kepala Detektif Inspektur Joe Harrop dari Unit Kejahatan Ekonomi dan Siber GMP berpendapat, layanan penyimpanan dan perdagangan cryptocurrency menjadi semakin populer, dengan proyek yang menawarkan insentif kepada orang-orang untuk menginvestasikan sejumlah besar uang.
Insentif itu menawarkan token yang kemudian dapat dijual kembali oleh investor untuk mendapatkan keuntungan.
"Siapa pun yang terlibat dalam cryptocurrency dan layanan perdagangan ini didesak untuk sangat berhati-hati dan melakukan banyak penelitian karena masih ada risiko besar. Jika tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mungkin memang demikian," kata Harrop mengingatkan.
"Kami percaya mungkin masih ada korban di luar sana dari seluruh dunia yang berhutang sebagian dari uang yang kami kumpulkan setengah tahun lalu," pungkasnya.
Advertisement