Sukses

Presiden AS Joe Biden Keluarkan Perintah Eksekutif Terkait Kripto, Bagaimana Dampak terhadap Harga Bitcoin Dkk?

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengakui ada sentimen positif di market kripto, setelah kebijakan baru dari Joe Biden.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden telah menandatangani perintah eksekutif yang meminta pemerintahannya untuk memeriksa risiko dan manfaat aset kripto.

Perintah eksekutif Joe Biden ini mencoba untuk memperbaiki kurangnya kerangka kerja untuk pengembangan aset kripto di AS,yang telah disambut secara luas oleh industri dan investornya. Pelaku pasar menganggap hal ini sebagai dukungan terhadap perkembangan aset kripto di AS.

Imbasnya market kembali bergairah, sejumlah kripto kapitalisasi pasar besar terpantau masuk zona hijau pada Kamis, 10 Maret 2022, bahkan Bitcoin mengalami kenaikan hingga 10 persen.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengakui ada sentimen positif di market kripto, setelah kebijakan baru dari Joe Biden. Market sempat pullback dengan rata-rata kenaikan sejumlah aset kripto mulai dari 8-10 persen.

"Dalam jangka pendek, langkah pemerintah AS dapat menciptakan "kebisingan" dan volatilitas di pasar kripto. Investor bisa diuntungkan oleh situasi ini,” ujar Afid dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (13/3/2022).

Ia menambahkan, tetapi saran bagi investor tidak langsung membuat perubahan pada strategi investasi jangka panjang mereka. "Investor harus lihat lagi sentimen lainnya yang bisa menggerakkan market," tutur Afid.

Afid menuturkan, sudah sewajarnya market aset kripto dipengaruhi oleh sentimen dari pemberitaan global. Jika, ada pemberitaan bagus, market akan langsung cenderung reli.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Sentimen Lainnya

Begitu, pula sebaliknya saat terjadi pemberitaan yang merugikan kripto, market akan langsung anjlok. Kebijakan baru dari Joe Biden bisa menyebabkan sedikit bull run, tetapi tertahan seiring kabar yang kurang baik dari sisi makro ekonomi.

Investor saat ini, sepertinya bereaksi keras dengan sikap bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pada pertemuan Kamis yang akan melakukan tapering total pada September mendatang.

"Melonjaknya inflasi menempatkan ECB di bawah tekanan untuk mengikuti bank-bank sentral AS dan Inggris mengakhiri stimulus ekonominya dan segera menaikkan suku bunga," kata dia.

Afid mengatakan, jika semakin banyak bank sentral bersikap hawkish, investor tentu akan memilih keluar di pasar aset spekulatif. Akibatnya, aksi jual berjamaah di pasar kripto akan susah dibendung.

Investor juga dalam waktu dekat juga masih tampak ragu-ragu menggairahkan pasar kripto, seiring resolusi damai Ukraina dan Rusia yang menemui jalan buntu, karena kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata.

"Investor cenderung mengurangi eksposur mereka terhadap risiko selama masa tekanan pasar. Akhirnya, mereka pun memilih menyalurkan dana di pasar aset yang terbilang safe haven," pungkas Afid.