Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan aset kripto dan ekosistem blockchain semakin menarik perhatian. Presiden Indonesia, Joko Widodo, bahkan sempat menyinggung teknologi blockchain dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri yang digelar di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa, 1 Maret 2022.
"TNI-Polri juga harus memiliki talent digital, karena eranya sudah era seperti ini, harus punya jago-jago AI (artificial intelligence), cloud computing, digital design, mengerti mengenai masalah blockchain," ujar Jokowi saat memberi sambutan dalam acara itu, dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (13/3/2022).
Presiden Jokowi juga menyatakan sektor ekonomi digital di Indonesia memiliki potensi yang besar. Pada 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan menyentuh USD 146 miliar atau sekitar Rp 2.000 triiliun.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, kontribusi Indonesia di dunia ekonomi digital juga diproyeksikan mengalami kenaikan hingga delapan kali pada 2030, yakni senilai Rp4.531 triliun. Faktor pendorong ekonomi digital tersebut, tidak lain adalah teknologi 5G, Internet of Things (IoT), blockchain, kecerdasan buatan, dan cloud computing.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) & COO Tokocrypto, Teguh Kurniawan Harmanda menuturkan, teknologi blockchain, termasuk aset kripto dan NFT bisa menciptakan multiplier effect positif yang meluas dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan dan konsumsi, sehingga meningkatkan perekonomian.
"Blockchain saat ini sudah menjadi salah satu teknologi yang krusial secara global. Teknologi ini dapat diaplikasikan di banyak sektor dan memberi manfaat yang luas bagi masyarakat secara langsung maupun tidak. Langkah baiknya, blockchain memberi harapan dukungan efisiensi dan transparansi sehingga Indonesia dapat mengantisipasi perubahan dunia yang sangat cepat," kata pria yang akrab disapa Manda.
Manda menuturkan, perkembangan teknologi blockchain begitu cepat dan saat ini masih dalam tahap awal atau early. Indonesia seharusnya bisa mengadopsinya lebih cepat dan memimpin perkembangan teknologi blockchain di kawasan Asia Tenggara.
"Peluang pengaplikasian project blockchain di Indonesia juga luar biasa luasnya. Blockchain bisa diimplementasikan dalam berbagai sektor, meliputi perbankan, media sosial, hiburan, kesehatan, asuransi, properti, olahraga, energi, pemerintahan, dan berbagai industri lainnya," ujar dia.
Blockchain dan aset kripto masih dalam tahap pertumbuhan dan memerlukan waktu yang panjang untuk adopsi massal.
Keuntungan menjadi yang awal adalah, peluang untuk mendapat manfaat masih cukup besar. Tantangannya kemudian, bagaimana menyeleksi proyek yang benar-benar akan bertahan dan diadopsi oleh masyarakat luas.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Literasi dan Lapangan Pekerjaan Sektor Blockchain
Salah satu hambatan perkembangan teknologi blockchain di Indonesia adalah persoalan literasi. Sebagian masyarakat awam masih memandang blockchain adalah aset kripto atau bahkan menyebutnya dengan Bitcoin. Faktanya kedua hal itu berbeda, walaupun saling berkaitan.
Peningkatan pemahaman literasi konsep teknologi blockchain juga beriringan dengan menciptakan kualitas sumber daya manusia.
Pemanfaatan teknologi blockchain membutuhkan akselerasi penguasaan teknologi digital, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang lebih luas dan masif.
"Menelisik lebih jauh, tak bisa dipungkiri seiring dengan meningkatnya pamor aset kripto, banyak orang yang ingin terlibat lebih jauh dalam pekerjaan di bidang blockchain, dalam berbagai proyek serta yang tak kalah penting peran teknologi di belakangnya yang bahkan mampu menggeser pekerjaan di sektor konvensional," tutur Manda.
Pertumbuhan investasi aset kripto yang eksponensial turut membuat masyarakat semakin tertarik dengan teknologi blockchain. Maka demikian, bisa dibilang perdagangan aset kripto di Indonesia sebagai perintis penggunaan blockchain yang telah diatur resmi oleh Bappebti di bawah Kementerian Perdagangan.
Kepastian regulasi dan literasi yang masif tidak menutup kemungkinan banyak pemangku kepentingan yang akan lebih terbuka menerima teknologi ini di masa mendatang.
"Percayalah bahwa semua akan ter-blockchain pada waktunya," pungkas Manda.
Advertisement