Sukses

Rusia Pikir-Pikir Bayar Minyak dan Gas Pakai Bitcoin

Ketua komite Duma Rusia tentang energi, Pavel Zavalny sedang pertimbangkan Bitcoin sebagai pembayaran minyak dan gas.

Liputan6.com, Jakarta - Dihadapkan dengan sanksi yang kaku dari negara-negara Barat atas invasinya ke Ukraina, Rusia sedang mempertimbangkan untuk menerima Bitcoin sebagai pembayaran untuk ekspor minyak dan gasnya.

Dalam konferensi pers yang direkam dalam video pada Kamis, ketua komite Duma Rusia bidang energi, Pavel Zavalny mengatakan dalam sambutan yang diterjemahkan, ketika datang ke negara-negara “bersahabat” seperti China atau Turki, Rusia bersedia untuk lebih fleksibel dengan opsi pembayaran.

Zavalny juga mengatakan, mata uang fiat nasional pembeli serta bitcoin sedang dipertimbangkan sebagai cara alternatif untuk membayar ekspor energi Rusia.

"Kami telah lama mengusulkan ke China untuk beralih ke penyelesaian dalam mata uang nasional untuk rubel dan yuan.  Dengan Turki, itu akan menjadi lira dan rubel,” kata Zavalny dalam komentar yang diterjemahkan, dikutip dari CNBC, Jumat (25/3/2022). 

"Anda juga bisa memperdagangkan Bitcoin,” lanjut Zavalny.

Bitcoin naik hampir 4 persen selama 24 jam terakhir menjadi sekitar USD 44.000 atau sekitar Rp 632,9 juta. Harga cryptocurrency lainnya melonjak sekitar waktu laporan berita tentang pernyataan Zavalny pertama kali beredar.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bayar Pakai Rubel

Ketua energi juga menggandakan janji Presiden Vladimir Putin pada Rabu untuk meminta negara-negara yang tidak ramah pada Rusia untuk membayar gas dalam rubel Rusia. 

Pengumuman Putin mengirim harga gas Eropa melonjak karena kekhawatiran langkah itu mungkin memperburuk pasar energi yang sudah di bawah tekanan.

“Jika mereka ingin membeli, biarkan mereka membayar dalam mata uang keras, dan ini adalah emas untuk kami, atau membayar sesuka kami, ini adalah mata uang nasional,” ujar Zavalny.

Meskipun AS telah melarang impor minyak Rusia sebagai bagian dari tanggapannya terhadap perang Moskow di Ukraina, sumber mengatakan kepada CNBC, tidak mungkin Uni Eropa akan mengikutinya, mengingat ketergantungannya yang besar pada energi Rusia, sebagian untuk memanaskan rumah selama musim dingin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.