Liputan6.com, Jakarta Perkembangan perdagangan aset kripto makin menarik dari tahun ke tahun. Kementerian Perdagangan mencatat, nilai transaksi aset kripto di Indonesia sebesar Rp 64,9 triliun pada 2020 dan tercatat Rp 859,4 triliun pada 2021. Adapun pada periode Januari-Februari 2022, tercatat Rp 83,8 triliun.
Sementara itu, jumlah calon pedagang fisik aset kripto di Indonesia yang telah memiliki tanda daftar dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) tercatat bertambah menjadi sebanyak 18 perusahaan pedagang aset kripto.
Dalam waktu dekat, sangat dimungkinkan jumlah tersebut akan terus bertambah. Demikian dituturkan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga dalam webinar "Diskusi Crypto Terkini" yang digelar secara hibrida di Hotel Aryaduta, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (28/3/2022).
Advertisement
“Dua tahun belakangan menjadi tahun yang menarik bagi perkembangan perdagangan fisik aset kripto di Indonesia. Hingga Februari 2022, nilai transaksinya tumbuh 14,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021,” ujar Jerry, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (30/3/2022).
“Pada bulan lalu juga, jumlah pelanggan terdaftar mencapai 12,4 juta pelanggan. Perkembangan yang luar biasa ini perlu untuk terus dikawal bersama agar perdagangan fisik aset kripto di Indonesia tetap berada di koridor yang benar,” lanjut dia.
Wamendag menegaskan, Kementerian Perdagangan melalui Bappebti telah menerbitkan sejumlah regulasi terkait aset kripto. Persyaratan penerbitan aset kripto untuk dapat diperdagangkan di Indonesia diatur dalam Peraturan Bappebti Nomor 8 Tahun 2021.
Misalnya soal utilitas aset kripto (utility crypto) atau aset kripto beragun aset (crypto-backed asset), telah memiliki hasil penilaian dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang ditetapkan Bappebti; dan memiliki manfaat ekonomi.
Manfaat ekonomi yang dimaksud antara lain manfaat perpajakan, menumbuhkan ekonomi digital, industri informatika, dan kompetensi tenaga ahli di bidang informatika (digital talent).
Jerry juga kembali mengingatkan, kripto bukanlah alat pembayaran, melainkan sebuah komoditas aset.
“Aset kripto juga disyaratkan untuk dilakukan penilaian risikonya, termasuk risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta proliferasi senjata pemusnah massal. Aset kripto yang dapat diperdagangkan di dalam negeri mengacu pada lampiran Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto,” tutur Jerry.
Jerry juga menuturkan, Kementerian Perdagangan menyambut baik kemunculan berbagai aset kripto karya anak bangsa. Hal ini menunjukkan keterbukaan dan ketertarikan masyarakat dan pengembang kripto dalam negeri untuk berkarya, serta memberikan yang terbaik bagi industri aset kripto di Indonesia.
Dalam acara diskusi tersebut diikuti sekitar 450 peserta dari kalangan pejabat pemerintah daerah, pimpinan media massa, pimpinan universitas dan perguruan tinggi, organisasi kepemudaan, organisasi profesi, organisasi mahasiswa, organisasi kesiswaan, dan komunitas milenial.