Liputan6.com, Jakarta - Pendiri pertukaran kripto KUNA yang berbasis di Ukraina, Michael Chobanian mengklaim Binance bekerja dengan pemerintah Rusia meskipun ada sanksi global dan telah berlangsung selama beberapa waktu.
Selama wawancara pada Jumat di "First Mover" CoinDesk TV, Chobanian mengatakan CEO Changpeng Zhao harus memutuskan di mana posisi Binance dalam berurusan dengan Rusia setelah invasinya ke Ukraina pada akhir Februari.
"Masalah dengan Binance bukan hanya mereka masih terus bekerja di kedua sisi, tetapi mereka menunjukkan kerja sama dengan pemerintah Rusia sebelum perang, dan sejauh yang saya tahu, mereka masih terus bekerja sama dengan pemerintah Rusia," kata Chobanian, dikutip dari CoinDesk, Kamis (31/3/2022).
Advertisement
Baca Juga
Binance, sebagai pertukaran kripto terbesar di dunia berdasarkan volume, mengatakan kepada CoinDesk pada Februari lalu, mereka tidak memiliki rencana untuk secara sepihak melarang pengguna Rusia dari platform, tetapi akan mengambil tindakan terhadap mereka yang memiliki sanksi yang dikenakan terhadap mereka.
Menanggapi tuduhan dari pendiri KUNA, juru bicara Binance Jessica Jung mengatakan, pihak Binance memilih untuk tidak mengomentari tuduhan palsu tersebut.
“Fokus kami adalah membantu orang,” kata Jung.
Dia juga mengutip dari siaran pers yang mengumumkan donasi sebesar USD 10 juta atau sekitar Rp 143,3 miliar dari Binance dan peluncuran situs crowdfunding yang disebut Dana Bantuan Darurat Ukraina.
Chobanian tidak memberikan bukti Binance secara aktif bekerja sama dengan pemerintah Rusia, tetapi pasar Rusia telah lama menjadi pasar yang penting bagi Binance.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rusia Pasar Utama Binance
Pada 2019, Zhao menyebut Rusia sebagai pasar utama Binance dan terus mencari komunitas di manapun, terutama di Rusia.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Bloomberg, Zhao mengatakan sanksi keuangan bukan "masalah khusus kripto," dan memblokir semua orang Rusia dari pertukaran kripto merupakan sesuatu yang tidak etis.
Chobanian, yang juga presiden Asosiasi Blockchain Ukraina, muncul di hadapan Komite Senat AS untuk Urusan Perbankan, Perumahan, dan Perkotaan pada Kamis. Kehadirannya di sana untuk audiensi tentang "Peran Aset Digital dalam Keuangan Gelap”.
Selama persidangan itu, dia menuduh Binance tidak mengambil sikap yang cukup agresif terhadap pemerintah Rusia.
"Hal pertama yang kami lakukan sebagai komunitas kripto di Ukraina adalah menutup semua operasi rubel karena itu adalah lubang besar dalam daftar sanksi. Sayangnya, tidak semua perusahaan kripto mengikuti jejak kami, terutama Binance,” kata Chobanian.
Chobanian juga mengatakan Binance belum memberikan donasi USD 10 juta yang dijanjikan dalam sebuah pernyataan pada bulan Februari. Binance mengatakan kemudian akan mengirim uang itu ke organisasi antar pemerintah dan non-pemerintah (LSM) Ukraina untuk bantuan kemanusiaan.
"Mereka mengatakan menyumbangkan 10 juta dolar kepada pemerintah Ukraina. Yah, saya belum melihat 10 juta dolar itu. Tidak ada yang tahu ke mana perginya," pungkasnya.
Advertisement