Liputan6.com, Jakarta - Coinbase, pertukaran kripto di Amerika Serikat (AS) berambisi besar. Salah satunya menaklukan negara yang akan memungkinkan Coinbase untuk memperluas pelanggan dan meningkatkan pendapatan saat volume perdagangan kripto melambat di AS.
Salah satu negara yang diincar yaitu India, negara berpenduduk 1,38 miliar orang. "Namaste, India,” tulis CEO Coinbase Brian Armstrong dalam unggahan blog pada 4 April 2022 dengan menyertai bendera negara, demikian dilansir dari the street, Minggu (17/4/2022).
Ia menulis, India telah membangun identitas dan infrastruktur pembayaran digital yang kuat. Selain itu, mengimplementasikannya dalam skala dan kecepatan yang cepat.
Advertisement
Baca Juga
"Dikombinasikan dengan talenta perangkat lunak kelas dunia India, kami percaya teknologi kripto dan web3 dapat membantu mempercepat tujuan inkluasi ekonomi dan keuangan India,” tulis Armstrong.
Ia menambahkan, Coinbase menjadi tuan rumah acara komunitas crypto pada 7 April di Bangalore untuk membahas masa depan crypto dan web3 di India.
"Minggu ini, saya akan bergabung dengan anggota tim eksekutif kami saat bertemu dengan mahasiswa dari universitas terkemuka, penidiri crypto, pengusaha India dan lainnya,” ujar dia.
Ia menilai, India merupakan tempat yang ajaib. Amstrong percaya crypto memiliki masa depan di India. “Kami senang membantu membangun masa depan itu, dan acara ini merupakan langkah penting,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penangguhan Sistem Pembayaran
Pada 7 April, Coinbase pun mengumumkan investor kripto dapat memakai sistem pembayaran ritel online negara itu untuk transfer dana ke platform.
Sistem ini dikenal sebagai United Payments Interface atau UPI, dan merupakan sistem pembayaran yang diatur oleh pemerintah. Ini dijalankan oleh entitas, National Payments Corporation of India yang merupakan bagian dari bank sentral negara itu.
Tiga hari setelah pengumuman Coinbase menangguhkan transfer rupee ke aplikasi perdagangannya. Perusahaan tidak memberikan alasan penghentian mendadak ini. Namun, diprediksi alasannya lantaran pihak berwenang tidak ketahui proyek Coinbase.
Dengan mengacu sejumlah laporan media baru-baru ini seputar pembelian cryptocurrency memakai UPI, National Payments Corporation of India ingin klarifikasi kalau pihaknya tidak mengetahui pertukaran kripto memakai UPI. Hal itu diunggah NPCI di Twitter.
Advertisement
Adopsi Kripto di India
Sementara itu, pajak lain untuk semua transaksi kripto dalam jumlah tertentu akan mulai berlaku pada 1 Juli 2022. Berdasarkan perusahaan data dan riset Chainalysis, India bersama Vietnam adalah salah satu negara dengan adopsi kripto paling luas.
“Diperkirakan lebih dari 100 juta orang, 7,3 persen dari total populasi India, saat ini memiliki cryptocurrency,” demikian laporan perusahaan fintech crypto Singapura, TripleA.
Laporan itu menyebutkan, volume perdagangan rata-rata harian dari berbagai cryptocurrency naik 500 persen selama Maret 2020-Februari 2021. “Banyak yang terbuka dengan gagasan crypto saat mencari cara alternatif untuk menyimpan kekayaannya,” demikain dikutip dari laporan itu.
Laporan tersebut juga menyebutkan, pekerja India termasuk pengembang perangkat lunak, pembuat konten, dan mereka yang bekerja dengan perusahaan global dilaporkan memilih mendapatkan bayaran lebih tinggi dalam cryptocurrency ketimbang uang tradisional. Hal ini karena kemudahan mentransfer lintas batas dan biaya transaksi yang lebih rendah dibandingkan transfer bank.
India Incar 700 Investor Kripto yang Tak Bayar Pajak
Sebelumnya, Departemen pajak penghasilan India dilaporkan menindak investor kripto yang tak bayar pajak dari keuntungan cryptocurrency. Departemen sedang memeriksa transaksi kripto bernilai tinggi dari sekitar 700 investor.
Menurut laporan dari Economic Times, menambahkan otoritas mengusulkan untuk mengeluarkan pemberitahuan terlebih dahulu kepada mereka. Pejabat pajak mengatakan sebagian besar dari orang-orang ini telah mengabaikan untuk menyatakan keuntungan kripto pada pengembalian pajak.
Akibat hal tersebut, 700 investor itu bisa menghadapi pajak 30 persen beserta denda, dan bunganya. Seorang pejabat senior dengan Dewan Pusat Perpajakan Langsung India (CBDT) mengatakan dalam sebuah laporan, pihaknya telah memegang seluruh data para investor tersebut.
“Kami memiliki daftar panjang orang-orang yang bertransaksi dalam aset kripto tetapi tidak membayar pajak. Awalnya, (kami) telah memilih sekitar 700 transaksi, di mana kewajiban pajak sangat tinggi,” ujar pejabat tersebut dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu, 9 April 2022.
Daftar ini tak hanya mencakup individu dengan kekayaan bersih tinggi, tetapi juga untuk orang India non-penduduk, perusahaan rintisan, pelajar, dan ibu rumah tangga. Beberapa di antaranya bahkan tidak pernah melaporkan SPT.
Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman mengusulkan dalam pidato anggarannya bulan lalu pajak 30 persen atas keuntungan modal dari cryptocurrency untuk tahun fiskal berikutnya. Anggaran lebih lanjut menyatakan, pajak tetap akan berlaku terlepas dari berapa lama seseorang telah memegang aset kripto.
Advertisement