Liputan6.com, Jakarta - Chainlink (LINK) adalah jaringan oracle terdesentralisasi yang bertujuan untuk menghubungkan smart contract dengan data dari dunia nyata. Chainlink dikembangkan oleh Sergey Nazarov, dengan Steve Ellis sebagai salah satu pendiri lainnya.
Dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (6/5/2022), token kripto Chainlink yaitu LINK atau Chainlink Coin melakukan Initial Coin Offering (ICO) pada September 2017, mengumpulkan USD 32 juta atau sekitar Rp 463,3 miliar (asumsi kurs Rp 14.479 per dolar AS), dengan total suplai 1 miliar token LINK.
LINK, sebagai cryptocurrency asli jaringan oracle terdesentralisasi Chainlink, digunakan untuk membayar operator node komputer. Karena jaringan Chainlink memiliki sistem reputasi, penyedia node yang memiliki LINK dalam jumlah besar dapat diberi hadiah dengan kontrak yang lebih besar, sementara kegagalan untuk menyampaikan informasi yang akurat berakibat pada pengurangan token.
Advertisement
Baca Juga
Para pengembang mendeskripsikan LINK sebagai token ERC20, dengan tambahan kegunaan transfer pengiriman dan panggilan ERC223 (alamat, uint256, byte), yang memungkinkan token diterima dan diproses oleh kontrak dalam satu transaksi.
Apa Itu Oracles?
Chainlink adalah platform yang bertujuan untuk menjembatani celah antara smart contract berbasis teknologi blockchain (yang dibuat meluas oleh Ethereum), dan aplikasi dunia nyata.
Karena blockchain tidak dapat mengakses data di luar jaringan mereka, oracle (instrumen defi) diperlukan untuk berfungsi sebagai penyuplai data dalam smart contract.
Dalam kasus Chainlink, oracle terhubung ke jaringan ethereum. Oracle menyediakan data eksternal (misalnya suhu, cuaca) yang memicu pelaksanaan smart contract setelah memenuhi kondisi yang telah ditentukan.
Peserta pada jaringan Chainlink diberi insentif (melalui hadiah) untuk menyediakan akses kepada smart contract atas daftar data eksternal.
Jika pengguna menginginkan akses ke data off-chain, mereka dapat mengirimkan kontrak permintaan ke jaringan Chainlink.
Kontrak ini akan mencocokkan kontrak yang meminta dengan oracles yang sesuai. Kontrak tersebut mencakup kontrak reputasi, kontrak pencocokan pesanan, dan kontrak agregat. Kontrak agregat mengumpulkan data dari oracle yang dipilih untuk menemukan hasil yang paling akurat.
Harga Chainlink (LINK)
Berdasarkan data Coinmarketcap, Jumat, 6 Mei 2022. harga LINK adalah Rp 158.052 dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp 8.147.069.381.079.
LINK turun 10,71 persen dalam 24 jam terakhir. Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 24 dengan kapitalisasi pasar Rp 73.759.448.799.897. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 467,009,550 LINK dari maksimal suplai 21 miliar LINK.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Goldman Sachs Tawarkan Pinjaman Pertama yang Didukung Bitcoin
Sebelumnya, bank investasi global Goldman Sachs telah menawarkan pinjaman tunai pertama yang didukung oleh Bitcoin (BTC). Sistem mudahnya, pinjaman tunai dijamin dengan Bitcoin milik peminjam.
Dilansir dari CoinDesk, Rabu, 4 Mei 2022, hal itu dijelaskan oleh seorang juru bicara Goldman Sachs yang mengatakan kesepakatan itu menarik bagi Goldman Sachs karena struktur dan manajemen risiko 24 jamnya.
Bank investasi ini semakin bersahabat dengan cryptocurrency. Pada Maret 2022, Goldman Sachs menampilkan cryptocurrency, metaverse, dan digitalisasi di berandanya.
Perusahaan ini juga melihat metaverse sebagai peluang bisnis dengan keuntungan sebesar USD 8 triliun atau sekitar Rp 115,6 kuadriliun.
Bank investasi global ini juga membawa kembali meja perdagangan bitcoin pada Maret tahun lalu. Pada Mei 2022, secara resmi membentuk tim perdagangan cryptocurrency dan meluncurkan perdagangan derivatif Bitcoin.
Kemudian pada Juni, Goldman Sachs memperluas meja perdagangan mata uang kriptonya untuk memasukkan ethereum (ETH) berjangka dan opsi. Selanjutnya pada Maret tahun ini, bank melakukan transaksi kripto OTC pertamanya.
Goldman Sachs juga mengatakan pada Januari 2022 harga Bitcoin bisa mencapai USD 100 ribu. Pinjaman yang didukung kripto Bitcoin menjadi lebih populer saat ini.
Perusahaan perangkat lunak yang terdaftar di Nasdaq, Amerika Serikat, Microstrategy, baru-baru ini memperoleh pinjaman USD 205 juta dari Silvergate Bank yang didukung oleh kepemilikan Bitcoin perusahaan.
Microstrategy menggunakan pinjaman tersebut untuk membeli Bitcoin tambahan untuk perbendaharaan perusahaannya.
Advertisement
Bank Rusia Menolak Gagasan Pakai Kripto untuk Hindari Sanksi
Sebelumnya, bank sentral Rusia menganggap tidak mungkin menggunakan cryptocurrency untuk menghindari pembatasan keuangan yang diberlakukan atas konflik militer di Ukraina.
Hal itu menurut pernyataan oleh Deputi Gubernur Pertama bank sentral Rusia, Ksenia Yudaeva, yang dikeluarkan sebagai jawaban atas proposal oleh anggota Duma Negara, majelis rendah parlemen Rusia.
Seorang anggota parlemen dari partai Rusia yang berkuasa, Anton Gorelkin telah menyarankan perusahaan Rusia dan pengusaha perorangan harus diizinkan untuk melakukan pembayaran dalam mata uang digital, termasuk untuk penyelesaian dengan mitra asing.
Dia berpikir pembentukan infrastruktur kripto nasional Rusia sebagai tanggapan terhadap sanksi yang diperkenalkan oleh Barat tidak dapat dihindari.
Pejabat bank sentral yakin, bagaimanapun, transfer uang dalam jumlah besar dalam cryptocurrency oleh bisnis Rusia tidak akan layak. Dikutip oleh kantor berita RIA Novosti, Yudaeva menunjukkan otoritas pengatur di UE, AS, Inggris, Jepang, dan Singapura telah mulai menerapkan langkah-langkah pencegahan.
“Platform aset digital seperti pertukaran kripto juga mengadopsi pembatasan sebesar penolakan akses ke dana untuk pengguna Rusia,” ujar Gorenklin, dikutip dari Bitcoin.com, Senin, 25 April 2022.
Bahkan di yurisdiksi di mana pembayaran kripto tidak dilarang saat ini, pihak berwenang menetapkan standar yang lebih tinggi untuk penyedia layanan kripto terkait kepatuhan terhadap aturan identifikasi pelanggan.
Bank Sentral Rusia telah menjadi penentang kuat legalisasi cryptocurrency. Pada Januari, otoritas keuangan mengusulkan larangan total pada operasi terkait kripto di negara tersebut. Ia menyatakan mata uang digital terdesentralisasi seperti Bitcoin tidak dapat digunakan dalam pembayaran barang dan jasa.
Dengan sikap garis kerasnya tentang masalah ini, CBR telah menemukan dirinya terisolasi di antara lembaga-lembaga pemerintah di Moskow. Pada Februari, pemerintah federal menyetujui rencana peraturan berdasarkan konsep Kementerian Keuangan yang mengutamakan peraturan di bawah pengawasan ketat, daripada larangan.
Goldman: Bitcoin Jadi Lebih Berkorelasi dengan Produk Pasar Keuangan Tradisional
Sebelumnya, Goldman Sachs menyebutkan koreksi terjadi di pasar kripto menunjukkan adopsi arus utama dapat menjadi "pedang bermata dua”.
Hal itu disampaikan dalam sebuah laporan yang dirilis Kamis, 27 Januari 2022. Sejak November 2021, Goldman Sachs mencatat total kapitalisasi pasar kripto turun sekitar 40 persen. Koreksi kripto yang terjadi dinilai unik karena didorong faktor ekonomi makro hingga perkembangan yang berada di luar pasar digital.
Analis Goldman Sachs yang dipimpin Zach Pandi dalam catatannya menulis, adopsi arus utama dapat meningkatkan valuasi tetapi pada saat yang sama juga akan meningkatkan korelasi dengan variabel pasar keuangan lainnya yang kurangi manfaat diversifikasi dari memegang aset digital.
"Penurunan bitcoin sangat berkorelasi dengan penarikan saham teknologi dengan profitabilitas rendah dan penawaran umum perdana baru-baru ini yang bereaksi negatif terhadap langkah Federal Reserve menuju kenaikan suku bunga,” demikian dari laporan tersebut.
Goldman menyebutkan, bitcoin berada di pusat rotasi baru-baru ini di seluruh kelas aset. Bitcoin berkorelasi positif dengan risiko inflasi dan sektor saham teknologi, dan berkorelasi negatif dengan suku bunga riil dan dolar Amerika Serikat.
Penurunan tajam dalam harga token mengakibatkan likuidasi dan penurunan pinjaman pada platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang memakai koin sebagai jaminan, seperti dalam sistem keuangan tradisional.
“Pengembangan lebih lanjut dari teknologi blockchain seperti aplikasi metaverse dapat memberikan “pendorong sekuler” untuk aset digital tertentu dari waktu ke waktu, tetapi mereka tidak akan kebal terhadap kekuatan ekonomi makro seperti pengetatan moneter oleh bank sentral,” tulis laporan tersebut.
Advertisement