Sukses

Berkaca dari Jebloknya Luna dan UST, Ini Hal yang Perlu Dicermati Investor

Apa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi para investor dari runtuhnya UST dan juga Luna?

Liputan6.com, Jakarta - Pekan lalu industri kripto sempat diguncang oleh fenomena runtuhnya dua token jaringan Terra yaitu Luna coin dan Stablecoin Terra USD (UST). Keduanya anjlok sangat dalam bahkan hingga tidak berharga.

Akibat runtuhnya kedua kripto tersebut, banyak sekali investor Luna coin yang mengaku mengalami kerugian besar karena aset mereka tiba-tiba menjadi tak bernilai. Beberapa investor menceritakan kisah kerugiannya di Reddit, tepatnya pada forum sub reddit TerraLuna. 

Lantas apa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi para investor dari runtuhnya UST dan juga Luna? 

Pengamat sekaligus trader, Desmond Wira menjelaskan dengan adanya kejadian yang menimpa Luna dan UST, masyarakat harus sadar kripto memiliki risiko sangat tinggi. Bahkan stablecoin juga tidak menjadi jaminan aset kripto lebih aman. 

“Sejak dari awal kripto memang memiliki risiko sangat tinggi. Kalau ada aset kripto yang tiba-tiba anjlok dan menjadi tidak bernilai sama sekali sebenarnya sudah sering terjadi. Misalnya yang terjadi pada shitcoin. Kalau di Indonesia misalnya pada koin artis. Nah, sekarang menjadi menarik karena terjadi pada koin kripto yang kapitalisasi pasarnya sangat besar,” ujar Desmond kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (19/5/2022). 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Karakter Kripto Sangat Berisiko Tinggi

Menurut Desmond, meskipun memiliki kapitalisasi pasar besar jatuhnya harga wajar saja terjadi, apalagi jika developer gagal menjaga peg stablecoin dan akhirnya membanjiri pasar dengan supply koin sangat besar.

“Menurut catatan saya, kapitalisasi pasar koin Luna sempat mencapai 5 besar, yaitu senilai USD 40 miliar (Rp 586,7 triliun). Ambruknya koin Luna juga bersamaan dengan ambruknya stablecoinnya yaitu UST. Hal ini tentu saja merugikan banyak sekali investor koin tersebut,” jelas Desmond.

“Kejadian koin luna menurut saya bukan yang menjadi yang terakhir. Bisa jadi ke depannnya mungkin ada lagi koin lain yang jatuh. Karakter kripto memang demikian, sangat berisiko tinggi, rentan manipulasi dan penuh kejutan,” lanjut dia. 

Saran Berinvestasi Kripto

Tak hanya itu, Desmond juga memberikan beberapa saran kepada masyarakat yang ingin berinvestasi kripto agar bisa lebih cermat serta bisa meminimalkan risiko dan kerugian. 

Hal utama menurut Desmond, sebelum terjun pada investasi kripto, masyarakat harus menggunakan uang dingin dan harus siap dengan risiko tinggi yang melekat pada aset kripto.

“Masyarakat harus melakukan diversifikasi risiko, yang dimaksud diversifikasi di sini artinya tidak semua dana dimasukkan ke kripto. Bagi porsi investasi ke berbagai instrumen investasi yang beragam tingkat risikonya, misalnya deposito, obligasi, saham, dan lain-lain. Prinsipnya semakin tinggi tingkat risikonya, semakin kecil jumlah dana yang dimasukkan di sana (berbanding terbalik),” tutur Desmond. 

Selain itu, investor juga harus paham apapun bisa terjadi di pasar kripto. Bahkan pada aset kripto yang dilabeli "stable" sekalipun. 

“Kalaupun sudah memiliki aset kripto tetap harus dipantau terus. Tidak bisa ditinggal begitu saja. Karena kripto sangat rentan, bisa terjadi perubahan drastis dalam waktu singkat,” pungkas Desmond.

3 dari 4 halaman

Pencipta Terra Do Kwon Umumkan Rencana untuk Atasi Masalah Luna Coin

Sebelumnya, salah satu pendiri blockchain Terra, Do Kwon, mengumumkan rencana baru untuk memulihkan ekosistem setelah anjloknya dua token jaringan Terra yaitu Luna dan Terra USD. Rencana tersebut adalah dengan membuat blockchain baru yang merupakan hardfork dari blockchain sebelumnya.

Hard fork adalah perubahan yang tidak kompatibel dengan versi yang lama. Ini bisa terjadi jika ada perubahan yang berlawanan dari protokol yang lama. Dilansir dari Cointelegraph, Selasa (17/5/2022), seperti yang dikatakan oleh Kwon, Senin 16 Mei 2022, Terraform Labs akan mengajukan proposal tata kelola baru pada 18 Mei untuk mem-fork blockchain Terra Luna yang disebut Terra. 

Nantinya, rantai baru tidak akan ditautkan ke stablecoin Terra USD (UST). Sedangkan, blockchain Terra lama akan terus ada dengan UST dan akan disebut Terra Classic (LUNC). Di bawah rencana Kwon, jika disahkan, blockchain LUNA baru akan ditayangkan pada 27 Mei.

Di dalam proposal ini, token LUNA baru akan dikirimkan ke pemegang LUNC, pemegang UST, dan pengembang penting dari blockchain Terra Classic.

Selain itu, dompet Terraform Labs dengan alamat terra1dp0taj85ruc299rkdvzp4z5p fg6z6swaed74e6 akan dihapus dari daftar putih untuk airdrop, sehingga menjadikan Terra rantai milik komunitas sepenuhnya.

Pasokan LUNC yang diusulkan dibatasi pada 1 miliar, dengan 25 persen masuk ke kumpulan komunitas, 5 persen ke pengembang penting, dan 70 persen ke pemegang LUNC dan UST di berbagai snapshot acara di bulan Mei, tergantung pada kondisi vesting.

 

4 dari 4 halaman

Dapat Kritikan

Meskipun begitu, ternyata rencana tersebut mendapat kritik dari CEO Binance, Changpeng Zhao. Zhao mengatakan dia tidak berpikir rencana Terra untuk mem-forking blockchain akan berhasil karena tidak akan memberikan nilai apa pun.

"Ini tidak akan berhasil. Forking tidak memberikan nilai apapun pada fork baru. Itu hanya angan-angan,” kata Zhao dikutip dari Theblockcrypto, Selasa (17/5/2022). 

Tweet Zhao muncul setelah Kwon mengusulkan rencana kebangkitan Terra setelah runtuh minggu lalu. Kwon mengajukan forking blockchain Terra menciptakan rantai baru dan mendistribusikan 1 miliar token kepada para pemangku kepentingan.

Namun, menurut Zhao, "mencetak koin (mencetak uang) tidak menciptakan nilai." Itu hanya "mencairkan pemegang koin yang ada”. Zhao juga mempertanyakan di mana cadangan Bitcoin Luna Foundation Guard berada. 

"Bukankah seharusnya BTC itu semua digunakan untuk membeli kembali UST terlebih dahulu?" Zhao bertanya.

Secara keseluruhan, Zhao "sangat kecewa" dengan bagaimana tim Terra menangani runtuhnya stablecoin UST dan token terkaitnya Luna (LUNA). 

Binance Labs diketahui adalah pendukung awal Terraform Labs, yang telah memimpin putaran awal USD 32 juta atau sekitar Rp 468,6 miliar pada 2018. Investor terkenal Terraform lainnya termasuk Coinbase Ventures, Polychain Capital, Pantera Capital, dan Hashed.