Sukses

Pasar Kripto Rontok, Pendiri Ethereum Gavin Wood Sebut Investor Harus Lebih Perhatian Kepemilikannya

Investor cryptocurrency perlu lebih menyadari apa yang mendukung kepemilikan mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri Ethereum, Gavin Wood, mengatakan investor cryptocurrency perlu lebih menyadari apa yang mendukung kepemilikan mereka setelah anjloknya pasar yang menghapus lebih dari USD 800 miliar atau sekitar Rp 11.688 triliun dari nilainya.

"Saya berharap orang-orang lebih memperhatikan apa yang membohongi nama mata uang ketika mereka terlibat dalam komunitas, ekosistem, ekonomi," kata Wood kepada Reuters di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di resor Alpen Swiss di Davos, dikutip dari Channel News Asia, ditulis Minggu (5/6/2022). 

Perusahaan kripto dan blockchain sangat terlihat pada pertemuan para pemimpin bisnis dan politik tahun ini, meskipun nilai pasar anjlok dalam minggu-minggu menjelang acara tersebut, dengan koin terbesar kedelapan Luna menjadi hampir tidak berharga.

Ilmuwan komputer Inggris Wood hadir untuk pertama kalinya untuk membicarakan kemitraan baru antara proyek blockchain-nya Polkadot dengan Project Liberty milik miliarder Amerika Frank McCourt.

Blockchain sendiri adalah buku besar publik yang menyimpan catatan transaksi di jaringan komputer, teknologi ini juga yang mendasari kripto hingga aset digital seperti NFT.  

"Internet tidak memiliki konsep legalitas yang sebenarnya, karena legalitas adalah sesuatu yang ditentukan oleh negara-negara berdaulat," kata Wood.

Kemitraan baru ini bertujuan untuk mendesentralisasikan kontrol web dan memberi pengguna lebih banyak kontrol atas data mereka. 

"Teknologi tidak dapat mencegah orang membuat kesalahan tetapi dapat membantu mereka yang ingin lebih memahami fakta dunia, apa yang mereka beli," ujar Wood.

Pria 42 tahun, yang juga menciptakan istilah Web3, juga mendirikan Web3 Foundation, yang mendukung reorganisasi web dari perusahaan besar seperti pemilik Google Alphabet menjadi pengguna individu.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Analis Sebut Bitcoin Bakal Pulih Jika Sentimen di Wall Street Membaik

Sebelumnya, lonjakan yang terjadi pada Kamis malam berhasil membawa Bitcoin melewati harga USD 30.000 atau sekitar Rp 434,4 juta. Lonjakan tersebut bertahan stabil hingga Jumat pagi (3/6/2022). 

Kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Bitcoin baru-baru ini diperdagangkan sekitar USD 30.600, naik lebih dari 2 persen selama 24 jam sebelumnya. Ethereum berpindah tangan tepat di atas USD 1.800, naik sedikit untuk periode yang sama. 

Sebagian besar kripto utama lainnya naik terlambat dengan ADA baru-baru ini naik hampir 6 persen, dan APE naik lebih dari 4 persen. Perdagangan masih berombak karena investor terus menghindar dari aset berisiko. Perilaku tersebut merupakan hasil dari ketakutan inflasi dan resesi yang terus menjamur tahun ini.

Analis Pasar Senior Oanda, Edward Moya mengatakan, Bitcoin akan pulih kembali setelah sentimen bearish di Wall Street membaik, tetapi itu kemungkinan akan memakan waktu beberapa minggu lagi.

Moya juga mencatat selera risiko investor akan bergantung pada "ekspektasi" dari apa yang "akan dilakukan bank sentral AS setelah musim panas”. 

“Bitcoin sedang membentuk basis tetapi sebagian besar pedagang masih meratapi luka mereka. Jika Bitcoin dapat merebut kembali level USD 33.500, itulah yang diperlukan agar pembelian teknis dapat dipicu,” ujar Moya dikutip dari CoinDesk, Jumat, 3 Juni 2022.

3 dari 4 halaman

Laju Pasar Kripto Belum Optimal di Tengah Harga Bergejolak

Sebelumnya, pergerakan harga kripto masih belum sepenuhnya optimal. Meskipun sejak awal pekan lalu, sejumlah aset kripto sempat reli kencang, namun pasar kripto masih belum sanggup untuk 

Kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Bitcoin (BTC) sempat melewati level psikologisnya di harga USD 30.000, tapi tidak berlanjut bullish dan kembali anjlok di kisaran USD 29.850. Kemudian pada Jumat pagi 3 Juni 2022, Bitcoin dan kripto teratas lainnya kembali menguat.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan pergerakan market ini dipengaruhi oleh investor yang sepertinya memanfaatkan momentum reli harga kripto untuk melakukan aksi ambil untung atau taking profit. Investor tidak mau lama menunggu untuk mendapatkan profit, ketika harga BTC naik setelah sembilan minggu alami penurunan.

"Jika dilihat, ketika sentimen pasar bearish, investor tentu akan buru-buru merealisasikan keuntungannya sebelum laju harga aset kripto kembali berbalik arah. Harga Bitcoin gagal menembus level resistance-nya, sehingga dibutuhkan aksi beli yang kencang demi mendorong harga Bitcoin lebih tinggi lagi," kata Afid dalam keterangan tertulis, Jumat (3/6/2022).

Afid menduga para investor masih mengantisipasi ancaman resesi dan kebijakan moneter The Fed ke depan. Meski begitu ada rasa optimisme pelaku pasar yang dipicu oleh keyakinan harga aset-aset berisiko, termasuk kripto, sudah mencapai titik rendah. Sehingga, pelaku pasar terus mendorong harga aset kripto untuk menembus level resistance-nya.

Tapi, awan mendung masih menyelimuti pasar kripto dengan sentimen negatif dari makroekonomi yang sangat mempengaruhi tindak-tanduk investor institusi di bursa kripto. 

“Tak ketinggalan, mereka juga tampak latah mengikuti aksi jual yang dilakukan pelaku pasar modal. Di mana, nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), Nasdaq dan S&P 500 juga kompak melorot,” pungkas Afid.

4 dari 4 halaman

Bitcoin Menguat, Yakin Investor Bakal Beli?

Sebelumnya, Bitcoin telah melonjak di atas USD 32.000 atau sekitar Rp 464,97 juta pada Selasa, 31 Mei 2022 level tertinggi sejak 10 Mei. Bitcoin diperdagangkan di sekitar USD 32.071 atau sekitar Rp 466,03 juta (asumsi kurs Rp 14.531 per dolar Amerika Serikat), naik 4,5 persen selama 24 jam terakhir.

Namun, bitcoin telah turun lebih dari 50 persen dari level tertinggi sepanjang masa yang terjadi pada November lalu, di tengah aksi jual aset berisiko yang luas.

Meskipun kini harga lebih rendah, Glassnode menilai pasar bitcoin belum menarik banyak investor baru untuk membeli atau ‘buy the dip’. Melansir Yahoo Finance, Rabu (1/6/2022), jumlah alamat dompet bitcoin dengan saldo non-zero tidak mengalami perubahan selama beberapa minggu terakhir.

Glassnode mengatakan, hal itu karena investor tetap khawatir tentang ketidakpastian makroekonomi. Ini konsisten dengan aksi jual pada musim panas 2021, dengan pertumbuhan dompet bitcoin tak beranjak selama sekitar empat bulan. Sementara itu, jumlah alamat aktif dan entitas yang memegang bitcoin telah stagnan selama beberapa bulan terakhir.

"Penjualan baru-baru ini, dan harga yang lebih rendah belum menginspirasi masuknya pengguna baru ke ruang angkasa, dan hanya HODLer yang tersisa,” tulis para analis Glassnode.

HODLers adalah istilah yang mengacu pada investor yang melakukan aksi beli dan tahan. Menurut para analis, HODLer atau entitas yang ada di jaringan menambah kepemilikan mereka secara signifikan pada situasi semacam ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.