Sukses

FTC Sebut Kerugian Korban Penipuan Kripto Sentuh Rp 14,43 Triliun Sejak 2021

Pada 2021, kerugian penipuan kripto sebesar USD 575 juta atau Rp 8,3 triliun juga dilaporkan ke FTC terkait peluang investasi.

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 46.000 orang menyebutkan kehilangan lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,43 triliun (asumsi kurs Rp 14.438 per dolar AS) dalam bentuk kripto karena penipuan sejak awal 2021.

Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis oleh Federal Trade Commission (FTC) pada Jumat, 3 Juni 2022. Kerugian tahun lalu hampir 60 kali lipat dari 2018, dengan kerugian individu rata-rata USD 2.600.

FTC mencatat cryptocurrency teratas yang orang sampaikan memakai membayar scammer adalah bitcoin sebesar 70 persen, tether sebesar 10 persen dan ether sebesar 9 persen. Salah satu fitur utama cryptocurrency seperti bitcoin adalah transfer pembayaran bersifat final dan tidak dapat dibatalkan.

Ini tidak selalu merupakan hal baik. Chargebacks,sejenis alat yang dirancang untuk melindungi konsumen memungkinkan konsumen untuk membatalkan transaksi jika klaim telah ditagih secara curang untuk barang atau layanan yang tidak mereka terima.

Hampir setengah orang yang melaporkan kehilangan kripto karena penipuan sejak 2021 mengatakan dimulai dengan semacam pesan di platform media sosial. Platform teratas yang disebutkan dalam pengaduan ini adalah Instagram 32 persen, Facebook sebesar 26 persen, WhatsApp 9 persen dan Telegram 7 persen.

Peluang investasi palsu sejauh ini merupakan jenis penipuan yang paling umum. Pada 2021, kerugian penipuan kripto sebesar USD 575 juta atau Rp 8,3 triliun juga dilaporkan ke FTC terkait peluang investasi.

Orang-orang melaporkan situs web dan aplikasi investasi akan membiarkan mereka melacka pertumbuhan kripto mereka, tetapi aplikasi itu palsu. Ketika mereka mencoba mengeluarkan uangnya, dan tidak bisa.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Modus Penipuan

"Tidak ada bank atau otoritas terpusat lainnya untuk menandai transaksi mencurigakan dan berusaha menghentikan penipuan sebelum itu terjadi,” FTC memperingatkan dalam laporannya.

"Pertimbangan ini tidak unik untuk transaksi kripto, tetapi semuanya dimainkan oleh scammers,”

Penipuan asmara sumber kerugian penipuan kripto paling umum kedua. Diikuti penipuan peniruan identitas bisnis dan pemerintah, yang menurut FTC sering kali dapat dimulai dengan pesan palsu yang mengaku berasal dari perusahaan teknologi Amazon dan Microsoft.

Konsumen lebih muda lebih mungkin tertipu oleh penipuan kripto. FTC melaporkan orang berusia 20 tahun-49 tahun lebih dari tiga kali mungkin dari pada kelompok usia lebih tua untuk melaporkan kehilangan kripto karena scammer.

Untuk hindari scam, FTC mengatakan orang harus memahami investasi cryptocurrency tidak pernah menjamin pengembalian, menghindari pengaturan bisnis yang memerlukan pembelian kripto dan berhati-hati terhadap hal-hal romatis yang disertai dengan ajakan kripto.

Berita itu muncul setelah beberapa minggu yang penuh gejolak di pasar kripto. Stablecoin gagal yang dipatok dolar AS membantu menyeret seluruh kelas aset kripto, menghapus triliunan dolar dari kapitalisasi pasar sektor ini dan merusak kepercayaan investor dalam prosesnya.

Banyak investor institusi dan ritel rugi, dan sebagian besar tidak ada backstops dari FDIC, atau perlindungan asuransi konsumen lainnya.

Miliarder kripto Cameron dan Tyler Winklevoss baru-baru ini umumkan PHK di bursa kripto Gemini. Hal ini menunjukkan industri ini dalam fase kontraksi yang dikenal sebagai musim dingin kripto yang telah diperparah oleh gejolak makroekonomi dan geopolitik saat ini.

 

3 dari 4 halaman

Mantan Jaksa Federal Sebut Do Kwon Bisa Kena Hukuman Akibat Runtuhnya Luna

Sebelumnya, CEO Terraform Labs, Do Kwon, belakangan ini menjadi sorotan karena proyek kripto yang dia kembangkan di jaringan Terra yaitu Luna dan Terra USD (UST) runtuh hingga hampir tak berharga beberapa pekan lalu. 

Meskipun Kwon telah membuat jalan keluar dengan membangun jaringan baru dengan token Luna baru, tampaknya cara tersebut belum berhasil karena token Luna baru belum berhasil meroket dan menghapuskan kerugian investor. 

Beberapa investor dan firma hukum di Korea Selatan, tempat asal Do Kwon menuntut Kwon dengan berbagi tuduhan. Lantas apakah runtuhnya Luna dan UST dapat membawa Kwon ke dalam penjara? 

Mantan jaksa dan regulator federal menjelaskan kepada CNBC dampak dari kekacauan stablecoin dapat berarti denda, hukuman atau, dalam skenario terburuk bagi Kwon, waktu di balik jeruji besi.

Di Amerika sendiri bukanlah kejahatan menjadi pengusaha yang buruk atau CEO yang ceroboh dengan penilaian yang buruk.

Dalam kasus Kwon, jaksa harus membuktikan tanpa keraguan Kwon atau rekan-rekannya melakukan penipuan kriminal dan itu membutuhkan bukti terdakwa dengan sengaja menipu investor.

“Ini tidak seperti pembunuhan di mana Anda membawa saksi untuk bersaksi siapa yang menarik pelatuknya,” jelas asisten pengacara AS untuk Distrik Columbia, Randall Eliason yang pernah menangani kasus kerah putih di pengadilan federal, dikutip dari CNBC, Jumat (3/6/2022). 

Bahkan jika jaksa dapat menunjukkan terdakwa membuat pernyataan palsu, mereka harus membuktikan keadaan pikiran terdakwa tanpa keraguan. 

Pendiri dana lindung nilai cryptocurrency senilai USD 90 juta di Australia Stefan Qin, dijatuhi hukuman lebih dari tujuh tahun penjara setelah dia mengaku bersalah atas satu tuduhan penipuan sekuritas. 

Roger Nils-Jonas Karlsson, warga negara Swedia yang dituduh oleh Amerika Serikat menipu lebih dari 3.500 korban lebih dari USD 16 juta dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena penipuan sekuritas, penipuan kawat, dan pencucian uang.

4 dari 4 halaman

Investor Ajukan Keluhan

Di luar AS, Kwon bisa menghadapi pukulan balik di Korea Selatan, tempat dia tinggal dan menghabiskan waktu menjalankan bisnisnya, dan Singapura, markas resmi Terraform Labs.

Sekelompok investor di Korea Selatan telah berkumpul untuk mengajukan keluhan terhadap Kwon dan salah satu pendiri Terraform Labs atas dua tuduhan termasuk penipuan, menurut laporan dari media lokal. 

Hukuman perdata juga dapat mencakup denda atau konsekuensi lain dari regulator seperti Securities and Exchange Commission atau Commodity Futures Trading Commission.

Penasihat senior di divisi penegakan SEC, Philip Moustakis menjelaskan SEC hanya perlu membuktikan kasusnya dengan bukti yang lebih banyak, yang berarti juri harus menemukan kemungkinan besar terdakwa terlibat perbuatan yang dituduhkan.

Sementara itu, Terraform Labs saat ini menurunkan beberapa pengacara, setelah tim hukum internalnya dilaporkan mengundurkan diri setelah kecelakaan itu. Ketiga tim hukum Terraform Labs menunjukkan di profil LinkedIn mereka meninggalkan perusahaan pada Mei 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.