Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau alami pergerakan harga yang beragam pada Selasa (21/6/2022) pagi. Mayoritas kripto jajaran teratas harus kembali terjebak di zona merah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa (21/6/2022) pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat tipis 0,05 persen persen dalam 24 jam, tetapi masih melemah 11,43 persen dalam sepekan.
Baca Juga
Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 20.331 per koin atau setara Rp 301.4 juta (asumsi kurs Rp 14.827 per dolar AS).
Advertisement
Ethereum (ETH) harus kembali melemah hari ini. Selama 24 jam terakhir, ETH turun 3,12 persen dan 10,55 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.098 per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) juga kembali melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB melemah 0,19 persen dan 4,65 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 213,52 per koin.
Kemudian Cardano (ADA) pagi ini masih menguat tipis. Dalam satu hari terakhir ADA naik 0,35 persen dan 3,05 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,4819 per koin.
Adapun Solana (SOL) harus kembali melemah pagi ini. Sepanjang satu hari terakhir SOL melemah 1,42. Namun masih menguat 21,23 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 34,02 per koin.
XRP juga turut melemah pagi ini. XRP turun 2,76 persen dalam 24 jam terakhir, tetapi menguat 1,31 persen dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,3183 per koin.
Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama melemah 0,03 persen. Dengan begitu membuat USDT berada di level USD 0,9989 dan USDC dihargai USD 1,00.
Sedangkan Binance USD (BUSD) meemah 0,27 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya turun sedikit le level USD 0,9989.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripo berada di level USD 895,7 miliar. Masih melemah jika dibandingkan beberapa hari lalu yang berada di atas USD 1 triliun.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bitcoin Menguat, tapi Masih Bertahan di Rp 296,4 Juta
Sebelumnya, Bitcoin melonjak 10 persen pada Senin (20/6/2022) setelah aksi jual tajam selama akhir pekan. Meskipun begitu, Bitcoin masih terus tertatih-tatih di sekitar angka USD 20.000 atau sekitar Rp 296,4 juta yang membuat investor masih tetap waspada.
Cryptocurrency terbesar di dunia diperdagangkan pada USD 20.648.50 pada Senin sore, menurut data dari CoinDesk. Sedangkan selama akhir pekan, bitcoin telah jatuh ke level USD 17.601.
Walaupun rebound akan disambut baik oleh investor, Bitcoin masih berada di sekitar 70 persen di bawah rekor tertinggi sepanjang masa pada November tahun lalu dan turun 57 persen tahun ini.
Dengan bitcoin yang tidak dapat bertahan secara meyakinkan di atas USD 20.000, pengamat industri mengatakan reli mungkin tak bertahan lama. Wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di pertukaran kripto Luno, Vijay Ayyar mengatakan harga bitcoin bisa ditutup di atas USD 23.000 pada basis waktu harian.
"Bitcoin telah oversold, jadi diperkirakan akan terjadi pemantulan,” kata Ayyar dikutip dari CNBC, Senin, 20 Juni 2022.
Pasar cryptocurrency secara luas telah diganggu oleh sejumlah masalah dalam beberapa minggu terakhir, dimulai dengan runtuhnya algoritme stablecoin terra USD dan token luna terkait.
Perhatian investor kini telah beralih ke perusahaan pemberi pinjaman kripto yang menjanjikan hasil tinggi kepada pengguna untuk menyetor koin digital mereka. Pekan lalu, Celsius, sebuah perusahaan dengan 1,7 juta pelanggan dan hampir USD 12 miliar aset kripto yang dikelola, menghentikan penarikan dana untuk pelanggan, memicu kekhawatiran.
Tak sampai situ, perusahaan cryptocurrency telah mengumumkan putaran PHK di tengah penurunan pasar. Misalnya Coinbase, mengatakan minggu lalu akan memangkas 18 persen dari pekerjaan penuh waktu. Sebuah perusahaan pemberi pinjaman bernama BlockFi mengatakan pekan lalu akan memberhentikan seperlima dari stafnya.
Advertisement
Faktor Makro Ekonomi Masih Membayangi
Faktor makroekonomi termasuk inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga yang akan datang dari Federal Reserve AS juga membebani pasar. CEO CryptoCompare, Charles Hayter mengatakan ketika inflasi di ambang pintu dan dengan kenaikan suku bunga sebentar lagi, risiko resesi di tikungan tinggi.
“Dorongan saya menarik Anda dari tingkat yang lebih tinggi yang menguras uang tunai dari pemilik rumah yang digadaikan berarti orang-orang secara psikologis menguatkan dan mengurangi dan aset digital menderita karenanya,” kata Hayter.
Kapan kripto sampai titik terendah?
Mengingat penurunan besar dalam harga cryptocurrency dalam beberapa minggu terakhir, beberapa pengamat mengatakan sejauh mana kripto bisa turun.
Direktur Bitcoin Suisse, Giles Keating, mengatakan kepada “Squawk Box Europe” CNBC pada Senin, hampir mencapai titik di mana beberapa kelebihan leverage yang nyata kini telah dikeluarkan dari sistem dan bagian bawah dapat mulai terbentuk.
Gelombang Likuidasi
Leverage mengacu pada perdagangan di mana investor secara efektif menggunakan uang pinjaman untuk melakukan perdagangan. Itu berarti investor bisa mendapatkan eksposur yang lebih besar ke posisi dengan modal awal yang lebih sedikit.
Namun, itu dilihat sebagai sarana perdagangan yang berisiko karena mengharuskan investor untuk memastikan mereka memiliki modal yang cukup untuk memenuhi apa yang disebut persyaratan margin. Jika tidak, posisi mereka otomatis dilikuidasi. Likuidasi tersebut dipandang sebagai faktor besar di balik pergerakan pasar.
Keating mengatakan masih ada risiko likuidasi lebih lanjut, tetapi sebagian besar penjualan telah berakhir.
“Sekarang beberapa orang memperingatkan kita masih belum sampai di sana dan bahwa jika kita menembus lebih rendah secara signifikan, kita akan melihat gelombang likuidasi lain," pungkas Keating.
Advertisement