Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin baru saja menyelesaikan bulan terburuknya dalam catatan, kehilangan lebih dari 38 persen nilainya sepanjang Juni. Ethereum cryptocurrency terbesar kedua di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, mengakhiri periode yang sama turun sekitar 47 persen.
Dilansir dari CNBC, Jumat (1/7/2022), penurunan pada Juni adalah yang terburuk untuk cryptocurrency sejak pertama kali tersedia di bursa pada 2010. Sebesar lebih dari USD 2 triliun atau sekitar Rp 29.897 triliun telah dihapus dari pasar kripto dalam hitungan bulan.
Baca Juga
Kapitalisasi pasar pasar kripto di bawah USD 1 triliun sangat kecil dibandingkan dengan PDB negara USD 21 triliun atau pasar perumahan USD 43 triliun. Tetapi AS memiliki sepertiga dari pasar kripto global, menurut perkiraan dari Goldman Sachs.
Advertisement
Seperti yang sedang terjadi, dunia kripto telah diguncang berbagai sentimen negatif selama berapa pekan terakhir. Mulai dari ketidakpastian ekonomi hingga masalah yang terjadi pada pemain utama industri.
Dana lindung nilai kripto terkemuka Three Arrows Capital gagal membayar pinjaman senilai lebih dari USD 670 juta dan saat ini berada di fase likuidasi. Kemudian perusahaan pinjaman kripto yang memberhentikan penarikan, serta gelombang PHK di berbagai perusahaan kripto.
Namun, banyak penggemar bitcoin mengharapkan kebangkitan lagi, dan membeli pada apa yang mereka antisipasi akan menjadi rekor terendah.
Michael Saylor menulis cuitan pada Rabu, MicroStrategy mengambil 480 bitcoin tambahan untuk sekitar USD 10 juta, sehingga total kepemilikan perusahaan dari koin digital paling populer di dunia menjadi sekitar UDS 4 miliar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bitcoin Sempat Turun di Bawah Rp 283,7 Juta Dampak Berbagai Sentimen Negatif
Sebelumnya, Bitcoin pada Jumat (1/7/2022) sempat turun di bawah USD 19.000 atau sekitar Rp 283,7 juta, tepatnya di kisaran USD 18.978 (Rp 283,3 juta). Hal ini karena mata uang digital terbesar di dunia masih diterpa berbagai sentimen negatif seperti kekhawatiran ekonomi makro dan krisis likuiditas di antara perusahaan kripto.
Namun data terbaru dari Coinmarketcap, Bitcoin berhasil kembali ke level USD 20.000. Kripto terbesar itu, turun sekitar 58 persen tahun ini dan telah jatuh sekitar 72 persen dari level tertinggi sepanjang masa di level USD 68.990,90 yang dicapai pada November lalu.
Kepala penelitian di SEBA Bank yang berfokus pada aset digital, Yves Longchamp mengatakan bitcoin terus berada di bawah tekanan seperti aset lainnya.
“Campuran inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan resesi membebani cryptocurrency,” kata Longchamp dikutip dari CNBC, Jumat, 1 Juli 2022.
Advertisement
Investor Khawatir Inflasi
Pasar saham global tetap di bawah tekanan dengan S&P 500 jatuh untuk mengakhiri paruh pertama terburuk tahun ini sejak 1970. Bitcoin telah berkorelasi erat dengan pergerakan indeks ekuitas dan khususnya Nasdaq. Saham berada di bawah tekanan yang membebani harga bitcoin.
Investor juga khawatir tentang inflasi yang merajalela yang memaksa bank sentral global menaikkan suku bunga. Itu juga memicu kekhawatiran resesi di AS dan negara-negara lain.
Jatuhnya harga kripto telah mengekspos sifat industri yang sangat leverage dan menyebabkan masalah likuiditas di seluruh perusahaan. Dana lindung nilai Cryptocurrency Three Arrows Capital jatuh ke dalam likuidasi minggu ini, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Perusahaan memiliki eksposur ke stablecoin algoritma terra USD yang sekarang runtuh dan saudara token luna. Three Arrow Capital atau lebih dikenal dengan 3AC juga dikabarkan gagal memenuhi margin call dari BlockFi.
Tekanan Terus Meningkat, Harga Bitcoin Sempat Jatuh di Bawah Rp 297,4 Juta
Sebelumnya, Bitcoin sempat turun di bawah USD 20.000 atau sekitar Rp 297,4 juta pada Kamis (30/6/2022) dini hari karena sejumlah faktor dari kekhawatiran makroekonomi hingga masalah dengan perusahaan cryptocurrency terus membebani pasar.
Cryptocurrency terbesar di dunia terakhir diperdagangkan naik kurang dari 1 persen pada USD 20.359,25, menurut data CoinMetrics. Sebelumnya pada Kamis dini hari, bitcoin turun ke level USD 19.841.
Bitcoin telah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat dalam dua minggu terakhir tidak mampu membuat pergerakan besar jauh di atas USD 22.000.
Analis di bursa cryptocurrency Bitfinex mengatakan hal yang dapat membuat harga bitcoin jatuh ke depannya adalah resesi yang menjulang dan tingkat inflasi yang menjamur.
Wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di pertukaran kripto Luno, Vijay Ayyar mengatakan, bitcoin kemungkinan akan diperdagangkan antara USD 17.000 dan USD 22.000 untuk sementara waktu.
Hal ini mengingat sentimen pasar saat ini. Selain itu kenaikan suku bunga yang diharapkan dari Federal Reserve AS pada Juli mendatang terus membebani semua aset berisiko.
“Sebagian besar pemantulan dijual selama beberapa minggu terakhir, biasanya dikategorikan sebagai pemantulan pasar beruang, bertujuan untuk menjebak pembeli yang terlambat, hanya untuk membuat mereka menjual posisi lebih rendah,” kata Ayyar, dikutip dari CNBC, Kamis, 30 Juni 2022.
Advertisement
Masalah Likuiditas Kripto
Jatuhnya harga selama beberapa minggu terakhir, yang telah menghapus nilai miliaran dolar dari pasar cryptocurrency telah mengekspos masalah likuiditas utama di perusahaan-perusahaan di seluruh industri.
Bulan ini, pemberi pinjaman kripto Celsius menghentikan penarikan untuk pengguna dengan alasan “kondisi pasar yang ekstrem.” Pertukaran kripto CoinFlex juga menghentikan penarikan untuk pelanggan setelah satu klien gagal membayar hutang kepada perusahaan.
Sementara itu, dana lindung nilai kripto terkemuka Three Arrows Capital gagal membayar lebih dari USD 670 juta pinjaman dari Voyager Digital.
Di sisi lain miliarder kripto sekaligus CEO pertukaran cryptocurrency FTX, Sam Bankman-Fried, telah turun tangan untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang kesulitan termasuk BlockFi dan Voyager Digital dengan menawarkan jalur kredit.