Liputan6.com, Jakarta - Pertukaran cryptocurrency CoinFlex mengungkapkan pihaknya memerlukan waktu lebih lama hingga pelanggan bisa menarik uang lagi seperti yang direncanakan semula.
Hal itu disampaikan langsung CEO CoinFlex, Mark Lamb, dia mengatakan pihaknya membutuhkan lebih banyak waktu untuk menangani semuanya.
“Kami akan membutuhkan lebih banyak waktu dan tidak mungkin penarikan akan diaktifkan kembali besok,” kata Lamb dikutip dari CNBC, Jumat (1/7/2022).
Advertisement
CoinFlex adalah korban terbaru dari jatuhnya harga cryptocurrency yang telah menghapus miliaran dolar dari pasar dalam dengan yang disebut “crypto winter” terbaru.
Bitcoin telah kehilangan lebih dari 50 persen nilainya tahun ini, dan turun sekitar 70 persen dari puncaknya sepanjang masa November lalu, sementara Ethereum turun 70 persen tahun ini dan lebih dari 75 persen dari puncaknya.
Pertukaran cryptocurrency menghentikan penarikan untuk pelanggan minggu lalu dengan alasan “kondisi pasar yang ekstrem,” selaras dengan alasan perusahaan kripto lainnya yaitu Celsis.
Namun, dalam kasus CoinFlex, perusahaan mengatakan seorang investor individu berutang sekitar USD 47 juta atau sekitar Rp 698,4 miliar. Awalnya, CoinFlex tidak menyebutkan nama pelanggannya, tetapi pada Selasa, Lamb mengklaim investor yang dimaksud adalah Roger Ver, yang telah dijuluki "Bitcoin Jesus" karena pandangan tentang cryptocurrency di masa-masa awal industri.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fokus Dapatkan Dana
Ver sendiri menyangkal dia berutang uang kepada CoinFlex. CoinFlex mengklaim akun Ver masuk ke “ekuitas negatif.” Biasanya, bursa akan melikuidasi posisi investor dalam situasi ini. Tetapi Ver memiliki kesepakatan khusus yang berarti ini tidak terjadi.
Untuk memperbaiki lubang USD 47 juta di neraca CoinFlex, perusahaan mengeluarkan token yang disebut Nilai Pemulihan USD, atau rvUSD, dan menarik investor dengan tingkat bunga 20 persen untuk memegang mata uang virtual itu.
Lamb mengatakan kemampuan untuk membayar suku bunga itu akan datang dari pengembalian dana dari Ver ditambah "biaya pembiayaan" yang telah dikenakan padanya.
"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi setelah dia tidak membayar atau membayar, fokus kami sekarang adalah mendapatkan dana," kata Lamb.
Lamb mengatakan perusahaan sedang berbicara dengan banyak dana yang membeli utang perusahaan yang tertekan, dan itu berpotensi membeli seluruh USD 47 juta.
Advertisement
Bitcoin Sempat Turun di Bawah Rp 283,7 Juta Dampak Berbagai Sentimen Negatif
Sebelumnya, Bitcoin pada Jumat (1/7/2022) sempat turun di bawah USD 19.000 atau sekitar Rp 283,7 juta, tepatnya di kisaran USD 18.978 (Rp 283,3 juta). Hal ini karena mata uang digital terbesar di dunia masih diterpa berbagai sentimen negatif seperti kekhawatiran ekonomi makro dan krisis likuiditas di antara perusahaan kripto.
Namun, data terbaru dari Coinmarketcap, Bitcoin berhasil kembali ke level USD 20.000. Kripto terbesar itu, turun sekitar 58 persen tahun ini dan telah jatuh sekitar 72 persen dari level tertinggi sepanjang masa di level USD 68.990,90 yang dicapai pada November lalu.
Kepala penelitian di SEBA Bank yang berfokus pada aset digital, Yves Longchamp mengatakan bitcoin terus berada di bawah tekanan seperti aset lainnya.
“Campuran inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan resesi membebani cryptocurrency,” kata Longchamp dikutip dari CNBC, Jumat, 1 Juli 2022.
Investor Khawatir Inflasi
Pasar saham global tetap di bawah tekanan dengan S&P 500 jatuh untuk mengakhiri paruh pertama terburuk tahun ini sejak 1970. Bitcoin telah berkorelasi erat dengan pergerakan indeks ekuitas dan khususnya Nasdaq. Saham berada di bawah tekanan yang membebani harga bitcoin.
Investor juga khawatir tentang inflasi yang merajalela yang memaksa bank sentral global menaikkan suku bunga. Itu juga memicu kekhawatiran resesi di AS dan negara-negara lain.
Jatuhnya harga kripto telah mengekspos sifat industri yang sangat leverage dan menyebabkan masalah likuiditas di seluruh perusahaan. Dana lindung nilai Cryptocurrency Three Arrows Capital jatuh ke dalam likuidasi minggu ini, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Perusahaan memiliki eksposur ke stablecoin algoritma terra USD yang sekarang runtuh dan saudara token luna. Three Arrow Capital atau lebih dikenal dengan 3AC juga dikabarkan gagal memenuhi margin call dari BlockFi.
Advertisement