Sukses

Ternyata 5 Jenis Aset Kripto Paling Diminati Investor Indonesia

Data dari Kemendag juga menunjukkan, nasabah kripto mencapai 14,1 juta pada Mei lalu.

Liputan6.com, Jakarta Industri aset kripto terus mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah investor kripto dan nilai transaksi dari waktu ke waktu. Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebagai lembaga yang mengawasi dan mengatur perdagangan aset kripto mengeluarkan data transaksi terbaru dari industri yang baru tumbuh ini.

Dari data yang dirilis Kemendag, disebutkan jumlah nasabah aset kripto telah mencapai 14,1 juta pada Mei lalu. Sementara itu, investor saham tercatat hanya 8,86 juta. 

Ada hal menarik yang disebut dari data tersebut, ada lima jenis aset kripto teratas yang memiliki nilai transaksi tertinggi, yaitu Tether (Rp 42,3 triliun), Bitcoin (Rp 18,5 triliun), Ethereum (Rp 14,2 triliun), Dogecoin (Rp 6,8 triliun), dan Terra (Rp 6 triliun).

Selain itu, aset kripto di Indonesia mengalami lonjakan luar biasa. Per 2020, nilai transaksi aset kripto sebesar Rp 64,9 triliun. Satu tahun kemudian, per Desember 2021, angkanya melonjak sangat signifikan menjadi Rp 859,4 triliun. Selama periode Januari hingga Mei 2022, tercatat sudah mencapai Rp 192 triliun.

Tether (USDT) sendiri adalah aset kripto stablecoin yang dipatok ke dolar AS. Itu dibuat untuk menstabilkan nilai tukar dalam transaksi aset digital. Sejak kemunculannya, stablecoin telah memainkan peran yang sangat penting di pasar.

Tidak seperti aset kripto tradisional seperti Bitcoin dan Ethereum, yang nilai moneternya dapat berfluktuasi secara luas, stablecoin USDT dirancang untuk mempertahankan harga konstan USD 1,00 dan didukung oleh cadangan dana yang besar atau rekayasa keuangan lainnya.

 

2 dari 3 halaman

Alasan Stablecoin Jadi Pilihan saat Bear Market

VP Growth Tokocrypto, Cenmi Mulyanto, mengatakan laporan yang dikeluarkan oleh Kemendag sejalan dengan transaksi yang terjadi di Tokocrypto. Ia mengungkap tiga jenis aset kripto teratas yang ditransaksikan di platfrom Tokocrypto adalah USDT, ETH dan BTC.

"Laporan transaksi aset kripto yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan untuk bulan Mei 2022, sejalan dengan situasi di Tokocrypto. Di platform kami tiga jenis aset kripto yang paling banyak di-trading adalah USDT, Ethereum dan Bitcoin. Untuk volume trading masing-masing belum bisa kami ungkap," kata Cenmi dalam keterangan tertulis, Jumat (1/7/2022). 

Menurut CoinGecko, USD Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) adalah dua stablecoin terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar sejauh ini, masing-masing mencapai USD 66 miliar dan USD 55 miliar, pada 1 Juli 2022. Cenmi sedikit mengungkap kenapa volume trading Tether mengalami lonjakan ketika kripto sedang bear market.

 

3 dari 3 halaman

Himbauan

Menurut Cenmi, secara teori, nilai Tether seharusnya lebih konsisten daripada aset lainnya dan disukai oleh investor yang waspada terhadap volatilitas ekstrim dari koin lain.

Selama pasar naik, Bitcoin biasanya akan jauh mengungguli stablecoin. Namun, selama tekanan pasar, stablecoin menawarkan perlindungan dari volatilitas.

"Aset kripto tradisional berada di bear market, karena meningkatnya inflasi dan ancaman kenaikan suku bunga dari The Fed. Akibatnya, sulit untuk menemukan peluang untuk menghasilkan hasil keuntungan. Stablecoin mewakili satu-satunya tempat berlindung yang tersisa yang menawarkan pengembalian yang mengalahkan inflasi," jelasnya.

Meski begitu, Cenmi mengingatkan stablecoin adalah aset volatilitas yang lebih rendah, tetapi bukan tanpa risiko. Waspadai hal ini dan jangan mengalokasikan investasi yang berlebihan dan selalu melakukan riset serta selalu menggunakan uang dingin, bukan dana darurat. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Â