Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto dan Bitcoin (BTC) kembali jatuh untuk hari kelima berturut-turut, dan para investor mulai khawatir mungkin pasar belum mencapai titik terendah, seperti yang diharapkan beberapa analis baru-baru ini. Investor juga masih menunggu laporan rilisnya data indeks harga konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS).
Hingga saat ini, masih ada banyak kekuatan negatif yang mendorong harga kripto turun lebih rendah yang menyebabkan ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan bagi para investor.
Baca Juga
Bitcoin pada Rabu, 13 Juli 2022 diperdagangkan di kisaran USD 19.400 atau setara Rp 290,6 juta. Angka tersebut turun 2,33 persen dalam satu hari terakhir dan 4,41 persen dalam sepekan.
Advertisement
Co-founder Toroso Investments, Michael Venuto mengatakan hingga saat ini industri kripto masih kekurangan regulasi untuk membantu meraih dana bagi para pelaku industri.
“Kami kekurangan regulasi, untuk kejelasan, untuk membantu mendapatkan uang institusional yang sedang kami hadapi karena Fed yang tidak lagi akomodatif,” kata Venuto, dikutip dari CoinDesk, Rabu (13/7/2022).
“Kami melakukan deleveraging untuk semua hal dan kemudian kami memiliki banyak pihak ketiga yang terpercaya. yang datang untuk membantu dan seperti biasa, mereka seharusnya tidak dipercaya,” lanjut Venuto.
Di sisi lain, pasar tradisional, saham AS turun. Sedangkan, ekuitas berjangka Asia mengisyaratkan kenaikan moderat pada pembukaan Rabu.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Berita Industri Kripto
Sejak kemarin kripto dipenuhi oleh berita buruk salah satunya laporan soal pendiri Three Arrows Capital (3AC) yang kabur menjelang sidang yang dijadwalkan pada Selasa waktu setempat untuk membahas langkah selanjutnya dalam proses likuidasi.
Karena ketidakhadiran pendiri 3AC membuat likuidator kesulitan memahami apa saja dan dimana aset yang dimiliki perusahaan. Akibat hal tersebut, pengadilan AS memberikan izin likuidator untuk mengeluarkan panggilan pengadilan dan mengklaim aset perusahaan.
Di sisi lain, salah satu berita baik adalah Dewan Stabilitas Keuangan (FSB) mengatakan pada Senin (11/7/2022), pihaknya akan mengusulkan aturan global yang "kuat" untuk cryptocurrency pada Oktober mendatang, menyusul gejolak baru-baru ini di pasar yang telah menyoroti perlunya mengatur sektor "spekulatif".
FSB, badan regulator, pejabat perbendaharaan dan bank sentral dari Kelompok 20 ekonomi (G20), sejauh ini membatasi dirinya untuk memantau sektor kripto, dengan mengatakan itu tidak menimbulkan risiko sistemik.
Namun, gejolak baru-baru ini di pasar kripto telah menyoroti volatilitas, kerentanan struktural, dan peningkatan tautan ke sistem keuangan yang lebih luas.
Advertisement
Pasar Kembali Koreksi, Ini Sentimen yang Bayangi Kripto
Sebelumnya, pergerakan pasar kripto sepekan terakhir cukup bervariasi. Hal ini juga terjadi indeks saham Amerika Serikat (AS) dan aset kripto terlihat berjaya pekan lalu, tetapi pada Senin, 11 Juli 2022, kripto terpantau kembali melemah.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengungkapkan, ada beberapa penyebab yang membuat pasar kripto kembali tertekan.
Nilai Bitcoin (BTC) merosot 3,44 persen dalam sehari terakhir dengan nilai di USD 20.563 atau sekitar Rp 307,8 juta per keping. Kemudian, nilai Ethereum (ETH) juga ambles 3,37 persen ke USD 1.149 per keping di waktu yang sama. Dari pergerakan ini investor terlihat menjauh dari aksi price actions di akhir pekan lalu.
"Investor menjadi ragu-ragu kembali melakukan aksi beli, setelah melihat data ketenagakerjaan AS terbaru, di mana tingkat pengangguran pada Juni sebesar 3,6 persen, tidak berubah dari Mei lalu dan sesuai dengan perkiraan. Data tersebut bisa mendorong The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya lebih tinggi untuk meredam inflasi,” ungkap Afid kepada Liputan6.com, Senin, 11 Juli 2022.
Efek domino dari kenaikan suku bunga acuan The Fed adalah meningkatkan tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap. Hasilnya, selera investor kripto dan saham juga bisa semakin pudar, sehingga menyebabkan penurunan nilai.
"Di samping itu, terlihat dari data on-chain exchange, banyak investor yang terlihat buru-buru menjual asetnya dan melakukan aksi ambil untung setelah melihat aset kripto reli di akhir pekan lalu,” ujar Afid.
Sentimen di Pasar Kripto
Sentimen pekan ini, tampaknya investor akan memilih wait and see menanti perilisan data inflasi AS Juni pada Rabu, 13 Juli 2022. Implikasinya, harga-harga pasar kripto kemungkinan masih bakal bergerak stagnan sepanjang pekan ini.
Mengingat tekanan makroekonomi masih cukup tinggi pekan ini, Afid mengatakan investor bisa berharap harga-harga aset kripto akan melakukan retest level support-nya berulang kali. Sepertinya, penguatan Bitcoin akan sangat rapuh.
"Nilai BTC pun sejatinya belum mencapai titik bottom yang sebenarnya, yakni di kisaran USD 11.000 hingga USD 12.000 per keping. Level support utama BTC masih di USD 17.000, jika bitcoin jatuh lebih dalam, akan menjadi sinyal yang kuat menuju titik bottom dalam waktu dekat,” ujar Afid
Oleh karena itu, menurut Afid, investor diharapkan tidak perlu panik dan tetap tenang untuk mengatur strategi investasinya menggunakan Dollar Cost Averaging (DCA) karena kondisi yang belum stabil.
Advertisement