Sukses

Analis Prediksi Bitcoin Menguat pada Semester II 2022

Dibandingkan dengan jenis aset yang lebih terkenal, harga bitcoin secara signifikan lebih sulit untuk diperkirakan.

Liputan6.com, Jakarta - Analis komoditas senior di Bloomberg, Mike McGlone prediksi harga Bitcoin akan kembali naik pada semester dua 2022. Ini menunjukkan harga BTC mungkin bersiap untuk kembali positif tahun ini.

Dibandingkan dengan jenis aset yang lebih terkenal, harga bitcoin secara signifikan lebih sulit untuk diperkirakan dan lebih sensitif terhadap kekuatan pasar karena ketidakpastian dan penurunan harga baru-baru ini. 

McGlone membagikan pendapatnya di Twitter pada 6 Juli, menunjukkan tren yang menggembirakan dalam data Bloomberg's Galaxy Crypto Index (BGCI). 

“Dengan Indeks Crypto Galaxy Bloomberg mendekati penarikan yang sama dengan bagian bawah 2018 dan diskon Bitcoin untuk rata-rata pergerakan 50 dan 100 minggu yang serupa dengan fondasi sebelumnya, risiko vs imbalan miring ke arah investor yang responsif di 2H,” jelas McGlone dikutip dari News BTC, Rabu (13/7/2022). 

BGCI adalah tolak ukur, melacak cryptocurrency signifikan yang diperdagangkan dalam dolar. Menurut pendapat McGlone, bagian bawah pasar bearish pada 2018 diikuti oleh pemulihan yang signifikan di semester pertama 2019, mungkin sejajar dengan indikasi saat ini.

Sebelumnya pada 4 Juli, dalam tweet prediksi Bitcoin-nya, McGlone menyatakan peningkatan 75 bps Juni bisa menjadi yang terakhir jika ekuitas terus menurun pada tingkat yang sama seperti yang terjadi pada paruh pertama tahun ini.

Kemudian dalam tweet 6 Juli, dia menegaskan mengingat harga rendah saat ini dimulai pada paruh kedua tahun ini, Bitcoin mungkin mengalami salah satu pasar bull terbesarnya.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Prediksi Analis Lain pada Bitcoin

Beberapa kritikus kripto mengantisipasi Bitcoin akan jatuh di bawah USD 10.000 atau sekitar Rp 149,8 juta pada 2022. Namun, posisi yang lebih cocok adalah percaya cryptocurrency masih dapat naik menjadi USD 100.000, seperti yang diprediksi oleh banyak ahli pada akhir tahun lalu.

Misalnya, profesor keuangan, Carol Alexander dari Sussex University memperkirakan BTC akan jatuh ke level terendah USD 10.000 pada 2022, menghapus sebagian besar keuntungannya selama 15 bulan sebelumnya.

Sampai saat ini tidak ada konsensus yang jelas dalam hal prediksi kripto. Beberapa analis pasar percaya BTC akan mencapai harga USD 100.000 pada akhir 2023, sementara yang lain mengatakan itu hanya akan memakan waktu hingga kuartal pertama tahun 2022. 

Namun, prediktor lain mengatakan paling banyak pada 2022, BTC tidak akan naik lebih tinggi dari USD 70.000.

3 dari 4 halaman

Pasar Kembali Koreksi, Ini Sentimen yang Bayangi Kripto

Sebelumnya, pergerakan pasar kripto sepekan terakhir cukup bervariasi. Hal ini juga terjadi indeks saham Amerika Serikat (AS) dan aset kripto terlihat berjaya pekan lalu, tetapi pada Senin, 11 Juli 2022, kripto terpantau kembali melemah. 

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengungkapkan, ada beberapa penyebab yang membuat pasar kripto kembali tertekan.

Nilai Bitcoin (BTC) merosot 3,44 persen dalam sehari terakhir dengan nilai di USD 20.563 atau sekitar Rp 307,8 juta per keping. Kemudian, nilai Ethereum (ETH) juga ambles 3,37 persen ke USD 1.149 per keping di waktu yang sama. Dari pergerakan ini investor terlihat menjauh dari aksi price actions di akhir pekan lalu.

"Investor menjadi ragu-ragu kembali melakukan aksi beli, setelah melihat data ketenagakerjaan AS terbaru, di mana tingkat pengangguran pada Juni sebesar 3,6 persen, tidak berubah dari Mei lalu dan sesuai dengan perkiraan. Data tersebut bisa mendorong The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya lebih tinggi untuk meredam inflasi,” ungkap Afid kepada Liputan6.com, Senin, 11 Juli 2022.

Efek domino dari kenaikan suku bunga acuan The Fed adalah meningkatkan tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap. Hasilnya, selera investor kripto dan saham juga bisa semakin pudar, sehingga menyebabkan penurunan nilai.

"Di samping itu, terlihat dari data on-chain exchange, banyak investor yang terlihat buru-buru menjual asetnya dan melakukan aksi ambil untung setelah melihat aset kripto reli di akhir pekan lalu,” ujar Afid.

4 dari 4 halaman

Sentimen di Pasar Kripto

Sentimen pekan ini, tampaknya investor akan memilih wait and see menanti perilisan data inflasi AS Juni pada Rabu, 13 Juli 2022. Implikasinya, harga-harga pasar kripto kemungkinan masih bakal bergerak stagnan sepanjang pekan ini.

Mengingat tekanan makroekonomi masih cukup tinggi pekan ini, Afid mengatakan investor bisa berharap harga-harga aset kripto akan melakukan retest level support-nya berulang kali. Sepertinya, penguatan Bitcoin akan sangat rapuh.

"Nilai BTC pun sejatinya belum mencapai titik bottom yang sebenarnya, yakni di kisaran USD 11.000 hingga USD 12.000 per keping. Level support utama BTC masih di USD 17.000, jika bitcoin jatuh lebih dalam, akan menjadi sinyal yang kuat menuju titik bottom dalam waktu dekat,” ujar Afid

Oleh karena itu, menurut Afid, investor diharapkan tidak perlu panik dan tetap tenang untuk mengatur strategi investasinya menggunakan Dollar Cost Averaging (DCA) karena kondisi yang belum stabil.