Liputan6.com, Jakarta - FBI belum lama ini mengatakan 244 investor dalam waktu kurang dari setahun telah ditipu sekitar USD 42,7 juta atau sekitar Rp 643,7 miliar melalui aplikasi seluler palsu yang mengklaim sebagai platform investasi cryptocurrency.
Dilansir dari CNBC, Jumat (22/7/2022), menurut peringatan baru dari FBI, penjahat dunia maya berusaha untuk menguangkan dan mengambil keuntungan dari meningkatnya minat pada perbankan seluler dan investasi kripto.
Baca Juga
Sejak Oktober, agensi telah mengamati scammers yang menghubungi investor AS dengan penawaran penipuan layanan investasi cryptocurrency dan membujuk investor ini untuk mengunduh aplikasi seluler palsu.
Advertisement
Aplikasi palsu ini sering menggunakan nama dan logo perusahaan Amerika yang sah dan penipu membuat situs web palsu dengan informasi ini untuk menipu investor.
Cara Penipu Curi Kripto Melalui Aplikasi Palsu
Penjahat dunia maya meyakinkan korban untuk mengunduh aplikasi palsu yang menggunakan nama dan logo perusahaan keuangan AS asli dan menyimpan mata uang kripto mereka ke dalam dompet yang terkait dengan aplikasi tersebut, kata FBI.
Ketika beberapa korban berusaha menarik dana mereka dari aplikasi penipuan, mereka menerima email yang meminta mereka untuk membayar pajak atas investasi mereka sebelum melakukan penarikan. Setelah membayar “pajak”, korban tetap tidak dapat menarik dananya.
Menurut Spotlight Data Perlindungan Konsumen Komisi Perdagangan Federal, lebih dari 46.000 orang telah kehilangan lebih dari USD 1 miliar karena penipuan kripto telah terjadi sejak awal 2021,
Cryptocurrency muncul sebagai metode umum bagi scammer untuk mencuri uang orang karena beberapa alasan utama, laporan tersebut mengungkapkan. Tidak ada bank atau otoritas terpusat lainnya untuk menandai transaksi mencurigakan yang dilakukan dengan cryptocurrency.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Analis Sebut Selera Risiko Investor Kripto Redup, Kenapa?
Sebelumnya, tak bisa dipungkiri pergerakan volatilitas market kripto cukup kuat sejak akhir pekan lalu hingga saat ini. Bahkan kripto terbesar, Bitcoin sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan.
Menurut data CoinMetrics, Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi USD 22.757 atau setara Rp 340,7 juta level tertinggi sejak 16 Juni. Biasanya Bitcoin hanya diperdagangkan di kisaran USD 19.000 hingga USD 21.000.
Melihat kondisi tersebut, Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, pada dasarnya saat ini selera risiko investor kripto sedang redup karena prospek makroekonomi yang tidak pasti. Ini juga terjadi pada market saham yang menjadi tolok ukur melihat kegairahan investasi di aset berisiko.
"Prospek ke depan tekanan di market kripto semakin berat setelah nilai dolar AS semakin kuat sejak pekan lalu. Alhasil harga aset kripto bakal terus bergerak di rentang sempit sampai investor mendapat gambaran mengenai prospek ekonomi ke depan,” ujar Afid kepada Liputan6.com, dikutip Rabu, 20 Juli 2022.
Saat ini, investor menanti kepastian mengenai kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan bank sentral AS, The Fed, demi menekan inflasi tanpa harus menimbulkan efek samping berupa resesi ekonomi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Diliputi Sentimen Negatif
Terlebih inflasi AS pada Juni masih sangat tinggi yaitu di level 9,1 persen. Jika merunut pada data historisnya, data inflasi AS selalu memukul kinerja pasar kripto.
“The Fed sendiri rencananya akan menggelar rapat bulanannya pada 26 hingga 27 Juli mendatang. Sehingga, pergerakan harga kripto bakal terbilang sideways setidaknya hingga The Fed mengumumkan kesimpulan rapat FOMC-nya bulan ini,” jelas Afid.
Di samping itu, optimisme investor semakin goyah menyusul deretan kabar buruk dari industri kripto global. Seperti, Celsius yang akhirnya mengajukan kebangkrutan ke pengadilan niaga New York dan OpenSea untuk memangkas 20 persen dari jumlah karyawannya.
Selanjutnya, kabar dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang melarang warganya untuk memanfaatkan aset digital dan token utilitas sebagai alat pembayaran barang dan jasa di Rusia. Putin telah mengesahkan Undang-Undang yang melarang pembayaran digital di negara tersebut.
“Kendati demikian, bisa dibilang kondisi pasar kripto saat ini lebih sehat dibanding sebelum-sebelumnya. Sebab, pelaku pasar terpantau sangat reaktif terhadap kabar-kabar positif yang menyangkut jaringan blockchain,” ujar Afid.
Gerak Harga Kripto
Afid menuturkan, khusus untuk analisis Bitcoin sendiri kemungkinan besar pergerakan pada pekan ini masih dalam kisaran USD 18.000 hingga USD 22.000, setidaknya sampai investor memiliki tanda yang lebih jelas apakah The Fed dapat menekan inflasi tanpa membuat ekonomi global ke dalam resesi.
"Dari sisi teknikal, BTC saat ini memiliki titik support terdekat di level USD 20.000 dengan target kenaikan terdekat ke USD 21.300 hingga USD 22.500. Namun, pergerakan ini sebenarnya masih dalam rentang sideways dan belum bisa dikatakan masuk ke fase bullish, karena harus tembus level resistance-nya di USD 23.300,” tutur Afid.
Afid juga menuturkan, dinamika pasar kripto pekan ini menjadi pertanda altcoin season sudah semakin panas. Hal ini tercermin dari pergerakan BTC yang mulai tidak selaras dengan koin lainnya, terutama Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC) yang melonjak tinggi.
“Dalam jangka pendek, ETH terjebak di antara titik support USD 1.313 dan resistance di USD 1.386. Harga lebih dekat ke level atas saat ini, yang berarti bull lebih kuat daripada bear. Dalam hal ini, skenario yang lebih mungkin adalah perdagangan ETH sideways antara USD 1.300 hingga USD 1.400,” pungkas Afid.
Advertisement