Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Boston Consulting Group (BCG), Bitget, dan Foresight Ventures menunjukkan 0,3 persen dari kekayaan individu diinvestasikan dalam kripto sementara, sebanyak 25 persen dalam ekuitas.
Namun, laporan itu menunjukkan industri kripto masih berada pada fase awal kurva adopsi. Laporan tersebut menyimpulkan penetrasi investasi yang dangkal berarti masih ada banyak ruang untuk pertumbuhan dan adopsi yang lebih substansial dalam industri kripto.
Baca Juga
Dilansir dari Cointelegraph, Kamis (28/7/2022), dengan membandingkan data, para peneliti memperkirakan pengguna kripto dapat mencapai 1 miliar pada 2030 jika garis tren terus berlanjut.
Advertisement
Selain itu, laporan tersebut membandingkan kurva adopsi internet untuk mencapai 1 miliar pengguna dengan pemegang cryptocurrency saat ini dan alamat Ethereum dengan saldo bukan nol. Laporan itu juga menyebutkan "Ada banyak pertumbuhan yang akan datang".
Pada laporan pasar lain baru-baru ini oleh firma konsultan Verified Market Research memperkirakan nilai industri Non Fungible Token (NFT) juga berpotensi melonjak hingga USD 231 miliar atau sekitar Rp 3.462 triliun dalam 10 tahun.
Menurut laporan tersebut, sektor ini dapat melanjutkan tingkat pertumbuhan gabungan tahunan sebesar 33,7 persen, dengan musik, film dan olahraga diidentifikasi sebagai pendorong.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Kripto Menguat Tipis, Investor Masih Cemas Terkait Keputusan The Fed
Sebelumnya, Cryptocurrency kembali melanjutkan penurunan pada Rabu (27/72022). Investor saat ini masih cemas tentang keputusan The Fed yang akan diumumkan tak lama lagi. Namun, pada Rabu sore, pasar kripto kembali menguat tipis.
Bitcoin baru-baru ini diperdagangkan sekitar USD 21.200 atau sekitar Rp 317,9 juta, naik sedikit selama 24 jam terakhir, meskipun turun lebih dari 5 persen pada hari sebelumnya.
Cryptocurrency terbesar berdasarkan nilai pasar sebelumnya berpindah tangan lebih dari USD 24.000 pada Rabu lalu di tengah optimisme investor soal inflasi mungkin telah memuncak dan ekonomi global menurun pada kecepatan yang wajar.
Tetapi reli terbukti berumur pendek karena BTC kembali ke kisaran USD 18.000 hingga USD 22.000 yang telah didudukinya sejak pekan pertama Juni.
Kepala perdagangan di perusahaan keuangan kripto XBTO Group, Paul Eisma, memaparkan kripto masih akan terjebak dalam kisaran harga saat ini.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Selaras dengan Saham
“Kami sedang menunggu untuk melihat apa datanya dan apa sebenarnya yang menjadi pedoman The Fed apa yang mereka ramalkan,” kata Eisma dikutip dari CoinDesk, Rabu, 27 Juli 2022.
Eisma mencatat posisi sulit The Fed dalam memerangi inflasi tanpa membuat ekonomi jatuh ke dalam resesi yang dalam dan cepat, dan kehati-hatian investor yang dapat dimengerti.
"Kenyataannya adalah The Fed dalam keadaan terikat. Mereka harus memiliki pendekatan yang seimbang, tetapi mereka tidak ingin ekspektasi inflasi tertanam karena itu lebih berbahaya daripada menempatkan ekonomi dalam resesi ringan," ujar Eisma.
Saham Turun
Pergerakan kripto lagi-lagi kembali selaras dengan saham. Indeks saham mengalami hari yang suram dengan Nasdaq yang berfokus pada teknologi turun hampir 2 persen dan S&P 500, yang memiliki komponen teknologi berat, serta Dow Jones Industrial Average, masing-masing turun 1,2 persen dan 0,7 persen.
Riset Analis Ini Ungkap Pergerakan Bitcoin Merangkak Naik
Sebelumnya, penurunan Bitcoin sejak Mei, diperparah dengan meningkatnya kecemasan ekonomi global. Hal tersebut telah menjatuhkan harga Bitcoin di bawah rata-rata pergerakan 200 minggu, di sekitar USD 22.600 atau setara Rp 339,2 juta, serta rata-rata pergerakan 200 hari di sekitar USD 35.500.
Melihat pergerakan ini, kepala penelitian Valkyrie Investments, Josh Olszewicz mengatakan penelitiannya mengarah ke pergerakan naik, tetapi tidak jelas kapan itu akan terjadi.
"Secara historis kami telah mengumpulkan (sekitar rata-rata 200 minggu) selama tiga hingga enam bulan," kata Olszewicz dikutip dari Channel News Asia, Senin (25/7/2022), mengacu pada periode perdagangan sideways sebelum harga menembus ke atas.
Seperti diketahui saat ini pasar kripto telah bergerak relatif sideways selama lebih dari sebulan, melayang mendekati rata-rata pergerakan 200 minggu. Antara akhir 2018 dan awal 2019, bitcoin menghabiskan hampir tiga bulan menempati rata-rata pergerakan 200 minggu.
Namun, dalam skenario yang lebih suram, bitcoin mungkin tidak reli selama sekitar satu tahun, tambah Olszewicz. Namun, analisis grafik berdasarkan pola harga historis tidak terlalu pasti jika melihat pergerakan harga kripto yang ganas.
Beberapa indikator teknis lainnya menandakan berbagai tingkat potensi dukungan untuk bitcoin, mulai dari USD 20.000 hingga USD12.000, menunjukkan mata uang kripto terbesar di dunia itu bisa terjun lagi.
Advertisement