Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri cryptocurrency Terra yang gagal dan runtuh pada Mei lalu, Do Kwon akhirnya telah mengakui dirinya salah. Namun Kwon mengatakan dia tidak berbicara dengan penyelidik Korea Selatan.
Disintegrasi dramatis stablecoin Terra USD (UST) dan token saudaranya Luna yang keduanya turun menjadi hampir nol nilainya menghantam pasar kripto dan memberikan dampak lebih luas pada industri. Ini memicu kerugian lebih dari USD 500 miliar.atau sekitar Rp 7.385 triliun.
Baca Juga
Banyak investor ritel kehilangan tabungan hidup mereka ketika Luna dan Terra memasuki runtuh, dan pihak berwenang Korea Selatan telah membuka banyak penyelidikan kriminal atas kecelakaan itu.
Advertisement
Dalam komentar publik pertamanya sejak keruntuhan itu, pendiri Terraform Labs Korea Selatan, Do Kwon berbicara kepada perusahaan rintisan media kripto Coinage dari Singapura, mengatakan keruntuhan itu sangat brutal.
"Saya pikir dalam hal penyembuhan luka, yang terbaik yang bisa saya lakukan adalah berterus terang dengan semua yang terjadi. Anda tahu, akui saja bahwa saya salah," kata Kwon, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (18/8/2022).
Jaksa Korea Selatan bulan lalu menggerebek rumah salah satu pendiri Terra sebagai bagian dari penyelidikan atas tuduhan aktivitas ilegal di balik runtuhnya Terra.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dilarang Tinggalkan Negara
Pihak berwenang juga telah melarang mantan dan karyawan utama Terraform Labs meninggalkan negara itu dan meminta Kwon untuk memberi tahu mereka ketika dia kembali.
Namun, Kwon mengatakan dalam wawancaranya dia belum dihubungi oleh jaksa, dan belum memutuskan apakah dia akan kembali ke Korea Selatan untuk bekerja sama.
"Agak sulit untuk membuat keputusan itu, karena kami tidak pernah berhubungan dengan penyelidik. Mereka tidak pernah menuduh kami apa pun,” ujar Kwon.
Reputasi Do Kwon
Sebelum krisis menimpa dua token buatannya pada Mei, Kwon memiliki dua reputasi yang sangat berbeda. Dia adalah orang yang jenius tetapi diduga sebagai kepala skema Ponzi.
Lulusan Stanford dari Korea Selatan yang telah melakukan tugas di Microsoft dan Apple, Kwon sering meremehkan kritik online yang menyatakan keraguan atas model stablecoin algoritmiknya.
CEO aplikasi perdagangan kripto Swan.com, Cory Klippsten, mengatakan struktur sistem Terra "merupakan skema Ponzi yang sebenarnya".
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Do Kwon Masih Percaya pada Terra
"Saya yakin Do Kwon dan Terraform Labs melakukan penipuan dan harus dituntut di berbagai yurisdiksi," katanya kepada AFP.
Masih Percaya pada Terra
Dalam wawancara di Singapura, Kwon mengaku masih percaya pada Terra. Hanya beberapa minggu setelah koin UST dan LUNA gagal, dia meluncurkan kripto baru yang disebut Terra 2.0, tetapi nilainya turun dengan cepat dari USD 11 menjadi USD 2.
Saya akan selalu melakukan sesuatu di Terra dan untuk komunitas Terra. Ini adalah rumah saya dan di sinilah saya merasa seperti ada masa depan yang cerah,” tutur Kwon saat mengerjakan proyek baru Terra.
Tetapi dengan beberapa tuntutan hukum dan investigasi yang tertunda, analis mengatakan proyek Kwon berikutnya tidak mungkin berhasil.
CEO Terraform Do Kwon Hadapi Gugatan dari Investor
Sebelumnya, pada 26 Juli 2022, mantan pegawai Terraform Labs yang dikenal dengan nama Fatman mengungkapkan korban runtuhnya Terra telah mengajukan gugatan class action terhadap Terraform Labs, Do Kwon, dan Nicholas Platias.
Fatman juga membagikan tautan pendaftaran untuk investor yang merasa dirugikan secara finansial oleh runtuhnya Terra pada pertengahan Mei. Dalam utas Twitter Fatman yang membahas gugatan tersebut.
Pelapor yang menggugat memuji kecerdasan Do Kwon tetapi mencatat Kwon tidak menggunakan kecerdasannya untuk kebaikan. Kwon justru menggunakannya untuk membuat skema yang begitu meyakinkan, dengan cerdik mencampurkan utilitas nyata dengan kebohongan belaka.
“Kami akan bergabung dengan gugatan class action yang diajukan di AS oleh firma hukum internasional Scott+Scott. Kami juga sedang mempersiapkan tindakan di yurisdiksi lain. Kami menuntut pengadilan yang adil untuk mengungkap semua kesalahan TFL dan Do Kwon dan agar keadilan dapat mengambil jalannya,” tulis Fatman dalam utasnya, dikutip dari Bitcoin.com, Senin (1/8/2022).
LUNA 2.0 Tidak Bekerja dengan Baik
Sementara peserta gugatan class action mempersiapkan kasus melawan TFL, token luna 2.0 proyek yang disebut LUNA belum berkinerja sebaik sebagian besar ekonomi kripto yang belakangan ini menguat.
LUNA telah kehilangan 24,37 persen terhadap bitcoin (BTC) sejak bulan lalu dan 9,62 persen terhadap dolar AS dalam jangka waktu yang sama.
Advertisement
Kinerja Luna Tak Sesuai Harapan
Dari 13.099 koin kripto yang ada, LUNA berada di peringkat 148 dengan penilaian pasar sebesar USD 261,63 juta atau sekitar Rp 3,8 triliun.
Token LUNA baru ini dibuat untuk mengatasi depegging yang terjadi antara Token LUNA yang lama (saat ini bernama LUNA Classic) dan Terra USD (UST). Awalnya token LUNA baru dikembangkan Kwon setidaknya agar bisa mengurangi kerugian investor, tetapi nyatanya token tersebut tak memiliki kinerja baik.
“Sudah waktunya untuk mengambil tindakan. Saya muak melihat ruang kami diserbu oleh penipu yang berpikir mereka dapat dengan berani merampok ribuan orang tak berdosa dan lolos begitu saja. Orang seperti Do Kwon membuat industri ini busuk. Sudah waktunya untuk pembersihan sehingga kripto dapat dilahirkan kembali,” pungkas utas Fatman.