Liputan6.com, Jakarta - Raca Coin atau Radio Caca, Radio Caca adalah organisasi terdesentralisasi (DAO) yang dioperasikan oleh individu asli internet di seluruh dunia yang memiliki satu visi untuk membangun dunia virtual baru yang berani.
Radio Caca memiliki token asli. (Radio Caca Token, RACA, RACA Coin, RacaArmy, Radio Caca Coin, Metamon, Metamon Island, Metaverse, play-to-earn, GameFi, The Universal Metaverse, USM).
Baca Juga
Berdasarkan dari Coinmarketcap, Rabu (21/9/2022), harga RACA adalah USD 0,0003039 atau sekitar Rp 4,56 (asumsi kurs Rp 15.015 per dolar AS) dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp 97,6 miliar.
Advertisement
RACA Anjlok 1,94 persen dalam 24 jam terakhir, mengikuti kripto lainnya yang terkoreksi imbas sentimen The Fed.
Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 248, turun dari sebelumnya di peringkat 241 dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp 1,4 triliun. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 327,8 miliar RACA dari maksimal suplai 500 miliar RACA.
Radio Caca juga merupakan token asli untuk Metaverse Universal. Radio Caca juga merupakan manajer eksklusif "Maye Musk Mystery Box" NFT. USM Lab adalah pencipta USM dan game blockchain P2E.
Universal Metaverse (USM) adalah dunia virtual Planet 3D di mana pengguna dapat memiliki tanah, membangun gedung seperti toko dan galeri seni, membuat dan bermain game.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Pasar Kripto Anjlok, Investor Perlu Waspadai Sentimen Ini
Sebelumnya, pergerakan market kripto pada Senin (19/9/2022) pagi masih anjlok, terjebak di zona merah sejak akhir pekan lalu. Sejumlah aset kripto, seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) tak kuasa menahan retest untuk terus breakdown.
Ada tiga sentimen besar yang bisa menggerakkan pasar kripto pada pekan ini. Ketiganya diyakini punya sisi menaikkan harga, maupun menurunkannya. Investor harus mencermati dampak dari ketiga sentimen tersebut, antara lain:
Sentimen The Fed
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengungkapkan, penyebab market kripto terus lesu salah satunya disebabkan oleh sentimen pertama, yaitu investor kini tengah menjauhi market kripto setelah mencemaskan pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.
“Pejabat The Fed dianggap akan tetap mempertahankan sikap hawkish-nya pada pertemuan mendatang, yakni pada rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) di tanggal 21 September 2022,” ungkap Afid dalam analisis pasar harian yang diterima Liputan6.com, Senin, 19 September 2022.
Untuk saat ini, investor telah melakukan aksi priced-in akan kenaikan suku bunga sebesar 75 bps dengan ekspektasi suku bunga bertengger di 4,5 persen pada Maret 2023.
“Hal ini dapat dimaklumi mengingat investor tentu mengkhawatirkan, jika inflasi yang sudah ada sekarang tak kunjung turun meskipun harga komoditas dunia sudah melemah,” ujar Afid.
Pemindahan 5,5 Juta Token KNC
Selain itu, pelemahan ini juga disebabkan oleh kabar dari ekosistem kripto. Ada diskusi para pengamat kripto di Twitter, mengatakan terdapat 2 wallet yang memindahkan 5,5 juta token KNC ke platform FTX. Setelah diteliti lebih dalam, 2 wallet tersebut menerima token KNC dari Smart Money bernama Farmer X.
Advertisement
Selanjutnya
Lantas, untuk saat ini, Farmer X memiliki lebih dari USD 9 juta atau sekitar Rp 134,9 miliar. Insiden ini pun membuat market panik, jika akan terjadi aksi ambil untung besar-besaran ke depan.
LUNC Tax Burn
Sentimen selanjutnya yang harus diantisipasi investor adalah LUNC tax burn yang dimulai 20 September mendatang. Setelah aktif, setoran dan penarikan LUNC dan USTC melalui jaringan Terra Classic akan terpengaruh. Saat ini LUNC masih menjadi salah satu kripto yang paling banyak ditransaksikan di exchange.
Vasil Hard Fork Cardano
Afid menuturkan, sentimen ketiga datang dari Cardano yang akan melakukan Vasil Hard Fork pada tanggal 22 September mendatang. Vasil hard fork bisa mempengaruhi harga Cardano (ADA) yang saat ini menjadi salah satu kripto big cap.
“Tidak hanya itu, altcoin lainnya yang berada di jaringan Cardano juga bisa terpengaruh. Ini bisa mendatangkan untung bagi investor, jika cermat meneliti pergerakannya,” pungkas Afid.
Bitcoin Sentuh Harga Terendah dalam 3 Bulan Terakhir
Bitcoin sempat jatuh ke level terendah dalam tiga bulan pada Senin, 19 September 2022 karena investor menjauh dari aset berisiko di tengah ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi.
Cryptocurrency terbesar di dunia turun sebanyak sekitar 5 persen mencapai level terendah intraday di kisaran USD 18.276 atau sekitar Rp 273,8 juta, level terendah sejak 19 Juni, menurut Coin Metrics. Namun, pada perdagangan Selasa (20/9/2022) pagi, Bitcoin tampak menguat dan berada di atas USD 19.000.
Bitcoin turun 3,77 persen sepanjang September 2022 dan menjadi laju untuk bulan negatif kedua berturut-turut setelah jatuh 15 persen pada Agustus.
Ethereum juga turun 5 persen menjadi USD 1.281 masing-masing pada Senin, mencapai level terendah sejak 15 Juli. Ethereum telah turun 13,8 persen pada bulan ini, di jalur untuk mencatat bulan terburuk sejak Juni.
Kripto Berada di Bawah Tekanan
Aset berisiko berada di bawah tekanan besar karena Federal Reserve diperkirakan akan tetap pada jadwal pengetatan agresifnya. Bank sentral secara luas diperkirakan akan menyetujui minggu ini kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase ketiga berturut-turut yang akan mengambil suku bunga acuan hingga kisaran 3 persen hingga 3,25 persen.
Advertisement
Kripto Berada di Bawah Tekanan
Chief revenue officer dan salah satu pendiri Bitcoin, Chris Kline mengatakan penurunan ini diperburuk dengan adanya aksi jual.
“Investor ritel memiliki pandangan jangka panjang tentang bitcoin sementara investor institusional memperlakukan aset digital seperti saham teknologi dan mengadopsi mentalitas jangka pendek yang berkontribusi pada aksi jual yang kita lihat,” jelas Kline dikutip dari CNBC, Selasa (20/9/2022).
Menurut analis senior di perusahaan analitik blockchain CryptoQuant, Julio Moreno, para “paus” institusi, penambang, atau pemegang bitcoin dalam jumlah besar, biasanya dengan lebih dari 1.000 bitcoin dalam dompet telah melindungi kondisi makro dan menjual koin mereka sejak Juni.
“Itu dibuktikan dengan meningkatnya jumlah koin yang dikirim ke bursa dan dibuang ke investor ritel, yang percaya bitcoin menemukan titik terendah pada level ini, meskipun sebenarnya masih ada langkah lebih jauh,” pungkas Moreno.