Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan kedua Oktober 2022, harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada perdagangan Senin (10/10/2022). Mayoritas kripto masih bertengger di zona merah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin pagi, 10 Oktober 2022, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) berhasil menguat tipis 0,27 persen dalam 24 jam dan 1,08 persen sepekan.
Baca Juga
Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 19.410 per koin atau setara Rp 296,7 juta (asumsi kurs Rp 15.290 per dolar AS).
Advertisement
Ethereum (ETH) kembali menguat pagi ini. ETH naik 0,58 persen dalam 24 jam dan 1,66 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.318 per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) juga melemsat pagi ini. Dalam 24 jam terakhir BNB naik 0,50 persen, tetapi masih melemah 2,98 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 277,60 per koin.
Kemudian Cardano, berhasil naik. Dalam satu hari terakhir ADA menguat 0,36 persen, tetapi masih melemah 0,58 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,4225 per koin.
Adapun Solana (SOL) kembali bertengger di zona hijau. Sepanjang satu hari terakhir SOL meroket 0,79 persen dan 1,33 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 32,76 per koin.
Sedangkan XRP masih perkasa sejak beberapa hari terakhir. XRP naik 3,52 persen dalam 24 jam terakhir dan 17,16 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,5364 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) juga turut menguat pada perdagangan pagi ini. Dalam satu hari terakhir DOGE terbang 0,92 persen dan 3,60 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level USD 0,06204 per token.
Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00
Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,01 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya masih berada di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto dalam 24 jam alami pelemahan ke level USD 942,6 miliar dari sebelumnya di level USD 947 miliar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Mengintip Prospek Kinerja Bitcoin pada Oktober 2022
Sebelumnya, menjelang akhir pekan, pasar kripto nampak membuat hati investor sedikit muram. Pergerakan pasar aset kripto, terutama Bitcoin kembali turun dari level psikologisnya di level USD 20.000 atau sekitar Rp 305,8 juta), setelah dua hari berturut berada di atasnya.
Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap melaju lesu ke zona merah pada perdagangan, Sabtu, 8 Oktober 2022.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan investor mulai menjauhi market kripto setelah beberapa pejabat The Fed kembali angkat suara mengenai kenaikan suku bunga acuan. Presiden Fed Chicago, Charles Evans dan Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, yang sepakat menunda untuk bersikap dovish.
"Penegasan atas sikap hawkish The Fed tersebut memudarkan gairah investor di pasar aset berisiko. Akibatnya, mereka pun menjauh dan berhenti melakukan akumulasi sementara," kata Afid, dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu, 8 Oktober 2022.
Nilai BTC juga terpantau langsung tenggelam setelah pendaftaran klaim bantuan pengangguran di AS meningkat 29.000 pengajuan pada pekan lalu.
Data yang mengindikasikan pelemahan ekonomi ini pun langsung menciutkan semangat investor kripto. Di saat yang sama, investor juga menanti perilisan data non-farm payrolls (NFP) AS demi mengais sinyal kebijakan moneter The Fed.
Nasib Kripto pada Oktober
Banyak investor yang masih berharap fenomena 'Uptober' atau 'Octobull' bisa kembali terulang kembali pada Oktober 2022 ini. Biasanya menurut siklus Oktober menjadi bulan yang baik untuk market kripto secara keseluruhan.
Advertisement
Kripto pada Oktober 2022
Menurut Bitcoin Monthly Returns, harga BTC selalu naik di bulan Oktober dalam kurung waktu tiga tahun terakhir (2019-2021). Tertinggi nilai BTC sempat melonjak 39,93 persen pada tahun lalu dan itu mendorongnya untuk mencapai all-time high (ATH) pada November 2021 lalu.
"Investor harus lihat secara sadar fenomena tersebut mungkin akan sulit terulang. Tidak hanya kripto, pasar saham secara global pun lagi lesu dan masih dalam tekanan,” kata Afid.
Kripto masih dipercaya sebagai shadow market-nya pasar saham global, jadi akan ada pengaruh yang besar terkait guncangan ekonomi di saat banyak negara yang alami resesi.
Kekhawatiran makroekonomi seputar inflasi, iklim geopolitik, dan kebijakan moneter telah membuat harga BTC turun sehingga mempengaruhi pasar yang lebih luas juga.
Analisis Jangka Pendek Bitcoin
Dari analisis jangka pendek, pergerakan harga Bitcoin bisa kembali downtrend. Jika valid breakdown, kemungkinan target penurunan berada pada level USD 18.920 yang merupakan harga terendah pada candle harian 2 Oktober.
Level resistance pada level USD 20.576 masih menjadi target naik terdekat Bitcoin. Harga tertinggi pada 12 September di level USD 22.488 menjadi target naik selanjutnya, apabila pergerakan harga Bitcoin berhasil breakout resistance terdekatnya.
Laporan Pekerjaan AS Melemah, Bitcoin Kembali Turun di Bawah Rp 305 Juta
Sebelumnya, harga bitcoin (BTC) kembali turun di bawah USD 20.000 atau sekitar Rp 305,8 juta setelah rilis laporan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang menunjukkan melemahnya pasar tenaga kerja AS.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Sabtu (8/10/2022), kini Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 19.542 (Rp 298,8 juta), turun sekitar 2,11 persen dalam 24 jam terakhir.
Laporan pekerjaan AS menunjukkan pengusaha AS menambahkan 263.000 pekerjaan pada September, lebih sedikit dari yang diharapkan pasar tetapi masih mencerminkan melemahnya pasar tenaga kerja.
Jumlah pekerjaan mengungkapkan perlambatan signifikan dalam perekrutan dari Agustus, ketika AS menambahkan 315.000 posisi, namun demikian dapat menimbulkan kekhawatiran bagi para gubernur bank sentral yang telah mencoba untuk mendinginkan pasar tenaga kerja yang sangat ketat untuk sebagian besar tahun ini.
Kepala strategi investasi di BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma mengatakan laporan pekerjaan menunjukkan tidak ada perubahan untuk sikap The Fed. Adapun menurut dia, saat ini korelasi cryptocurrency dengan saham telah melemah dalam beberapa minggu terakhir tetapi tetap tinggi.
“Kripto tampaknya berada pada titik teknis yang penting di sini di mana sepertinya mencoba mengukir bagian bawah, tetapi terasa berat,” ujar Yu Ma, dikutip dari CNBC, Sabtu (8/10/2022).
Melihat banyak sentimen negatif pasar kripto, Yu Ma melihat kripto masih sanggup untuk menahan penurunan lebih jauh akibat sentimen negatif.
Pasar kripto telah berada dalam pola bertahan dari berita buruk Federal Reserve berfokus pada penurunan inflasi.
Sementara data baru menunjukkan kekuatan dalam ekonomi AS, itu dapat membuat Fed lebih mungkin untuk melanjutkan rencana kenaikan suku bunga agresifnya yang memberi tekanan pada saham dan membebani kripto.
Advertisement