Liputan6.com, Jakarta - Pertukaran kripto FTX sedang bekerja menciptakan stablecoin. Saat ini, FTX menawarkan perdagangan margin yang memungkinkan pelanggan memakai stablecoin dolar AS sebagaimana jaminan.
Rencana FTX untuk menciptakan stablecoin tersebut disampaikan CEO FTX Sam Bankman-Fried dalam sebuah wawancara dengan The Big Whale. Namun, belum diungkapkan rincian lebih lanjut mengenai stablecoin itu. Stablecoin adalah token kripto yang nilainya terikat dengan aset lain. Demikian mengutip dari laman yahoo finance, Kamis (27/10/2022).
Baca Juga
FTX saat ini menawarkan perdagangan margin yang memungkinkan pelanggan memakai sekeranjang stablecoin dolar AS sebagai jaminan. Kerangjang stablecoin tersebut termasuk TrueUSD (TUSD), USD Coin (USDC), Pax Dollar (USDP), binance USD (BUSD) dan HUSD.
Advertisement
Pertukaran saingan Binance mulai menerbitkan binance USD pada 2019. Munculnya tether (USDT) yang merupakan stablecoin terbesar dan memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD 68 miliar, juga memberikan contoh bagaimana stablecoin dapat berkembang bahkan di bawah pengawasan peraturan.
Tether dimiliki oleh iFinex, sebuah perusahaan induk Hong Kong yang juga memiliki pertukaran kripto Bitfinex.
Selama pasar kripto yang tertekan saat ini, FTX telah membuat sejumlah akuisisi besar termasuk kesepakatan untuk membeli bisnis pinjaman kripto BlockFi hingga USD 240 juta. Sementara Bankman-Fried membeli 7,6 persen saham di aplikasi perdagangan ritel Robinhood pada Mei,. Adapun FTX tidak segera menanggapi permintaan Coindesk untuk berkomentar.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Pertukaran Kripto FTX AS Diselidiki Regulator Texas, Ada Apa?
Sebelumnya, Texas State Securities Board (TSSB) sedang menyelidiki pertukaran kripto FTX AS atas tuduhan menawarkan produk sekuritas yang tidak terdaftar di AS melalui layanan yield-bearing, menurut pengajuan pengadilan baru-baru ini.
Dilansir dari CoinDesk, Sabtu (22/10/2022), Direktur Penegakan TSSB, Joseph Rotunda membuat tuduhan dalam pengajuan ke pengadilan kebangkrutan yang mengawasi potensi penjualan aset Voyager Digital ke bursa kripto FTX.
Dia mengatakan FTX AS mungkin melanggar undang-undang negara bagian yang mengatur pendaftaran dan penjualan produk sekuritas karena saat ini menawarkan produk yang memberikan hasil kepada pelanggan AS.
Pengajuan itu ditambahkan ke berkas pengadilan pada Jumat (14/10/2022), dan diajukan menjelang sidang untuk menyelesaikan potensi penjualan aset Voyager ke FTX. Barrons pertama kali melaporkan pengarsipan.
Rotunda menjelaskan, produk-produk yang ditawarkan FTX tampak mirip dengan akun penyimpanan dengan hasil yang ditawarkan oleh Voyager Digital. Hal ini membuat Divisi Penegakan Texas sekarang sedang menyelidiki FTX Trading, FTX US, dan prinsipal mereka, termasuk Sam Bankman-Fried.
Rotunda kemudian menjelaskan dia mengunduh aplikasi FTX ke ponselnya, membuat akun dan mentransfer uang melalui transaksi bank dan transaksi Ethereum ke akun baru itu.
Selain itu, aplikasi tersebut mengatakan dia memenuhi syarat untuk mendapatkan akun yang menghasilkan, meskipun syarat dan ketentuan perusahaan mengatakan FTX tidak akan memberikan layanan kepada penduduk AS.
Akun dengan imbal hasil FTX dapat memperoleh hingga 8 persen APY pada USD 10.000 pertama yang dikirimkan. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara FTX mengatakan perusahaan telah "dalam pembicaraan" dengan TSSB.
Advertisement
Visa Gandeng FTX Hadirkan Kartu Debit Kripto di 40 Negara
Raksasa pembayaran, Visa bekerja sama dengan pertukaran kripto global FTX untuk menawarkan kartu debit di 40 negara dengan fokus di Amerika Latin, Asia, dan Eropa.
Kartu debit sejenis ini sudah tersedia di Amerika Serikat (AS). Nantinya kartu debit Visa akan ditautkan langsung ke akun investasi pengguna cryptocurrency FTX. Langkah ini memungkinkan pelanggan untuk membelanjakan mata uang digital tanpa memindahkannya dari pertukaran.
CFO Visa, Vasant Prabhu mengatakan meskipun nilai kripto telah turun, tetapi masih ada minat yang stabil untuk aset digital ini.
“Kami tidak memiliki posisi sebagai perusahaan tentang nilai cryptocurrency yang seharusnya, atau apakah itu hal yang baik dalam jangka panjang selama orang memiliki barang yang ingin mereka beli, kami ingin memfasilitasinya,” ujar Prabhu dikutip dari CNBC, Sabtu (8/10/2022).
Perusahaan Pembayaran Mulai Jajaki Kripto
Ini adalah terobosan terbaru Visa ke industri kripto dan menambah lebih dari 70 kemitraan kripto. Perusahaan yang berbasis di San Francisco telah bergabung dengan Coinbase dan Binance sebelumnya.
Saingan Visa, yaitu Mastercard telah melakukan hal serupa, dengan bermitra bersama Coinbase di NFT dan Bakkt untuk memungkinkan bank dan pedagang di jaringannya menawarkan layanan terkait kripto.
Kemudian, American Express mengatakan sedang mengeksplorasi menggunakan kartu dan jaringannya dengan stablecoin, yang dipatok dengan harga satu dolar atau mata uang fiat lainnya.
Namun, CEO mengatakan awal tahun ini konsumen seharusnya tidak berharap untuk melihat kartu yang terhubung dengan kripto dalam kartu AmEx mereka.
Popularitas Kripto di Amerika Serikat Menurun Akibat Crypto Winter
Sebelumnya, popularitas cryptocurrency dengan investor Amerika sedang menurun. Menurut survei Bankrate September, pada 2022, hanya sekitar 21 persen orang Amerika yang merasa nyaman berinvestasi dalam cryptocurrency. Itu turun dari 35 persen pada 2021. Penurunan ini terjadi di tengah kondisi yang disebut crypto winter.
Meskipun tingkat kenyamanan turun dengan investor lintas generasi, penurunan itu paling tajam di kalangan milenial. Hampir 30 persen investor Amerika Serikat berusia antara 26 dan 41 tahun merasa nyaman pada 2022, dibandingkan dengan hampir 50 persen pada 2021.
Penurunan ini tidak mengejutkan, mengingat hampir USD 2 triliun atau sekitar Rp 30.395 triliun telah hilang dari seluruh pasar kripto sejak November 2021. Harga mata uang digital populer seperti bitcoin telah berjuang untuk mencapai level tertinggi 2021.
Salah satu perwakilan Bankrate, James Royal mengatakan trader aset apa pun adalah penggemar keuntungan. Dengan cryptocurrency utama seperti Bitcoin dan Ethereum turun lebih dari 70 persen dari tertinggi sepanjang masa, tidak mengherankan jika peminatnya menurun.
"Penurunan harga kripto tidak membantu penyebab menarik lebih banyak orang ke kripto,” ujar Royal, dikutip dari CNBC, Jumat, 30 September 2022.
Bitcoin telah diperdagangkan antara USD 18.000 dan USD 25.000 sejak Juni turun dari rekor tertinggi lebih dari USD 65.000 pada November 2021. Cryptocurrency dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi.
Pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam cryptocurrency karena tidak ada jaminan untuk mendapatkan keuntungan.
Advertisement