Sukses

Microsoft Bikin Divisi Cloud Khusus Metaverse

CMO Microsoft menyebut kebangkitan metaverse tidak bisa dihindari.

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa perangkat lunak dan komputasi, Microsoft berusaha untuk mengadaptasi bagian layanan perangkat lunaknya ke metaverse.

CMO Microsoft UAE, Ihsan Anabtawi, menyatakan perusahaan sedang berupaya membuat divisi cloud-nya kompatibel dengan pengalaman metaverse.

Divisi ini memungkinkan perusahaan menggunakan data yang diperoleh sebagai sumber daya untuk aplikasi spesifik mereka.

Bagi Anabtawi, kebangkitan metaverse tidak bisa dihindari. Alat baru ini harus diperlakukan sebagai kejadian alami yang datang untuk melengkapi internet seperti yang dikenal saat ini. 

“Kita harus melihat metaverse sebagai langkah selanjutnya dalam evolusi internet, yang dimulai sebagai internet data pada 1990-an dan 2000-an, internet manusia pada 2010-an, dan sekarang menjadi internet segala sesuatu,” ujar Anabtawi dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (1/11/2022). 

Microsoft sekarang bekerja untuk menjembatani cloud dan divisi lainnya dengan berbagai pengalaman metaverse untuk memungkinkan konsumen dan perusahaan membangun aplikasi yang kaya.

Aktivitas Metaverse Microsoft

Microsoft bertujuan untuk membawa lebih banyak pengguna ke metaverse, secara aktif berinvestasi untuk menyediakan alat yang diperlukan untuk mewujudkannya dalam jangka panjang. Anabtawi menjelaskan ini lebih dari sekadar tren bagi perusahaan. 

"Ini bukan investasi jangka pendek ini membawa kekuatan penuh dari pekerjaan kami di beberapa area untuk memungkinkan masa depan komputasi di metaverse untuk bisnis dan konsumen,” ujar Anabtawi.

Bagian dari komitmen metaverse ini berkaitan dengan penawaran alat virtual reality dari perusahaan, Hololens 2, yang akan memungkinkan perusahaan lain untuk memproduksi prototipe holografik alih-alih yang fisik, dan membuat perhitungan yang berbeda, sebagai contoh, desain produk sebelumnya. 

Dalam hal ini, divisi cloud Microsoft akan menyediakan analitik, data, dan kecerdasan buatan yang diperlukan untuk tugas ini sebagai bagian dari backendnya.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 5 halaman

Bos Xbox: Metaverse Sekarang Mirip Video Game yang Dibangun dengan Buruk

Sebelumnya, Bos Xbox Phil Spencer menambah sederet petinggi perusahaan teknologi yang tampaknya masih ragu-ragu terhadap metaverse saat ini. Konsep tersebut dipopulerkan belakangan ini usai Facebook mengganti nama jadi Meta.

Dalam WSJ Tech Live beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (1/11/2022), CEO dari Microsoft Gaming itu menyebut metaverse seperti "video game yang dibangun dengan buruk."

Metaverse menurut Meta sendiri bisa menjadi tempat di mana penggunanya tak hanya bisa bersosialisasi dengan orang lain, tapi juga melakukan pekerjaannya. Namun, Spencer tak setuju dengan aspek kerja ini.

"Pembuat video game memiliki kemampuan luar biasa untuk membangun dunia menarik yang ingin kita pergi untuk menghabiskan waktu," kata Spencer dalam konferensi tersebut.

"Bagi saya, membangun metaverse yang terlihat seperti ruang pertemuan... Saya hanya merasa bukan itu tempat saya ingin menghabiskan sebagian besar waktu," imbuhnya.

Terlepas dari komentarnya, Spencer merasa bahwa konsep metaverse akan berubah seiring berjalannya waktu. "Saya sedikit menggoda (dengan mengatakan itu) video game yang buruk. Saya hanya berpikir kita masih di awal," katanya.

Dia merasa,  seiring waktu metaverse "akan terlihat lebih mirip video game ketimbang beberapa model saya lihat untuk metaverse hari ini."

3 dari 5 halaman

Kerja Sama Microsoft dan Meta untuk Metaverse

Di luar itu, Microsoft kabarnya sudah mulai membahas metaverse untuk tujuannya sendiri. Perusahaan mengatakan, akuisisi Activision Blizzard yang tertunda, akan menyediakan blok bangunan untuk metaverse.

CEO Microsoft Satya Nadella pun dalam Meta Connect, bicara soal bagaimana mereka dan Meta, berkolaborasi untuk membawa hal-hal seperti Teams, Windows, dan Xbox, ke realitas virtual.

Di sisi lain, CEO Snap Evan Spiegel, mendefinisikan bahwa metaverse sebagai "tinggal di dalam komputer."

"Hal terakhir yang ingin saya lakukan saat saya pulang kerja di penghujung hari yang panjang adalah tinggal di dalam komputer," kata Spiegel.

CEO Disney Bob Chapek mengatakan, perusahaan cenderung tidak menggunakan istilah metaverse. "Karena bagi kami, itu adalah istilah yang besar dan luas. Bagi kami, ini adalah penceritaan generasi berikutnya."

Greg Joswiak, SVP Apple untuk pemasaran global juga mengklaim bahwa metaverse adalah istilah yang tidak akan dia gunakan.

 

 

4 dari 5 halaman

244 Ribu Murid Bolos, Kota Toda di Jepang Pakai Metaverse untuk Absensi

Sebelumnya, Metaverse mulai dimanfaatkan sebagai bagian dari proses pendidikan saat ini. Kota Toda, di Jepang,  sedang memerangi masalah ketidakhadiran anak di sekolah dengan menggunakan alat berbasis metaverse. 

Anak-anak, yang dikatakan memiliki masalah kehadiran di sekolah, menggunakan alat yang dibuat oleh organisasi nirlaba tahun lalu dengan ide membiarkan anak-anak berkeliaran di dunia maya.

Dilansir dari Bitcoin.com, Senin (31/10/2022), dunia digital ini memungkinkan anak-anak untuk menjelajahi kampus virtual dan menghadiri kelas virtual, membiarkan mereka bersiap untuk mulai menghadiri kelas reguler lagi.

Setidaknya inilah yang diharapkan pejabat kota, setelah juga mengusulkan untuk menghitung kelas metaverse ini sebagai waktu reguler di sekolah jika kepala sekolah menyetujui.

Ketidakhadiran di sekolah menjadi masalah besar di Jepang. Sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan oleh kementerian pendidikan di Jepang menemukan 244.940 siswa tidak hadir selama 30 hari atau lebih dari sekolah pada 2021. 

 

 

5 dari 5 halaman

Dunia Virtual dan Pendidikan

Para pejabat menyatakan ini mungkin terkait dengan pandemi Covid-19 dan bagaimana hal itu memengaruhi cara anak-anak berhubungan dengan yang lain. Lingkungan yang diciptakan oleh langkah-langkah Covid-19 juga telah dikutip oleh media Jepang sebagai kemungkinan alasan untuk rekor bunuh diri siswa pada 2020.

Dunia Virtual dan Pendidikan

Berbagai lembaga pendidikan dari berbagai daerah telah menganut metaverse sebagai sarana pendidikan. Pada Juli, Universitas Tokyo Jepang mengumumkan akan mulai menawarkan serangkaian kursus teknik di metaverse akhir tahun ini. 

Di Cina, Universitas Nanjing sedang mempersiapkan untuk mendirikan salah satu jurusan metaverse pertama di negara itu, untuk melatih para pekerja yang nantinya akan dapat mengambil pekerjaan terkait metaverse.

Pada September, sepuluh universitas di AS mengumumkan mereka telah membuat kampus digital mereka dengan kerja sama dari Meta, sebagai bagian dari proyek pembelajaran imersif senilai USD 150 juta. 

Dengan cara yang sama, Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong juga melaporkan pada Juli tentang pembuatan kampus metaverse untuk menjangkau siswa yang tidak dapat menghadiri kelas reguler.