Liputan6.com, Jakarta - Performa pasar kripto sepekan ini tampak seperti roller coaster. Investor seakan-akan dibuat tak berdaya dengan gejolak volatilitas yang terjadi di pasar akhir-akhir ini.
Menjelang akhir pekan, investor bisa sedikit bernafas lega karena pasar menunjukan pertumbuhan nilai. Sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap berada zona hijau pada perdagangan Jumat, 11 November 2022.
Baca Juga
Misalnya saja, dari pantauan Coinmarketcap, nilai Bitcoin berada di harga USD 17.042 (Rp 263,9 juta), naik 4,10 persen selama 24 jam terakhir dan turun 16,16 persen sepekan belakang. Ethereum (ETH) ikut melonjak 6,03 persen ke USD 1.237 sehari terakhir dan turun juga 19,99 persen seminggu belakang.
Advertisement
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, pasar kripto dan saham tengah mengalami reli sejak Jumat dini hari, setelah laporan Consumer Price Index (CPI) Oktober menunjukkan inflasi AS akhirnya mungkin mulai mendingin.
Laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS menemukan bahwa indeks harga konsumen naik 7,7 persen selama 12 bulan terakhir. Meskipun, jauh di atas target inflasi The Fed sebesar 2 persen, ini merupakan langkah positif karena turun dari angka 8,2 persen pada September.
"Kenaikan ini menjadi sedikit angin segar bagi investor dan trader, melihat harga kripto yang terus jatuh dihantam oleh krisis FTX pada pekan ini. Meskipun, beberapa orang menyamakan Bitcoin dan kripto lainnya dengan lindung nilai inflasi, pasar aset digital sangat berkorelasi dengan saham selama dua tahun terakhir," kata Afid dalam siaran pers, Jumat, 11 November 2022.
Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Nilai Bitcoin kembali mencetak sejara rekor baru. Bitcoin sempat menyebtuh level Rp 965 juta per keping, itu merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai sejak pertama kali diluncurkan.
Reli Singkat
Menurut Afid, selama beberapa hari ke depan, investor tampaknya masih memanfaatkan momentum lunturnya inflasi AS Oktober untuk melakukan price actions di pasar kripto.Â
Inflasi yang melandai bisa membuat The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneternya. Hal itu tentu bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan aset berisiko, salah satunya aset kripto.
"Tingkat inflasi yang menurun dapat menyebabkan orang berinvestasi lebih banyak dalam aset digital, karena dolar AS atau Euro yang mereka tempatkan di rekening tabungan sebenarnya kehilangan nilai dari waktu ke waktu. Nilai indeks dolar AS (DXY) pun masih terpantau menurun," tutur Afid.
Total kapitalisasi pasar kripto juga naik sebesar 11,63 persen, ditutup pada level USD 841,574 Miliar, dengan level tertinggi berada pada USD 870,101 Miliar.Â
Meskipun angin segar berhembus pada 24 jam terakhir, Fear and Greed Index Bitcoin masih berada pada kategori Extreme Fear, ditutup pada level 25.
Â
Advertisement
Perhatikan Penurunan Tajam
“Dari analisis teknikal, Bitcoin masih terus mencoba untuk bergerak naik untuk mencapai level resistance terdekatnya di level USD 17.601. Jika BTC berhasil breakout, maka level USD 18.510 menjadi target naik selanjutya, tutur Afid.
Namun, perlu diperhatikan penurunan tajam (dump) yang berlangsung selama dua hari beruntun membuat titik support baru BTC kini berada di level USD 16.019. Diharapkan nantinya harga Bitcoin berhasil pullback setelah penurunan menyentuh titik tersebut.
Market Belum Stabil
Belum selesainya krisis yang dialami FTX bisa membuat market kripto tidak stabil dalam jangka pendek. Kekhawatiran keruntuhan Terra (LUNA) beserta stablecoin Terra USD (UST) pada Mei lalu masih membayangi investor karena menyebabkan kerugian mendalam.
"Ekosistem kripto kembali lagi sedang diuji. Efek domino ke market diprediksi akan sama seperti kasus-kasus sebelumnya yang dialami Celsius, Blockfi, Voyager ataupun Terra. Market akan terpukul keras, karena faktor kepanikan," ungkap Afid.
Sementara itu, selera investor terhadap market kripto kemungkinan akan tetap teredam untuk melihat arah yang lebih jelas dari penyelesaian yang dialami platform exchange tersebut.
Regulator AS Selidiki FTX Terkait Dugaan Salah Menangani Dana Pelanggan
Sebelumnya, di tengah krisis likuiditas yang dialami pertukaran kripto FTX dan gagalnya akuisisi dari Binance untuk membantu. Sekarang, FTX menghadapi regulator AS yang sedang mencari tahu apakah FTX berpotensi salah menangani dana pelanggan di platformnya.
Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (11/11/2022), Komisi Sekuritas AS (SEC) dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) sedang menyelidiki hubungan FTX dengan entitas saudaranya Alameda Research serta dengan FTX AS.Â
Investigasi ini belum diungkapkan kepada publik, tetapi telah dimulai berbulan-bulan yang lalu sebagai penyelidikan terhadap FTX AS dan aktivitas pinjaman kripto-nya, menurut laporan bloomberg. Namun penyelidikan ini diperluas terkait kasus baru yang menimpa FTX.Â
Alameda Research, sebuah perusahaan perdagangan kripto yang dijalankan oleh kepala FTX Sam Bankman-Fried, tertangkap di mata badai minggu ini ketika keuangan neraca yang bocor mengungkapkan hubungan dekat yang tidak biasa dengan FTX melalui token FTT asli bursa.Â
Changpeng Zhao, kepala eksekutif Binance, mengirimkan gelombang kejutan di Twitter ketika dia menulis perusahaannya, sebagai investor awal di FTX dan pemegang besar tokennya, akan melikuidasi posisinya di FTT.
Sejak serangkaian Tweet itu, pemegang FTT Coin telah berbondong-bondong menjual token mereka. Zhao mengklaim Bankman-Fried kemudian memanggilnya, meminta Binance untuk menyelamatkan perusahaannya yang bermasalah.
Advertisement