Liputan6.com, Jakarta - Pertukaran kripto FTX yang bangkrut menjadi salah satu peristiwa sita perhatian dalam sejarah keuangan memburuk. Hal ini lantaran ratusan juta dolar AS terkuras dari FTX berjam-jam setelah ajukan kebangkrutan.
Mengutip Coindesk, Minggu (13/11/2022), lebih dari USD 600 juta atau sekitar Rp 9,29 triliun (asumsi kurs Rp 15.492 per dolar AS) disedot dari dompet kripto FTX pada Jumat malam 11 November 2022. Setelah itu, FTX menyatakan di saluran telegram resminya kalau itu telah disusupi, menginstruksikan pengguna untuk tidak instal pembaruan baru dan hapus semua aplikasi FTX.
Baca Juga
“FTX telah diretas. Aplikasi FTX adalah malware. Hapus mereka. Obrolan terbuka. Jangan masuk ke situs FTX karena mungkin mengunduh Trojan,” tulis seorang administrator akun di obrolan Telegram dukungan FTX.
Advertisement
Pesan itu disematkan oleh penasihat umum FTX Ryne Miller. Beberapa jam kemudian, Miller mengungkapkan dalam sebuah tweet FTX US dan FTX.com telah memindahkan semua aset digital ke cold storage karena kebangkrutan Jumat pekan ini. “Prosesnya dipercepat mala mini untuk mengurangi kerusakan setelah mengamati transaksi yang tidak sah,” kata dia.
Banyak pemegang dompet FTX melaporkan saldo USD 0 di dompet FTX.com dan dompet FTX US. API FTX tampaknya tidak aktif yang dapat menjelaskan hal ini. Berdasarkan on-chain, berbagai token Ethereum serta token solana dan binance smart chain keluar dari dompet resmi FTX dan pindah ke bursa terdesentralisasi seperti 1inch. Baik FTX dan FTX US tampaknya terpengaruh.
Transfer terjadi pada hari yang sama ketika perusahaan mengajukan perlindungan kebangkrutan bab 11 di Amerika Serikat setelah tampaknya kehilangan atau menyalahgunakan miliaran dolar AS dana pengguna.
Kecurigaan yang merupakan dugaan pada saat ini beredar online tentang apakah alih-alih serangan dari luar, seseorang di dalam perusahaan mungkin bertanggung jawab.
Di Twitter, anggota komunitas cryptocurrency dengan cepat mulai spekulasi arus keluar dapat dikoordinasikan oleh anggota lingkaran dalam mantan CEO FTX Bankman-Fried menunjukkan peretasan FTX dan FTX secara simultan dan canggih merupakan indikasi potensi pekerjaan orang dalam.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Gulung Tikar, CEO FTX Sam Bankman-Fried Mengundurkan Diri
Sebelumnya, CEO pertukaran cryptocurrency FTX Sam Bankman-Fried telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Amerika Serikat (AS). Sam Bankman Fried juga telah mengundurkan diri sebagai CEO dan telah digantikan oleh John J. Ray III.
"Pembebasan segera dari Bab 11 tepat untuk memberikan Grup FTX kesempatan untuk menilai situasinya dan mengembangkan proses untuk memaksimalkan pemulihan bagi para pemangku kepentingan,” kata kepala FTX yang baru, Ray dikutip dari CNBC, Sabtu (12/11/2022).
Dalam pengajuannya, FTX tercatat memiliki lebih dari 100 ribu kreditur, aset dalam kisaran USD 10 miliar sampai dengan USD 50 miliar, serta kewajiban dalam kisaran USD 10 miliar- USD 50 miliar.
"Grup FTX memiliki aset berharga yang hanya dapat dikelola secara efektif dalam proses bersama yang terorganisir. Saya ingin memastikan setiap karyawan, pelanggan, kreditur, pihak kontrak, pemegang saham, investor, otoritas pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya bahwa kami akan melakukan upaya ini dengan ketekunan, ketelitian dan transparansi,” imbuh Ray.
Dalam beberapa hari, valuasi FTX berubah dari USD 32 miliar menjadi dalam status kebangkrutan karena likuiditas mengering. GameStop sedang menelaah kemitraannya dengan FTX.
Berdasarkan perjanjian yang diumumkan pada September, GameStop menjual kartu hadiah FTX di toko-toko tertentu dan sementara FTX mempromosikan pengecer di bursanya.
Penghentian perjanjian bisnis, seperti yang terjadi dengan GameStop, kemungkinan akan terus berlanjut setelah pengajuan kebangkrutan FTX.
Advertisement
Kehilangan Status Miliarder,Kekayaan Bos FTX Anjlok Rp 226,4 Triliun
Sebelumnya, CEO FTX, Sam Bankman-Fried (SBF) kehilangan sekitar USD 14,6 miliar atau sekitar Rp 226,4 triliun, hampir 94 persen dari total kekayaannya akibat masalah yang menimpa FTX dan harga token FTT Coin yang melemah.
Dilansir dari CoinDesk, Jumat (11/11/2022), nama Bankman-Fried telah menghilang dari Bloomberg Billionaire Index. Bloomberg Billionaires Index juga telah memperkirakan kekayaan pribadi Bankman-Fried saat ini sekitar USD 991,5 juta (Rp 15,3 triliun) dalam satu hari.
CEO Binance Changpeng Zhao, (CZ) mengumumkan pada Selasa ia telah menandatangani perjanjian sementara untuk mengakuisisi FTX setelah kekhawatiran meningkat tentang kebangkrutan pertukaran yang berbasis di Bahama, yang menyebabkan perlambatan penarikan dan jatuh bebas pada harga token asli FTX.
Namun Binance mundur dari kesepakatan untuk membeli FTX karena adanya beberapa faktor.
"Setelah melakukan uji tuntas perusahaan serta adanya laporan berita terbaru mengenai dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan investigasi agensi AS,” tulis Binance di Twitter, dikutip dari CoinDesk, Jumat, 11 November 2022.
Selanjutnya
Sebelum krisis uang tunai perusahaannya, Bankman-Fried bernilai sekitar USD 15,2 miliar tetapi, menurut Bloomberg, USD 14,6 miliar hilang dalam semalam.
Kenaikan pesat Bankman-Fried menuju kesuksesan finansial, dikombinasikan dengan masa mudanya yang relatif dan kepribadiannya yang eksentrik termasuk kecenderungannya untuk tidur di atas beanbag di kantornya menjadikan SBF salah satu sosok kesayangan industri kripto.
Bankman-Fried membuat janji besar awal tahun ini untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya, pada saat itu senilai USD 21 miliar, untuk amal. Dia juga berjanji untuk menghabiskan hingga USD 1 miliar untuk mendukung kandidat politik yang selaras dengan misinya yang lebih luas untuk mempersiapkan pandemi di masa depan.
Berdasarkan laporan dana pelanggan hilang sekitar USD 1 miliar-USD 2 miliar saat mantan CEO FTX Sam Bankman-Fried ajukan perlindungan kebangkrutan.
Advertisement