Sukses

CEO Binance Changpeng Zhao Sebut Aturan Pajak Kripto di Indonesia Belum Optimal

Zhao menyebut dirinya tidak ada masalah jika kripto dikenakan pajak.

Liputan6.com, Jakarta - CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ) menyebut peraturan pajak kripto yang belum lama ini diberlakukan di Indonesia masih belum optimal. Hal ini disampaikan CZ ketika menjadi pembicara dalam acara B20 Summit Indonesia, di Bali, Senin (14/11/2022). 

“Saya pikir terkait pajak kripto saat ini, terutama pajak kripto yang baru diperkenalkan di Indonesia, itu belum optimal,” ujar Zhao. 

Meskipun begitu, Zhao menyebut dirinya tidak ada masalah jika kripto dikenakan pajak. Zhao menyarankan pendapatan pajak kripto bisa lebih optimal adalah dengan nominal pajak yang rendah.

“Untuk mendapatkan hasil pajak yang baik, menurut saya, bisa jadi saya salah, adalah dengan nominal pajak yang rendah. Jika kita mengenakan pajak untuk transaksi sebesar 99 dolar hingga 100 dolar transaksi, itu tidak akan mendapat pajak karena tidak ada yang melakukan transaksi itu,” ujar Zhao.

Selain itu, bos Binance juga menyarankan agar tidak membebankan pajak untuk setiap transaksi pengguna, tetapi bebankan pajak para pebisnis di industri dari penghasilan mereka.

“Selain itu di kripto, saya rekomendasikan jangan membebani pajak untuk transaksi user. JIka kita memberikan pajak 1 sampai 2 persen dari transaksi user, itu akan berdampak tidak banyak terjadi transaksi. Jadi, bebankan pajak pada pebisnis dari penghasilannya,” tutur Zhao.

Adapun, Zhao juga menyarankan agar para pebisnis diberikan lisensi agar bisa dikontrol oleh regulator dan mereka tidak beroperasi di luar. 

“Jika tidak diberikan lisensi, maka banyak yang akan beroperasi di luar untuk mendapatkan keuntungan dari pajak yang lebih kecil. Sekali lagi menyarankan untuk tidak memungut pajak dari transaksi user, tetapi pungut pajak dari pebisnis,” pungkas Zhao.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 
 
2 dari 4 halaman

Bos Binance Changpeng Zhao Beri Gambaran Industri Kripto Saat Ini

Sebelumnya, Bos Binance, Changpeng Zhao memberikan gambaran industri kripto sepanjang 2022. Hal itu disampaikan Zhao ketika mengisi acara Indonesia Fintech Summit 2022, Jumat (11/11/2022).

Zhao menjelaskan ada banyak hal yang terjadi pada industri kripto salah satunya adalah banyak pemain besar industri yang jatuh. 

"Mulai dari Terra, salah satu pemain besar, Three Arrows Capital, Celsius, dan yang terbaru ini FTX. FTX menjadi salah satu pemain besar yang baru-baru ini jatuh,” ujar Zhao. 

Akibat hal ini, Zhao menyebut banyak pengguna atau konsumen yang merasakan kesakitan dan terguncang. Selain itu, regulator juga akan memperketat aturan untuk industri.

“Akibat hal ini, regulator di seluruh akan fokus pada exchange seperti bisnis modelnya. Tapi bagi saya itu adalah hal bagus untuk industri kripto,” lanjut Zhao.

Zhao menambahkan akan ada dampak domino yang bisa terjadi dari bergulirnya kasus FTX, seperti ada berbagai proyek yang terdampak dari FTX. 

“Kita mungkin tidak akan melihat dampaknya sekarang, kemungkinan akan terjadi dalam bebreapa pekan ke depan," tutur Zhao.

 

3 dari 4 halaman

Peran Regulator

Peran Regulator

Bos Binance juga menyebut regulator memiliki peran penting untuk industri kripto agar ekosistem dan industri menjadi lebih sehat.

"Kita mungkin sepakat tidak ada yang mau hidup tanpa aturan, begitupun untuk industri kripto. Di sisi lain ada aturan yang baik dan buruk, kita harap bisa mendapatkan aturan yang seimbang,” kata Zhao. 

Zhao memaparkan ada beberapa regulator yang masih memiliki pemahaman secara teori terkait kripto, tetapi ada regulator yang memang sudah sangat paham dengan teknolog ini.

"Ketika saya berkunjung ke Dubai, saya tidak perlu menjelaskan lagi apa itu kripto, tetapi mereka yang bertanya bagaimana langkah selanjutnya dari teknologi ini,” pungkas Zhao.

4 dari 4 halaman

Binance Batalkan Rencana Akuisisi FTX, Harga Bitcoin Turun di Bawah Rp 251 Juta

Sebelumnya, harga bitcoin turun di bawah USD 16.000 atau sekitar Rp 251 juta pada Rabu, 9 November 2022 sore waktu AS setelah Binance, pertukaran kripto terbesar, mundur dari kesepakatan daruratnya untuk mengakuisisi saingannya FTX.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Bitcoin jatuh ke level USD 15.985 (Rp 250,7 juta), titik harga terendah yang pernah dilihat mata uang kripto terbesar sejak November 2020. Menurut platform pengindeksan kripto CF Benchmark, Bitcoin turun 12 persen selama 24 jam terakhir dan 20 persen selama tujuh hari terakhir.

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (10/11/2022), Binance mengungkapkan melalui akun Twitternya, ada beberapa faktor yang membuat mereka mundur dari kesepakatan membeli FTX. 

“Setelah melakukan uji tuntas perusahaan serta adanya laporan berita terbaru mengenai dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan investigasi agensi AS,” tulis Binance di Twitter.

Perkembangan baru ini menambah kekhawatiran yang meningkat atas FTX, investor ritel hingga pelaku industri yang memiliki eksposur besar terhadap FTX juga mulai khawatir dengan situasi ini.

“Setiap kali pemain utama dalam suatu industri gagal, konsumen ritel akan menderita," kata Binance dalam pernyataannya.

Binance menyebut telah melihat selama beberapa tahun terakhir ekosistem kripto menjadi lebih tangguh, dan percaya pada waktunya pelaku industri yang menyalahgunakan dana pengguna akan disingkirkan oleh pasar bebas.

Sebuah laporan pada Rabu dari Semafor yang didukung oleh Pendiri dan CEO FTX Sam Bankman-Fried mengatakan sebagian besar staf hukum dan kepatuhan FTX berhenti pada Selasa malam.

Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) juga dilaporkan memperluas penyelidikannya ke anak perusahaan platform cryptocurrency AS, menurut Wall Street Journal.