Sukses

Kronologi Bursa Kripto FTX Ajukan Status Bangkrut hingga CEO Sam Bankman-Fried Mundur

Berikut rangkuman kasus kebangkrutan salah satu pertukaran kripto terbesar di dunia, FTX.

Liputan6.com, Jakarta - Industri kripto belakangan ini sedang diguncang oleh runtuhnya salah satu pertukaran kripto jajaran 5 besar di dunia yaitu FTX. Akibat bangkrutnya FTX, pasar kripto secara keseluruhan alami penurunan, bahkan Bitcoin mencapai titik terendah sejak November 2020.

Tak hanya Bitcoin, kripto asli milik pertukaran kripto FTX yaitu FTT Coin harus ambles lebih dari 50 persen. CEO FTX, Sam Bankman-Fried yang terkenal sebagai penyelamat di industri kripto, kini reputasinya hancur dan kehilangan status miliarder nya. Adapun, berikut rangkuman kasus FTX yang dirangkum Liputan6.com, dari berbagai sumber.

Laporan Keuangan Almaeda Research

Semua bermula dari laporan keuangan Almaeda Research yang diberitakan oleh CoinDesk. Dalam berita tersebut, kerajaan cryptocurrency Miliarder Sam Bankman-Fried secara resmi dipecah menjadi dua bagian utama yaitu FTX (pertukaran nya) dan Alameda Research (firma dagangnya), keduanya raksasa di industri masing-masing.

“Tetapi meskipun mereka adalah dua bisnis yang terpisah, divisi tersebut terpecah di tempat utama yaitu di neraca Alameda, menurut dokumen keuangan pribadi yang ditinjau oleh CoinDesk,” isi berita CoinDesk, dikutip Senin, 14 November 2022.

Neraca itu penuh dengan FTX  khususnya, token FTT yang dikeluarkan oleh bursa yang memberikan diskon kepada pemegangnya atas biaya perdagangan di pasarnya. 

Meskipun tidak ada yang tidak diinginkan atau salah tentang hal itu, ini menunjukkan raksasa perdagangan Bankman-Fried Alameda bertumpu pada pondasi yang sebagian besar terdiri dari koin yang diciptakan oleh perusahaan saudara, bukan aset independen seperti mata uang fiat atau kripto lainnya. Situasi tersebut menambah bukti hubungan antara FTX dan Alameda sangat erat.

Binance Likuidasi Semua FTT Coin

CEO pertukaran cryptocurrency global Binance, Changpeng Zhao (CZ), mengumumkan melalui Twitter pada Minggu, 6 November 2022, perusahaannya telah melikuidasi semua token milik pertukaran kripto FTX, FTT Coin dari neraca perusahaan.

CZ menjelaskan sebelumnya Binance menerima USD 2,1 miliar (Rp 32,9 triliun) dalam BUSD (Stablecoin Binance) dan FTT dari FTX tahun lalu. Binance adalah investor token FTX di awal kemunculan token. 

“Karena pengungkapan baru-baru ini yang terungkap, kami telah memutuskan untuk melikuidasi FTT yang tersisa di buku kami,” tulis Zhao di Twitter, dikutip dari Bitcoin.com.

Dalam tweet lanjutan, bos Binance menambahkan akan mencoba melakukan likuidasinya dengan cara yang meminimalkan dampak pasar. 

CZ juga merinci likuidasi FTT ini dilakukan sebagai manajemen risiko pasca-keluar, berkaca dari kasus LUNA. 

Binance Berencana Akuisisi FTX

Tak lama setelah melikuidasi semua cadangan FTT Coin, Binance mengungkapkan telah mencapai kesepakatan dengan pertukaran kripto milik  Sam Bankman-Fried, FTX untuk membeli pertukaran kripto dengan jumlah yang tidak diungkapkan. Rencana ini disebut sebagai langkah  menyelamatkan perusahaan dari krisis likuiditas.

Dilansir dari CNBC,  Zhao membuat cuitan pada Selasa, 8 November 2022, ada krisis likuiditas yang signifikan di FTX. 

Kemudian, FTX meminta bantuan Binance, perusahaan menandatangani perjanjian yang tidak mengikat dengan maksud untuk sepenuhnya mengakuisisi FTX.com dan membantu menutupi krisis likuiditas.

Zhao menambahkan Binance, akan melakukan uji tuntas dalam beberapa hari mendatang, dan perusahaan memiliki keleluasaan untuk menarik diri dari kesepakatan kapan saja.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

FTX Ajukan Kebangkrutan

Batal Akuisisi

Setelah mengungkapkan akan membeli FTX, pertukaran kripto Binance kembali mengumumkan telah mundur dari kesepakatan untuk membeli pertukaran kripto FTX.

Binance mengumumkan ada beberapa hal yang membuat perusahaan menarik diri dari rencana akuisisi tersebut. 

“Setelah melakukan uji tuntas perusahaan serta adanya laporan berita terbaru mengenai dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan investigasi agensi AS,” tulis Binance di Twitter, dikutip dari Bitcoin.com.

FTX Ajukan Kebangkrutan

Pertukaran cryptocurrency Sam Bankman-Fried FTX telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di AS, menurut pernyataan perusahaan yang diposting di Twitter, pada Jumat (11/11/2022) waktu setempat. 

Sekitar 130 perusahaan afiliasi tambahan adalah bagian dari proses, termasuk Alameda Research, perusahaan perdagangan kripto Bankman-Fried, dan FTX.us, anak perusahaan FTX di AS.

CEO FTX Mengundurkan Diri

Bankman-Fried juga telah mengundurkan diri sebagai CEO dan telah digantikan oleh John J. Ray III, meskipun kepala yang keluar akan tetap membantu transisi.

Bankman-Fried juga mengindikasikan dia ingin menunjuk Stephen Neal sebagai ketua dewan direksi yang baru. 

Namun, seorang juru bicara kemudian mengatakan Neal telah memutuskan untuk menolak. Meskipun dihormati oleh permintaan tersebut, ternyata, dia tidak dapat menjabat di posisi itu karena alasan yang tidak ada hubungannya dengan FTX atau mantan CEO-nya.

3 dari 4 halaman

Regulator AS Selidiki FTX Terkait Dugaan Salah Menangani Dana Pelanggan

Sebelumnya, di tengah krisis likuiditas yang dialami pertukaran kripto FTX dan gagalnya akuisisi dari Binance untuk membantu. Sekarang, FTX menghadapi regulator AS yang sedang mencari tahu apakah FTX berpotensi salah menangani dana pelanggan di platformnya.

Dilansir dari Yahoo Finance, Jumat (11/11/2022), Komisi Sekuritas AS (SEC) dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) sedang menyelidiki hubungan FTX dengan entitas saudaranya Alameda Research serta dengan FTX AS. 

Investigasi ini belum diungkapkan kepada publik, tetapi telah dimulai berbulan-bulan yang lalu sebagai penyelidikan terhadap FTX AS dan aktivitas pinjaman kripto-nya, menurut laporan bloomberg. Namun penyelidikan ini diperluas terkait kasus baru yang menimpa FTX. 

Alameda Research, sebuah perusahaan perdagangan kripto yang dijalankan oleh kepala FTX Sam Bankman-Fried, tertangkap di mata badai minggu ini ketika keuangan neraca yang bocor mengungkapkan hubungan dekat yang tidak biasa dengan FTX melalui token FTT asli bursa. 

Changpeng Zhao, kepala eksekutif Binance, mengirimkan gelombang kejutan di Twitter ketika dia menulis perusahaannya, sebagai investor awal di FTX dan pemegang besar tokennya, akan melikuidasi posisinya di FTT.

Sejak serangkaian Tweet itu, pemegang FTT Coin telah berbondong-bondong menjual token mereka. Zhao mengklaim Bankman-Fried kemudian memanggilnya, meminta Binance untuk menyelamatkan perusahaannya yang bermasalah

4 dari 4 halaman

Dampak Kasus FTX, Senat AS Minta Parlemen Loloskan UU Baru

Sebelumnya, Ketua Komite Pertanian Senat AS, Debbie Stabenow mengatakan pada Kamis, 10 November 2022 Kongres AS perlu meloloskan undang-undang setelah runtuhnya pertukaran cryptocurrency FTX.

"Sudah waktunya bagi Kongres untuk bertindak. Komite, tetap berkomitmen untuk memajukan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Komoditas Digital untuk memberikan perlindungan yang diperlukan ke pasar komoditas digital," kata Stabenow dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 11 November 2022.

Dia menambahkan, tengah bekerja dengan panel atas Republik John Boozman, regulator keuangan dan lain-lain untuk menyelesaikan dan mempersiapkan undang-undang ini untuk pemungutan suara komite.

Sebelumnya pada Kamis Ketua Komite Perbankan Senat Sherrod Brown mengatakan sangat penting lembaga keuangan AS menyelidiki apa yang menyebabkan keruntuhan FTX.

"Sangat penting bahwa pengawas keuangan kami melihat apa yang menyebabkan runtuhnya FTX sehingga kami dapat sepenuhnya memahami kesalahan dan pelanggaran yang terjadi," kata senator Demokrat itu.

Stabenow juga meminta pengawas keuangan untuk bertindak. Sampai undang-undang diberlakukan, Stabenow mendorong semua regulator keuangan untuk menggunakan otoritas mereka saat ini sepenuhnya untuk mengatur dan menuntut pelanggaran di pasar.

Sebelumnya, pada Februari 2022, anggota parlemen dan pemerintahan Biden mengatakan mereka mencoba untuk membuat struktur peraturan baru untuk mata uang digital, dengan Komisi Sekuritas dan Bursa terlibat dalam proyek untuk meningkatkan pengawasan.