Sukses

China Uji Coba Teknologi Metaverse Selama Siaran Piala Dunia Qatar 2022

Hal ini akan memungkinkan pengguna untuk menikmati pemandangan acara yang mirip metaverse.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa platform China memperkenalkan teknologi metaverse dalam liputan mereka tentang Piala Dunia FIFA 2022. Pengalaman tersebut, menggunakan headset virtual reality (VR) dan jaringan 5G sebagai teknologi dasarnya. 

Hal ini akan memungkinkan pengguna untuk menikmati pemandangan acara yang mirip metaverse dan juga memberikan kesempatan kepada perusahaan China untuk mengasah penerapan teknologi ini.

Migu, anak perusahaan China Mobile, operator milik negara, mengumumkan akan mengembangkan lingkungan virtual "pertama di dunia" bagi penggunanya untuk menikmati pertandingan piala menggunakan headset VR untuk pengalaman yang imersif dan "nyata". 

Hal ini diumumkan oleh CCO Gan Yuqing dari Migu, yang juga menyelenggarakan "Festival Musik Piala Dunia" yang diiklankan akan diadakan di metaverse dengan pengunjung kejutan dari 2070.

Dengan cara yang sama, Bytedance, pemilik platform media sosial populer Tiktok, telah mengumumkan mereka akan memungkinkan pengguna kacamata VR-nya menikmati pertandingan sepak bola di ruang digital, memungkinkan mereka mengundang pengguna lain untuk pengalaman menonton metaverse bersama.

Keterbatasan Teknologi

Seorang pengamat industri, Chen Jia Piala Dunia dapat digunakan oleh perusahaan di sektor tersebut untuk menguji kualitas pengalaman yang dapat mereka tawarkan saat ini kepada penggunanya. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

Keterbatasan Teknologi

“Ini juga akan berkontribusi untuk mengidentifikasi masalah saat ini untuk meningkatkan jangkauan dan efisiensi teknologi ini,” ujar Jia dikutip dari Bitcoin.com, Kamis (24/11/2022).

Melalui penerapan berbagai skenario dalam metaverse Piala Dunia ini, Tiongkok juga dapat menguji kualitas keseluruhan rantai industri di bidang teknologi realitas virtual, sehingga mendapatkan pijakan awal di sektor tersebut.

Pada 1 November, China mempresentasikan rencana untuk berinovasi di bidang realitas virtual, dan juga mempopulerkan jangkauan teknologi ini sebagai bagian dari masyarakat China. 

Rencana tersebut membutuhkan penyelidikan untuk membuat headset VR lebih fungsional. Rencana tersebut menyebutkan area utama termasuk simulasi bau, pelacakan gerakan, dan pelacakan mata, di antara elemen lainnya.

3 dari 4 halaman

Kontribusi Metaverse Diprediksi Sentuh Rp 22.035 Triliun terhadap Pertumbuhan Ekonomi Asia

Sebelumnya, Meta taruhan besar pada metaverse mungkin telah menempatkan perusahaan dalam kesulitan, tetapi laporan Deloitte baru menunjukkan realitas virtual dapat memiliki efek transformasional pada ekonomi Asia.

Mengutip CNBC, Kamis, 17 November 2022,  kontribusi metaverse terhadap produk domestik bruto (PDB) di Asia bisa mencapai antara USD 800 miliar atau sekitar Rp 12.582 triliun (asumsi kurs Rp 15.739 per dolar AS) dan USD 1,4 triliun atau sekitar Rp 22.035 triliun per tahun pada 2035, kata perusahaan konsultan tersebut.

Itu akan menjadi sekitar 1,3 persen hingga 2,4 persen dari keseluruhan PDB, tambahnya, dengan asumsi ada investasi teknologi berkelanjutan yang dilakukan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.

Metaverse dapat didefinisikan secara longgar sebagai dunia virtual tempat orang tinggal, bekerja, dan bermain. Dengan cryptocurrency, pengguna dapat membeli dan mengembangkan tanah virtual atau mendandani avatar mereka sendiri.

 

4 dari 4 halaman

Potensi Pengaruh Metaverse

Laporan baru Deloitte, berjudul “The Metaverse in Asia: Strategies for Accelerating Economic Impact,” meneliti potensi pengaruh metaverse pada 12 ekonomi Asia.

Duleesha Kulasooriya selaku direktur pengelola Deloitte Center for the Edge di Asia Tenggara, mengaitkan besarnya dampak prakiraan dengan gravitasi demografis wilayah tersebut.

"Jika Anda melihat para pemuda, mereka adalah orang-orang yang berinteraksi dan terlibat dalam metaverse kebanyakan saat ini, dan 60 persen pemuda dunia tinggal di Asia,” katanya.

Selain itu, ada 1,3 miliar gamer seluler di Asia, yang merupakan basis pemain terbesar di dunia, menurut laporan tersebut.

"Metaverse bukan lagi fiksi ilmiah. Platform metaverse awal sudah digunakan oleh jutaan orang,” tulisnya.

Menurut ia, bermain game adalah salah satu cara awal di mana seseorang diperkenalkan ke metaverse.

"Segmen itu dan ekspektasi mereka akan mendorong banyak perilaku tentang bagaimana internet selanjutnya berkembang," kata dia.