Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto sepanjang 2022 telah mengalami berbagai tekanan mulai dari gejolak geopolitik hingga kebijakan ekonomi yang ketat di berbagai negara Bitcoin sebagai kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar telah kehilangan sekitar 63 persen nilai tahun ini.
Pada 20 Desember 2021, bitcoin diperdagangkan seharga USD 46.406 (Rp 725,4 juta), saat ini Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 16.000 (Rp 250,9 juta) Melihat penurunan yang terjadi pada Bitcoin, lantas bagaimana prospek Bitcoin pada 2023?
Baca Juga
Menanggapi hal ini, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir berpendapat pada 2023 diperkirakan akan jadi tahun yang tidak akan bergerak banyak pada paruh pertama.
Advertisement
Namun, pada paruh kedua 2023, kemungkinan akan ada pergerakan signifikan untuk Bitcoin ataupun pasar kripto secara keseluruhan.
"Kemungkinan akan ada sentimen yang dihembuskan pada paruh kedua 2023 karena adanya proses halving pada 2024 nanti,” ujar Christopher kepada Liputan6.com, Rabu, 28 Desember 2022.
Bitcoin Halving merupakan peristiwa empat tahun sekali di mana hadiah untuk para penambang Bitcoin akan dibagi dua setiap 210 ribu blok yang terjadi sampai mencapai batas maksimum kapasitas Bitcoin yaitu 21 juta Bitcoin.
Adapun Christopher menambahkan ada sekitar 90 hingga 99 persen proyek kripto akan mati pada 2023 terutama untuk proyek kripto yang hanya membuat token.
“Namun, untuk token yang fokusnya untuk menyelesaikan proyek kemungkinan masih bisa untuk bertahan,” jelas Christopher.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi
Prospek Bitcoin
Prospek Bitcoin Masih Baik untuk Jangka Panjang
VP Corporate Communications Tokocrypto, Rieka Handayani mengatakan, prospek kripto Bitcoin masih akan baik untuk jangka panjang. Namun, melihat kondisi crypto winter yang belum menunjukkan kehangatan, Bitcoin masih akan ada koreksi pada 2023.
Proyeksi sampai awal 2023, di kondisi pasar bearish, harga BTC bisa terus bergerak sideways di antara USD 15.000-USD 21.000.
“Untuk sementara melihat dari analisis fundamental dan teknikal dalam jangka pendek akan sulit untuk Bitcoin turun ke level US$ 10.000. BTC dan kripto lainnya memang berada pada posisi yang lebih rendah semenjak crypto winter yang dimulai awal tahun ini,” tutur Rieka
Diproyeksikan koreksi terendah BTC bisa mencapai level sekitar USD 13.000 atau 80 persen dari posisi ATH-nya di November 2021 lalu. Sedangkan, harga tertinggi pada 2023 nanti, kemungkinan bisa bull run menyentuh USD 29.000 hingga USD 32.000.
Momentum pergerakan BTC dan market kripto secara keseluruhan masih bergantung pada situasi makroekonomi, kebijakan The Fed, dan kondisi geopolitik.
Menjelang pertengahan hinggi akhir tahun ada kemungkinan Bitcoin dan kripto lainnya berbalik arah dan mengalami peningkatan nilai. Diharapkan situasi makroekonomi dan industri kripto sudah lebih baik dan stabil. Dari sisi jangka panjang, ada sentimen positif yang bisa membawa market kripto bull run dengan adanya Bitcoin Halving pada 2024.
Advertisement
Efek Domino
Efek Domino FTX Masih Bisa Terjadi
Dalam jangka pendek, situasi makroekonomi yang memburuk dan efek domino dari kejatuhan FTX masih akan terasa melebar ke pondasi ekosistem industri kripto. Oleh karena itu, investor kripto harus bersiap pada skenario terburuk, jika harga kripto masih bisa anjlok lebih dalam lagi.
Rieka menambahkan, ada kekhawatiran efek domino dari FTX masih terus berlanjut ke beberapa perusahaan kripto lainnya.
Tak hanya itu, investor juga masih khawatir dengan aksi dari tiga perusahaan kripto besar lainnya, yakni Grayscale, Genesis, dan Digital Currency Group yang kabarnya sedang bermasalah. Hal itu yang mungkin membuat market akan sulit kembali untuk bull run dalam waktu dekat.
Dengan maraknya kasus yang terjadi pada 2022, ke depannya banyak perusahaan kripto yang mulai melakukan restrategise untuk menjaga fundamental bisnisnya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.
“Crypto winter kemungkinan besar masih akan memberi dampak ke beberapa perusahaan kripto untuk lebih sustain menjalankan bisnisnya,” pungkas Rieka.
Nilai Bitcoin Anjlok 63 Persen Sepanjang 2022
Sebelumnya, 2022 menjadi tahun buruk bagi pasar kripto tak terlepas untuk Bitcoin sebagai kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada 20 Desember 2021, bitcoin diperdagangkan di level USD 46.406 (Rp 725,4 juta) saat ini Bitcoin di perdagangan di kisaran USD 16.000, ini berarti telah kehilangan sekitar 63 persen nilai tahun ini.
Dilansir dari CNBC, Selasa (27/12/2022), harga kemungkinan akan turun lebih jauh ketika pedagang dan perusahaan kripto mulai melihat mereka tidak memiliki aliran tanda yang tak ada habisnya yang bersedia menopang harga.
Kripto dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi dan penurunan harga yang tidak dapat diprediksi. Untuk alasan ini, pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak berinvestasi lebih banyak ke dalam kripto daripada yang berpotensi hilang.
Dalam pukulan terbaru ke ruang kripto, Core Scientific, salah satu perusahaan penambangan kripto yang diperdagangkan secara publik terbesar di AS, yang terutama mencetak bitcoin, mengajukan kebangkrutan pada 21 Desember, akibat penurunan harga kripto dan kenaikan biaya energi.
Selain itu, runtuhnya FTX, platform perdagangan kripto bangkrut yang pernah bernilai USD 32 miliar, telah menghancurkan kepercayaan investor karena efek dari keruntuhan perusahaan terus menyebar ke seluruh industri kripto.
Sekitar 60 persen orang Amerika sekarang percaya berinvestasi dalam mata uang digital sangat berisiko naik dari 45 persen pada 2021, menurut survei CNBC Make It: Your Money baru-baru ini, yang dilakukan dalam kemitraan dengan Momentive. Sekitar 26 persen lainnya percaya itu cukup berisiko.
Hanya 8 persen orang Amerika yang memiliki pandangan positif tentang cryptocurrency pada November 2022, menurut Survei Ekonomi Seluruh Amerika CNBC.
Advertisement