Sukses

Bitcoin Berpotensi Jadi Investasi Menarik pada 2023

Bitcoin menarik untuk dilirik karena berpotensi akan mengalami kenaikan harga akibat halving day.

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin dan kripto lain mengalami “winter season” sepanjang 2022. Namun pada 2023, Bitcoin menarik untuk dilirik karena berpotensi akan mengalami kenaikan harga karena akan memasuki halving day bitcoin berikutnya. 

Selama halving day tiga kali sebelumnya bitcoin bergerak sangat tinggi dan masa paling tepat untuk pembelian bitcoin adalah setahun sebelumnya untuk halving kali ini berarti pada 2023. 

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, pada 2023 Bitcoin berpotensi untuk memasuki fase jenuh dari penurunan harga yang terjadi sejak awal 2022 kemudian berpotensi akan diikuti dengan masa koreksi naik yang ditanda menyambut halving day pada 2024. 

Halving day adalah pengurangan pasokan Bitcoin sebanyak setengah di mining yang terjadi setiap empat tahun sekali. Halving day juga membuat harga Bitcoin bisa naik karena terbatasnya supply dan meningkatnya demand.

“Biasanya pada 2023 ini akan ada penyesuaian harga menuju Bitcoin halving berikutnya. Pada saat bitcoin naik akan diikuti dengan kripto lainnya yang akan berkembang dengan sangat positif,” kata Oscar dalam siaran pers, dikutip Jumat (30/12/2022).

Oscar menambahkan, Bullrun Bitcoin diprediksi akan terjadi pada 2024, namun tahun tepat untuk kembali mengakumulasi kripto adalah pada 2023. Karena tahun setelahnya, harga Bitcoin berpotensi bisa jadi sudah menanjak terlalu tinggi lagi.

2022 menjadi tahun buruk bagi pasar kripto tak terlepas untuk Bitcoin sebagai kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada 20 Desember 2021, bitcoin diperdagangkan seharga USD 46.406 (Rp 725,4 juta). 

Sedangkan saat ini Bitcoin hanya diperdagangkan di kisaran USD 16.000 atau telah kehilangan sekitar 63 persen nilai sepanjang tahun ini.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

MicroStrategy Beli 2.501 Bitcoin Rp 704 Miliar

Sebelumnya, MicroStrategy (MSTR), vendor perangkat lunak bisnis yang didirikan bersama oleh pendukung kripto Michael Saylor, telah menambah persediaan bitcoin (BTC) ke neraca perusahaan.

MSTR membeli sekitar 2.395 bitcoin seharga USD 42,8 juta (Rp 675,7 miliar) antara 1 November hingga 21 Desember 2022 melalui anak perusahaan MacroStrategy, menurut pengajuan ke Securities and Exchange Commission pada Rabu, 28 Desember 2022.

Meskipun begitu, pada Kamis pekan lalu, perusahaan menjual sekitar 704 bitcoin seharga USD 11,8 juta dengan alasan kerugian transaksi akan mengimbangi keuntungan modal sebelumnya.

Kemudian pada Sabtu, perusahaan mengakuisisi 810 bitcoin tambahan seharga USD 13,6 juta, sehingga total kepemilikannya mencapai 132.500 bitcoin. Itu bernilai sekitar USD 2,25 miliar dengan harga saat ini, dibandingkan dengan biaya akuisisi MicroStrategy sebesar USD 4 miliar. 

Ini berarti perusahaan telah menambahkan sekitar 2.501 bitcoin ke kepemilikannya, menghabiskan USD 44,6 juta (Rp 704 miliar) bersih sejak 1 November. Adapun penjualan minggu lalu menandai pertama kalinya MicroStrategy menjual bitcoin sejak mulai mengakuisisi cryptocurrency pada 2020. 

Saham MicroStrategy sempat naik sedikit dalam perdagangan premarket, sementara harga bitcoin tetap sedikit berubah di sekitar USD 16.700 pada Rabu, 28 Desember 2022.

Sebelumnya pada kuartal III 2022, MicroStrategy membukukan biaya penurunan nilai aset digital sebesar USD 727.000 atau sekitar Rp 11,3 miliar pada kepemilikan bitcoin (BTC), turun secara signifikan dari USD 917,8 juta.

Penurunan aset digital perusahaan mencerminkan penurunan harga bitcoin versus harga saat bitcoin diperoleh. 

Di bawah aturan akuntansi standar, nilai aset digital seperti cryptocurrency harus dicatat pada biayanya dan kemudian hanya disesuaikan jika nilainya terganggu, atau turun. Namun, jika harga naik, itu tidak akan dilaporkan kecuali aset dijual.

3 dari 4 halaman

Nilai Bitcoin Anjlok 63 Persen Sepanjang 2022

Sebelumnya, 2022 menjadi tahun buruk bagi pasar kripto tak terlepas untuk Bitcoin sebagai kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Pada 20 Desember 2021, bitcoin diperdagangkan di level USD 46.406 (Rp 725,4 juta) saat ini Bitcoin di perdagangan di kisaran USD 16.000, ini berarti telah kehilangan sekitar 63 persen nilai tahun ini.

Dilansir dari CNBC, Selasa (27/12/2022), harga kemungkinan akan turun lebih jauh ketika pedagang dan perusahaan kripto mulai melihat mereka tidak memiliki aliran tanda yang tak ada habisnya yang bersedia menopang harga.

Kripto dianggap sebagai aset yang sangat fluktuatif yang tunduk pada fluktuasi dan penurunan harga yang tidak dapat diprediksi. Untuk alasan ini, pakar keuangan biasanya menyarankan untuk tidak berinvestasi lebih banyak ke dalam kripto daripada yang berpotensi hilang.

Dalam pukulan terbaru ke ruang kripto, Core Scientific, salah satu perusahaan penambangan kripto yang diperdagangkan secara publik terbesar di AS, yang terutama mencetak bitcoin, mengajukan kebangkrutan pada 21 Desember, akibat penurunan harga kripto dan kenaikan biaya energi.

Selain itu, runtuhnya FTX, platform perdagangan kripto bangkrut yang pernah bernilai USD 32 miliar, telah menghancurkan kepercayaan investor karena efek dari keruntuhan perusahaan terus menyebar ke seluruh industri kripto.

Sekitar 60 persen orang Amerika sekarang percaya berinvestasi dalam mata uang digital sangat berisiko naik dari 45 persen pada 2021, menurut survei CNBC Make It: Your Money baru-baru ini, yang dilakukan dalam kemitraan dengan Momentive. Sekitar 26 persen lainnya percaya itu cukup berisiko.

Hanya 8 persen orang Amerika yang memiliki pandangan positif tentang cryptocurrency pada November 2022, menurut Survei Ekonomi Seluruh Amerika CNBC.

4 dari 4 halaman

Senator AS Tegaskan Bitcoin Adalah Komoditas Bukan Mata Uang

Sebelumnya, Senator AS John Boozman mengungkapkan, meskipun disebut mata uang kripto, Bitcoin tetap dianggap sebuah komoditas bukan mata uang. Dia menekankan, pertukaran di mana komoditas diperdagangkan, termasuk bitcoin, harus diatur oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC).

“Bitcoin, meskipun mata uang kripto, itu tetap adalah komoditas. Ini adalah komoditas di mata pengadilan federal dan pendapat ketua Securities and Exchange Commission (SEC). Tidak ada perselisihan tentang ini,” kata Boozman dalam sebuah sidang, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (6/12/2022).

Menyebut keruntuhan FTX mengejutkan, sang senator berkata laporan publik menunjukkan kurangnya manajemen risiko, konflik kepentingan, dan penyalahgunaan dana pelanggan. 

Senator Boozman melanjutkan untuk berbicara tentang regulasi kripto dan memberdayakan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) sebagai pengatur utama pasar spot kripto. 

“CFTC secara konsisten menunjukkan kesediaannya untuk melindungi konsumen melalui tindakan penegakan hukum terhadap aktor jahat,” lanjut Senator Boozman.

Boozman yakin CFTC adalah agensi yang tepat untuk peran regulasi yang diperluas di pasar spot komoditas digital.

Pada Agustus 2022, Boozman dan beberapa senator memperkenalkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Komoditas Digital (DCCPA) untuk memberdayakan CFTC dengan yurisdiksi eksklusif atas pasar spot komoditas digital. 

Dua RUU lainnya telah diperkenalkan di Kongres tahun ini untuk menjadikan regulator derivatif sebagai pengawas utama untuk sektor kripto.

Sementara bitcoin adalah komoditas, Ketua SEC Gary Gensler berulang kali mengatakan sebagian besar token kripto lainnya adalah sekuritas.