Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan pasar kripto terus menunjukan keperkasaannya sejak dua minggu lalu. Di awal pekan ke-4 Januari 2023 ini, harga Bitcoin lainnya masih tergolong bullish, bahkan mencapai level USD 23.000 atau setara Rp 344,8 juta (asumsi kurs Rp 14.994 per dolar AS), angka ini menjadikan harga tertinggi BTC sejak Agustus 2022.
Kini pergerakan market sedikit mulai terlihat ada koreksi, tapi tidak signifikan. BTC masih berada di atas level psikologisnya dan momentum untuk bull run masih sangat besar.
Baca Juga
Public Relations Tokocrypto, Bianda Ludwianto mengatakan ada beberapa penyebab harga aset kripto big cap melonjak dan kemungkinan akan bull run. Pasar tampaknya masih melanjutkan sentimen positif dari data inflasi Amerika Serikat yang turun.
Advertisement
“Hal tersebut tentunya menambah keyakinan investor kripto,The Fed dapat melakukan kenaikan suku bunga berukuran lebih kecil atau bersikap dovish sepanjang tahun 2023, karena tanda-tanda dari laporan CPI bahwa strategi The Fed telah berhasil menjinakan inflasi,” kata Bianda kepada Liputan6.com, Senin, 23 Januari 2023.
Disamping itu, Bianda menuturkan, indeks dolar AS (DXY) terpantau masih berkinerja buruk menjadi salah satu katalis kenaikan harga BTC pada Senin di level 101.64 (-0.36 persen).
“Secara historis ketika DXY turun, sentimen untuk aset berisiko seperti Bitcoin meningkat. Pasar saham AS juga masih dalam situasi baik,” lanjut Bianda.
Maka, jika suku bunga AS mereda dan ekonomi tumbuh, Bitcoin dapat terus menguat. Semakin baik iklim makro, semakin baik untuk harga Bitcoin. Hal tersebut juga dapat membuat keseluruhan aset kripto mengalami penguatan harga lebih lanjut.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Dampak Kebangkrutan Genesis
Sementara dari sisi situasi ekosistem industri kripto yang terpantau memburuk tidak terlalu menyurutkan semangat investor. Kabar bangkrutnya Genesis dan efek domino yang dapat ditimbulkannya, tidak terlalu membuat investor khawatir. Namun, saat kabar itu muncul, BTC sempat terkoreksi sebentar sekitar 2 persen, tapi dapat kembali reli.
Saat ini, sentimen pasar kripto pun masih terlihat stabil dengan kondisi pasar yang cenderung sideways, setelah mengalami kenaikan harga. Bitcoin Fear and Greed Index ditutup pada level 50, dengan kategori Neutral dan lepas dari status Fear.
Ada kemungkinan Bitcoin akan meneruskan reli hingga menjelang rapat FOMC pada 1 Februari mendatang. Keputusan The Fed sangat dinantikan market sehingga diharapkan sesuai dengan proyeksi analis dengan kenaikkan suku bunga 25 bps.
Advertisement
Kinerja Bitcoin dan Etheruem Kalahkan Wall Street dalam Sepekan
Sebelumnya, Cryptocurrency berhasil melanjutkan reli dalam sepekan bahkan ketika saham AS mundur dari reli tahun baru mereka. Penguatan ini juga terjadi saat pemberi pinjaman kripto besar, Genesis Global Capital mengajukan pengajuan kebangkrutan.
Dilansir dari CNBC, Senin (23/1/2023), Bitcoin terakhir berhasil menguat sekitar 12 persen selama seminggu, menurut data dari Coin Metrics, sementara eter telah menguat 14 persen dalam sepekan. Sebagai perbandingan, dua dari tiga rata-rata saham utama AS berada di jalur untuk membukukan minggu dengan penurunan.
S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average terakhir turun masing-masing 0,9 persen dan 2,9 persen, dalam sepekan. Nasdaq Composite, telah menjadi yang terbaik, naik sedikit dalam sepekan dan telah naik 5 persen untuk tahun ini, memimpin indeks besar lainnya.
Di sisi lain, Bitcoin dan eter masing-masing naik 2,73 persen dan 2,15 persen, dalam periode empat hari yang sama.
Bitcoin diperdagangkan sejalan dengan saham hampir sepanjang 2022 karena investor institusional yang memasuki pasar kripto pada tahun sebelumnya dan stimulus pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve menjadi pendorong harga terbesar.
Namun, pada akhir tahun, korelasi tersebut mereda dan harga bitcoin tetap relatif stabil di tengah gelombang kebangkrutan di industri kripto dan hilangnya kepercayaan secara umum pada kelas aset.
Kenaikan harga kripto minggu ini juga terjadi di tengah pukulan terbaru bagi industri, Genesis salah satu pemberi pinjaman terbesar di kripto dan salah satu kreditur tanpa jaminan terbesar FTX mengajukan kebangkrutan.
Senator AS Tegaskan Bitcoin Adalah Komoditas Bukan Mata Uang
Sebelumnya, Senator AS John Boozman mengungkapkan, meskipun disebut mata uang kripto, Bitcoin tetap dianggap sebuah komoditas bukan mata uang. Dia menekankan, pertukaran di mana komoditas diperdagangkan, termasuk bitcoin, harus diatur oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC).
“Bitcoin, meskipun mata uang kripto, itu tetap adalah komoditas. Ini adalah komoditas di mata pengadilan federal dan pendapat ketua Securities and Exchange Commission (SEC). Tidak ada perselisihan tentang ini,” kata Boozman dalam sebuah sidang, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (6/12/2022).
Menyebut keruntuhan FTX mengejutkan, sang senator berkata laporan publik menunjukkan kurangnya manajemen risiko, konflik kepentingan, dan penyalahgunaan dana pelanggan.
Senator Boozman melanjutkan untuk berbicara tentang regulasi kripto dan memberdayakan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) sebagai pengatur utama pasar spot kripto.
“CFTC secara konsisten menunjukkan kesediaannya untuk melindungi konsumen melalui tindakan penegakan hukum terhadap aktor jahat,” lanjut Senator Boozman.
Boozman yakin CFTC adalah agensi yang tepat untuk peran regulasi yang diperluas di pasar spot komoditas digital.
Pada Agustus 2022, Boozman dan beberapa senator memperkenalkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Komoditas Digital (DCCPA) untuk memberdayakan CFTC dengan yurisdiksi eksklusif atas pasar spot komoditas digital.
Dua RUU lainnya telah diperkenalkan di Kongres tahun ini untuk menjadikan regulator derivatif sebagai pengawas utama untuk sektor kripto.
Sementara bitcoin adalah komoditas, Ketua SEC Gary Gensler berulang kali mengatakan sebagian besar token kripto lainnya adalah sekuritas.
Advertisement