Sukses

Kazakhstan Bongkar Sindikat Pertukaran Kripto Ilegal

Otoritas Kazakhstan menuduh para penipu telah menerima pendapatan besar dari usahanya. Penyelidik menetapkan penipu memiliki dua dompet kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemantau Keuangan (FMA) Republik Kazakhstan telah membongkar kelompok yang terlibat dalam pertukaran cryptocurrency ilegal. Anggotanya mengatur perdagangan melalui beberapa situs web yang dapat merugikan masyarakat.

Dilansir dari Bitcoin.com, Sabtu (28/1/2023), pihak berwenang Kazakhstan menuduh penyelenggara penukar online telah menerima pendapatan “sangat besar” dari usaha bisnis mereka, tanpa menyebutkan jumlahnya. Kazakhstan juga tidak mengungkapkan berapa banyak orang dalam kelompok atau identitas mereka.

Penyelidik menetapkan mereka memiliki dua dompet kripto di Binance, bursa kripto terbesar di dunia, dengan saldo gabungan aset digital sebesar USD 6.000 atau setara Rp 89,7 juta (asumsi kurs Rp 14.957 per dolar AS). 

FMA mengungkapkan akses ke dompet ini sudah dibatasi. Selain itu, koin senilai lebih dari USD 200.000 atau setara Rp 2,9 miliar ditemukan di dompet dalam platform pertukaran kripto lainnya. 

Selama ini, pemerintah Kazakhstan telah mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatur pasar kripto negara itu, yang telah berkembang sejak Kazakhstan menjadi tempat penambangan bitcoin terbesar.

Untuk mengoperasikan platform pertukaran secara legal, perusahaan kripto perlu mendapatkan persetujuan peraturan dan mendaftar ke pusat keuangan Kazakhstan. 

Pada Oktober 2022, Binance dilisensikan sebagai penyedia layanan pertukaran dan penyimpanan kripto di Kazakhstan. Sejak saat itu, Binance setuju untuk berbagi informasi tentang kejahatan terkait crypto dengan pihak berwenang di Kazakhstan. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

Elon Musk Gigit Jari, Simpanan Bitcoin Milik Tesla Rugi Rp 508,5 Miliar

Sebelumnya, dalam laporan pendapatan terbarunya, Tesla mengungkapkan pihaknya tidak membeli atau menjual Bitcoin apa pun pada kuartal terakhir 2022.

Dilansir dari Decrypt, Jumat (27/1/2023),Tesla alami biaya penurunan nilai sekitar USD 34 juta atau setara Rp 508,5 miliar (asumsi kurs Rp 14.947 per dolar AS)  karena nilai kepemilikan Bitcoin turun menjadi USD 184 juta atau setara Rp 2,7 triliun dari USD 218 juta atau setara Rp 3,8 triliun pada kuartal tiga 2022.

Dalam dunia akuntansi, biaya penurunan nilai adalah pengurangan nilai aset di bawah nilai tercatatnya atau biaya perolehan aset. Dalam konteks kepemilikan Bitcoin Tesla, ini berarti meskipun perusahaan masih memiliki jumlah BTC yang sama di neraca, nilai pasar simpanan telah turun dibandingkan kuartal sebelumnya.

Bitcoin diperdagangkan di bawah USD 20.000 atau setara Rp 299,1 juta pada akhir September 2022, sebelum jatuh di bawah USD 16.000 atau setara Rp 239,4 juta pada akhir tahun, menurut data CoinGecko.

Tesla dan Bitcoin

Tesla bergabung dengan jajaran perusahaan yang memegang cryptocurrency terkemuka ketika mengungkapkan telah berinvestasi USD 1,5 miliar atau setara Rp 22,4 triliun dalam Bitcoin pada Februari 2021, berita itu sontak mendorong harga BTC ke rekor tertinggi baru pada saat itu.

Perusahaan menjual 10 persen dari kepemilikan Bitcoinnya pada Q1 2021 untuk membuktikan likuiditas Bitcoin sebagai alternatif untuk menyimpan uang tunai di neraca, dengan penjualan signifikan berikutnya datang pada kuartal kedua 2022 ketika Tesla mengungkapkan mereka telah menjual 75 persen dari kepemilikan Bitcoinnya.

3 dari 4 halaman

ATM Resmi Miliki 234 ATM Kripto Kalahkah Spanyol dan El Salvador

Sebelumnya,  Australia kini memiliki 234 ATM kripto yang beroperasi. Ini menempatkannya Australia di posisi ketiga secara global setelah Amerika Serikat dan Kanada dalam hal banyaknya ATM kripto.

Dilansir dari Cointelegraph, Kamis (26/1/2023), terlepas dari pasar beruang dan pemasangan ATM Bitcoin baru yang mencapai rekor terendah di seluruh dunia, Australia masuk ke dalam tiga negara teratas secara global dengan jumlah ATM kripto terbanyak. Sebelumnya pada awal Januari 2023, Australia berada di posisi keempat, kemudian mereka memasang 16 ATM kripto baru.

Dalam tiga minggu, Australia berhasil mengungguli Spanyol, yang memiliki 222 ATM kripto hingga saat ini. Australia mengerahkan 99 ATM kripto, yang hampir setengah dari jumlah totalnya, hanya dalam tiga bulan terakhir 2022. 

Sejak 1 Januari, Australia telah memasang 16 mesin baru, sementara Spanyol kehilangan 4 mesin ATM dan El Salvador, yang menempati posisi kelima di dunia, belum memasang satu pun ATM baru.

Secara keseluruhan, jumlah ATM kripto di Australia, Spanyol dan El Salvador, hampir tidak dapat menandingi proporsi ATM kripto yang sangat besar di AS. Amerika Serikat adalah rumah bagi 33.387 atau 86,9 persen dari semua ATM kripto di dunia. Bersama dengan Kanada (2.556). 

Pasar beruang kripto selama setahun pada 2022, disertai dengan ketegangan geopolitik dan inflasi global, mengakibatkan pelambatan pada instalasi ATM kripto. Hanya 94 ATM Bitcoin yang ditambahkan antara Juli hingga akhir 2022 ke jaringan global berbeda dengan 4.169 ATM selama paruh pertama 2022.

4 dari 4 halaman

Tesla Ungkap Nilai Kepemilikan Bitcoin pada Kuartal IV 2022

Perusahaan pembuat mobil listrik Tesla (TSLA) kembali mengungkapkan kepemilikan Bitcoinnya pada kuartal empat 2022 dalam laporan pendapatan terbaru, Rabu (25/1/2023).

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (26/1/2023), dalam laporan tersebut, Tesla menjelaskan tidak membeli atau menjual bitcoin selama kuartal keempat 2022. Ini menjadi kuartal kedua berturut-turut Tesla tak menyentuh aset digitalnya.

Nilai aset digitalnya pada akhir kuartal 2022 adalah USD 184 juta atau setara Rp 2,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.939 per dolar AS), turun dari USD 218 juta atau setara Rp 3,2 triliun pada akhir kuartal ketiga 2022 karena penurunan harga bitcoin.

Pada akhir kuartal ketiga 2022, harga bitcoin sedikit di bawah USD 20.000, sedangkan pada akhir kuartal keempat harganya sekitar USD 16.500.

Tesla juga tidak mengubah kepemilikan bitcoinnya pada kuartal ketiga 2022, tetapi pada kuartal kedua 2022 perusahaan mengejutkan beberapa investor dengan menjual bitcoin senilai USD 936 juta atau setara Rp 13,9 triliun, sekitar 75 persen dari total kepemilikannya, untuk mengumpulkan uang tunai karena ketidakpastian atas kasus COVID-19 di Tiongkok yang saat itu kembali meningkat.

CEO Elon Musk mengatakan pada saat itu perusahaan terbuka untuk meningkatkan paparan bitcoin di masa depan dan penjualan tidak boleh dianggap sebagai keputusan buruk tentang bitcoin.

Secara keseluruhan untuk kuartal keempat, Tesla melaporkan laba per saham yang disesuaikan sebesar USD 1,19 atau setara Rp 17.778, dengan pendapatan USD 24,3 miliar atau setara Rp 363 triliun. Pendapatan ini masih berada di bawah perkiraan analis sebesar USD 24,7 miliar atau setara Rp 369 triliun.