Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar Bitcoin yang ada di dunia saat ini tidak aktif atau tidak ada pergerakan transaksi. Jumlah koin yang tidak aktif ini hampir mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa.
Menurut perusahaan analisis blockchain Glassnode, jumlah Bitcoin yang tidak bergerak selama setidaknya enam bulan sebanyak 14,99 juta koin, atau bernilai sekitar USD 370 miliar atau setara Rp 5.638 triliun (asumsi kurs Rp 15.232 per dolar AS) berdasarkan harga saat ini.
Baca Juga
Glassnode mengungkapkan, Angka tertinggi sepanjang masa dari jumlah Bitcoin yang tidak aktif adalah 15,02 juta koin.
Advertisement
Perusahaan blockchain, Arkham Intelligence, menjelaskan hal ini bisa terjadi karena investor Bitcoin kembali berfokus pada keuntungan jangka panjang. Sehingga membiarkan kepemilikan Bitcoin mereka dan tidak menjualnya. Sehingga, Bitcoin mereka hanya tersimpan dan diam di dalam wallet masing-masing.
“Komunitas Bitcoin jelas menjadi lebih berorientasi jangka panjang, berfokus terutama pada holding,” kata CEO Arkham Intelligence, Miguel Morel, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (23/2/2023).
Dibandingkan dengan jaringan Ethereum yang memiliki alat dan layanan membangun komunitas, membuat koin bergerak lebih banyak secara signifikan, sebagian besar untuk mengejar keuntungan.
Pergantian Siklus Perilaku Investor Bitcoin
Glassnode menambahkan dalam laporannya ada pergantian siklus dan perubahan yang nyata dalam pola perilaku investor. Koin yang tidak aktif sebenarnya menjadi semakin tidak mungkin untuk dibelanjakan setelah periode penyimpanan 155 hari.
Glassnode mencatat dalam laporannya aktivitas seperti itu sebelumnya telah diamati di pasar bearish sebelumnya.
Awal bulan ini, alamat dompet Bitcoin yang tidak bertransaksi selama lebih dari satu dekade jika menjual semua kepemilikannya berpotensi untuk mencairkan keuntungan 120.000.000 persen sebesar USD 9,6 juta atau setara Rp 146,2 miliar dalam bentuk Bitcoin.
Bank for International Settlements sebelumnya merilis sebuah laporan yang menyimpulkan investor yang mendapat untung dari membeli kripto adalah trader professional. Mereka menggunakan banyak waktu yang lama atau telah cukup cerdas untuk menjual sebelum penurunan yang signifikan.
Sebagian besar pembeli Bitcoin, menurut laporan BIS, memasuki pasar selama tren kenaikan berjalan ketika harga tinggi, dan investor ini sebagian besar menjual kerugian.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Inilah Wajah-wajah Investor Terkemuka Bitcoin di Dunia
Bitcoin adalah aset digital berbasis blockchain terbesar, dengan kapitalisasi pasar sebesar USD 473,7 miliar atau setara Rp 7.188 triliun (asumsi kurs Rp 15.176 per dolar AS) pada 19 Februari 2023.
Bitcoin sangat populer di kalangan penggemar kripto dan investor spekulatif. Beberapa pemilik bisnis dan pengusaha kaya telah banyak berinvestasi dalam aset digital ini.
Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (22/2/2023), berikut adalah beberapa investor terkemuka di Bitcoin.
Barry Silbert
Barry Silbert adalah pendiri dan chief executive officer dari Digital Currency Group. Perusahaan bertujuan untuk mempercepat pengembangan sistem keuangan global dengan membangun dan mendukung perusahaan bitcoin dan blockchain. Grup Mata Uang Digital telah berinvestasi di 218 perusahaan terkait blockchain dan cryptocurrency.
Grup Mata Uang Digital juga berinvestasi di Grayscale Investments, yang mengelola Bitcoin Trust (GBTC), sebuah sarana investasi yang menampung USD 15,6 miliar atau setara Rp 236,7 juta dalam bitcoin per 19 Februari 2023, yang memberi investor paparan terhadap pergerakan harganya tanpa mengharuskan mereka untuk memegangnya secara langsung. .
Michael Saylor
Salah satu pendiri dan CEO firma intelijen bisnis MicroStrategy, Michael Saylor, percaya cryptocurrency adalah investasi terbesar berikutnya. MicroStrategy meningkatkan kepemilikan bitcoinnya pada 2022 dengan membeli 8.813 bitcoin dengan harga rata-rata USD 32.670 atau setara RP 495,7 juta. Perusahaan memegang total 132.500 bitcoin pada 19 Februari 2023.
Tyler dan Cameron Winklevoss
Cameron dan Tyler Winklevoss adalah investor di beberapa cryptocurrency dan bisnis terkait blockchain, terutama pertukaran Gemini milik pribadi. Mereka diyakini sebagai yang pertama mencapai status miliarder dengan berinvestasi di Bitcoin, dilaporkan memegang sekitar 70.000 koin, menurut Forbes.
Si kembar Winklevoss meluncurkan pertukaran Gemini pada 2015. Perusahaan memungkinkan investor untuk membeli, menjual, dan menyimpan aset digital mereka. Gemini meluncurkan bitcoin berjangka di CBOE Options Exchange (CBOE) pada Desember 2017. Selain bitcoin, mereka banyak berinvestasi di Ethereum, meskipun mereka belum mengungkapkan kepemilikan persisnya.
Elon Musk
Elon Musk adalah CEO dan salah satu pendiri Tesla serta beberapa perusahaan lain. Sebagai perusahaan inovatif yang berdiri di garis depan teknologi, diharapkan memiliki eksposur pada cryptocurrency. Tesla membeli bitcoin senilai USD 1,5 miliar atau setara Rp 22,7 triliun pada 2021 dan mulai menerima Bitcoin sebagai bentuk pembayaran.
Pada laporan tahunan 2022, perusahaan telah mengonversi 75 persen aset digitalnya dengan mengurangi kepemilikan Bitcoin menjadi USD 191 juta atau setara Rp 2,8 triliun.
Michael Novogratz
Pendiri, CEO, dan ketua Galaxy Digital Holdings, broker-dealer yang menawarkan berbagai layanan aset terkait blockchain, Michael Novogratz menempatkan namanya sebagai salah satu beberapa investor terkemuka di Bitcoin.
Galaxy Digital Holdings memiliki kepentingan di hampir setiap aset digital yang memiliki nilai, mulai dari bitcoin hingga NFT. Galaxy Digital berfokus pada aset digital pada kuartal ketiga 2021, ia membeli perusahaan terkait non-fungible token (NFT) senilai USD 62 juta atau setara Rp 941,1 miliar.
NFT adalah aset digital yang menggunakan teknologi blockchain untuk keamanan dan identifikasi kepemilikan. Mereka menjadi populer pada 2021 setelah seni digital yang diamankan dengan teknologi NFT mulai terjual jutaan dolar.
Galaxy melaporkan sekitar USD 2 miliar atau setara Rp 30,3 triliun aset yang dikelola pada hasil kuartal ketiga 2022.
Advertisement