Sukses

Bank Ramah Kripto, Signature Bank Ditutup Regulator

Penutupan ini terjadi setelah perusahaan mengumumkan akan mengurangi eksposurnya ke sektor kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Signature Bank yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS) yang memiliki sejumlah nasabah perusahaan kripto, ditutup pada Minggu, 12 Maret 2023 oleh regulator negara bagian. 

Penutupan ini terjadi setelah perusahaan mengumumkan akan mengurangi eksposurnya ke sektor kripto beberapa bulan lalu. 

Dalam sebuah pernyataan, Inspektur Departemen Layanan Keuangan New York Adrianne Harris mengatakan Federal Depository Insurance Corporation (FDIC) telah mengambil kurator bank tersebut. 

Ini menandai keruntuhan bank ketiga dalam waktu kurang dari seminggu, setelah likuidasi sukarela Silvergate Bank dan penutupan Silicon Valley Bank masing-masing pada Rabu dan Jumat.

Harris mengatakan tindakan itu diambil untuk melindungi deposan. Pernyataan bersama dari Federal Reserve, FDIC, dan Departemen Keuangan AS mengatakan semua nasabah yang menggunakan Signature akan dilindungi.

"Kami juga mengumumkan pengecualian risiko sistemik yang serupa untuk Signature Bank, New York, New York, yang ditutup hari ini oleh otoritas pencarteran negaranya. Semua deposan lembaga ini akan dibuat utuh. Seperti resolusi Silicon Valley Bank, tidak ada kerugian akan ditanggung oleh pembayar pajak," kata pernyataan bersama regulator, dikutip dari CoinDesk, Senin (13/3/2023).

Signature Bank adalah bank komersial yang disewa negara bagian New York dan diasuransikan oleh FDIC, dengan total aset sekitar USD 110,36 miliar atau setara Rp 1.170 triliun (asumsi kurs Rp 15.502 per dolar AS) dan total simpanan sekitar USD  88,59 miliar atau setara Rp 1.373 triliun per 31 Desember 2022.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stablecoin USDC Anjlok Terdampak Penutupan Bank Silicon Valley

Stablecoin USD Coin (USDC) kehilangan pasak dolarnya dan merosot ke level terendah sepanjang masa pada Sabtu, 11 Maret 2023. Ini terjadi setelah Circle, perusahaan Amerika Serikat di belakang koin tersebut, mengungkapkan beberapa cadangan yang mendukung USDC disimpan di Silicon Valley Bank.

Dilansir dari CNBC, Senin (13/3/2023), Circle memiliki USD 3,3 miliar atau setara Rp 50,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.450 per dolar AS) dari USD 40 miliar atau setara Rp 608 triliun cadangan USDC-nya di bank Silicon Valley.

Stablecoin USDC seharusnya memiliki nilai 1:1 dengan dolar AS. Namun pada Sabtu harga koin tersebut turun ke USD 0,88 atau setara Rp 13.596, tak lama koin pulih ke harga USD 0,90 atau setara Rp 13.905. 

Silicon Valley Bank runtuh pada Jumat dalam kegagalan bank AS terbesar sejak krisis keuangan 2008, mengguncang pasar global dan membuat miliaran dolar milik perusahaan dan investor terlantar.

Circle mengatakan dalam sebuah cuitan di Twitter perusahaan dan USDC terus beroperasi secara normal. Sementara ini perusahaan menunggu kejelasan tentang apa yang akan terjadi pada deposan Silicon Valley Bank.

Sementara itu, pertukaran kripto AS Coinbase mengatakan dalam sebuah tweet tidak mengizinkan USDC ditukar dengan dolar AS selama akhir pekan sementara bank tutup. 

Stablecoin adalah cryptocurrency yang dirancang untuk mempertahankan nilai tukar konstan dengan mata uang fiat seperti dolar AS, misalnya melalui patokan dolar AS 1:1. 

Stablecoin digunakan dalam perdagangan cryptocurrency, nilainya melonjak dalam beberapa tahun terakhir. USDC adalah stablecoin terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasarnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.