Liputan6.com, Jakarta Diluncurkan pada 20 Maret 2020, Hive adalah jaringan berbagi informasi terdesentralisasi dengan buku besar keuangan berbasis blockchain yang dibangun di atas protokol Delegated Proof of Stake (DPoS).
Dilansir dari Coinmarketcap, Hive mendukung berbagai jenis aplikasi berbagi informasi. Segudang dapps, API, dan front-end berkontribusi pada aksesibilitas data, transaksi, dan catatan yang umum dan langsung.
Baca Juga
Ini membuat keragaman dan utilitas yang ada ini memastikan ekosistem ramah bagi pembuat konten, konsumen, investor, dan pembangun. Jaringan Hive memiliki token kripto utilitasnya sendiri yang disebut HIVE Coin.
Advertisement
Tujuan Hive
Hive dikembangkan untuk menyimpan konten dalam jumlah besar dan membuatnya tersedia untuk monetisasi berbasis waktu. Contoh penggunaannya seperti media sosial dengan imbalan uang untuk produsen konten, permainan interaktif, manajemen identitas, sistem polling, dan pinjaman mikro.
Kinerja blockchain dirancang untuk skala dengan adopsi mata uang dan platform secara luas. Dengan menggabungkan waktu pemrosesan secepat kilat dan transaksi tanpa biaya, Hive Coin diposisikan untuk menjadi salah satu teknologi blockchain terkemuka yang digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia.
Tata Kelola Hive
Hive didirikan oleh beragam kelompok anggota komunitas, pengembang, dan investor yang percaya pada tujuan bersama desentralisasi. Tidak ada tim yang ditetapkan dan tidak ada perusahaan di belakangnya. Hive tidak berbasis di yurisdiksi tertentu dan memiliki node, pemangku kepentingan, dan kontributor di banyak negara di seluruh dunia.
Hive bergantung pada tata kelola terdesentralisasi, baik untuk pengembangan perangkat lunak maupun untuk keputusan tentang peningkatan protokol, menggunakan protokol konsensus DPOS.
Pasar Kripto Berpotensi Lanjutkan Penguatan, Sentimen Berikut Perlu Dicermati
Pasar kripto mengalami kenaikan sebesar 39,55 persen selama sembilan hari terakhir dimulai dari 11 hingga 19 Maret 2023. Kenaikan yang signifikan ini memiliki potensi untuk terus berlanjut lebih tinggi lagi selama satu minggu mendatang.
Tim riset Tokocrypto mengungkapkan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pasar, seperti rapat FOMC dan pengumuman kebijakan The Fed pada 21-22 Maret 2023.
“The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, tetapi jeda tidak boleh sepenuhnya dikesampingkan jika terjadi tekanan lebih lanjut di pasar keuangan dalam beberapa hari mendatang,” kata tim riset dalam analisis harian yang diterima Liputan6.com, Senin (20/3/2023).
Menurut tim riset, suku bunga acuan ini sangat berpengaruh terhadap aset-aset berisiko seperti pasar kripto.
“Apabila suku bunga acuan ini berada pada angka 4,75 persen. Maka Aset kripto memiliki potensi untuk mengalami kenaikan lebih tinggi lagi,” jelas tim riset.
Advertisement
Kabar Baik
Kabar ini akan sangat menggembirakan bagi aset kripto maksimalis, target kenaikan Bitcoin memiliki potensi hingga USD 28.755 atau setara Rp 442 juta atau setara Rp 15.372 (asumsi kurs Rp 15.372 per dolar AS). Titik harga tersebut merupakan area support bitcoin pada bulan Mei 2023.
Apabila candlestick Bitcoin harian ditutup di atas harga tersebut, maka ada potensi untuk mengalami kenaikan yang lebih tinggi hingga USD 31.667 atau setara Rp 486,8 juta.
“Namun, apabila terjadi penolakan, maka BTC kemungkinan akan mencoba kembali ke area support-nya di harga USD 25.256 atau setara Rp 388,3 juta,” jelas tim riset.
Kemudian, adanya isu masalah dengan bank besar asal Swiss yaitu Credit Suisse. UBS telah sepakat mengajukan penawaran USD 1 miliar untuk mengakuisisi Credit Suisse.
Proposalnya senilai USD 1 miliar merupakan diskon tajam terhadap kapitalisasi pasar bank pada 17 Maret sekitar USD 8 miliar, menurut data kapitalisasi pasar perusahaan.