Liputan6.com, Jakarta - Seiring menguatnya Bitcoin dan kripto lainnya, mendorong harga saham pertukaran kripto Coinbase turut melonjak. Dalam waktu kurang dari dua minggu, saham Coinbase telah naik sekitar 56 persen, melebihi lebih dari USD 83 atau setara Rp 1,2 juta (asumsi kurs Rp 15.301 per dolar AS) per saham, tertinggi dalam enam bulan.
Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (22/3/2023), kebangkitan Coinbase baru-baru ini mencerminkan reli yang lebih luas di pasar kripto. Pada Minggu, 19 Maret 2023, Bitcoin menembus USD 28.000 atau setara Rp 428,4 juta untuk pertama kalinya sejak Juni 2022, karena investor beralih ke aset digital di tengah kekhawatiran krisis perbankan.
Baca Juga
Cryptocurrency lainnya juga naik, termasuk Ether, kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar dan token asli untuk blockchain Ethereum, yang telah naik 20 persen dalam waktu kurang dari dua minggu.
Advertisement
Kenaikan harga saham adalah berita yang disambut baik setelah tahun yang sulit bagi Coinbase, yang melaporkan pendapatan kuartal keempat yang mencakup kerugian bersih sebesar USD 2,6 miliar atau setara Rp 39,7 triliun pada 2022.
Di tengah musim dingin kripto yang berkepanjangan, pertukaran cryptocurrency melaporkan penurunan 50 persen dalam total volume perdagangan dibandingkan dengan 2021.
Perusahaan, yang dipimpin oleh pendiri dan CEO Brian Armstrong, juga telah berjuang melawan lanskap peraturan yang semakin bermusuhan karena Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) serta pemerintah federal telah melakukan tindakan keras kripto yang meluas setelah jatuhnya FTX secara tiba-tiba.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Coinbase Bertemu Regulator Australia, Lampu Hijau Aturan Crypto Lokal
Sebelumnya, Bank Sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) menggelar pertemuan pribadi dengan para eksekutif dari Coinbase, Pertemuan para pihak membahas seputar masa depan regulasi crypto di Australia.
Wakil presiden Coinbase kebijakan internasional, Tom Duff Gordon, yang dilaporkan telah terbang untuk pertemuan tersebut, mengkonfirmasi kepada Cointelegraph bahwa pertemuan tersebut berlangsung dengan Departemen Keuangan di Canberra dan Sydney.
Gordon mengatakan bahwa pertemuan tersebut membahas upaya pemetaan token pemerintah, dan Coinbase juga berbagi wawasan tentang best practices global terkait perizinan dan penyimpanan instrumen tersebut.
Melansir Cointelegraph, Jumat (17/3/2023), pemetaan token oleh Departemen Keuangan Australia diumumkan pada 22 Agustus, dan ditujukan untuk mengkategorikan aset digital dengan cara memasukkannya ke dalam kerangka peraturan yang ada. Makalah konsultasi dirilis oleh Departemen Keuangan pada 3 Februari, di mana Departemen Keuangan meminta umpan balik dari industri crypto.
Gordon memuji upaya dari Departemen Keuangan. Dia mengungkapkan keinginannya untuk melihat aturan tersebut rampung akhir tahun ini
“Tim Departemen Keuangan Australia terus membuat kami terkesan dengan tingkat kecanggihan dan keterlibatan aktif mereka yang tinggi. Latihan pemetaan token Departemen Keuangan Australia memberikan salah satu makalah paling rinci dan bijaksana yang kami temui tentang topik ini, menetapkan landasan yang kuat untuk draf peraturan mereka yang akan datang untuk pertukaran dan penjaga crypto,” kata Gordon
Sebaliknya, salah satu pendiri dan CEO Coinbase Brian Armstrong mengkritik pendekatan regulasi crypto di Amerika Serikat.
Dia menggemakan pendapat bahwa Securities and Exchange Commission (SEC) sengaja mengatur dengan penegakan dan mengklaim bahwa SEC ingin perusahaan untuk mendaftar dengan mereka, meskipun tidak ada cara untuk mendaftar.
Advertisement
Mengenal Apa Itu Coinbase, Perusahaan Tukar-Beli Kripto
Sebelumnya, saat ini coinbase tengah ramai menjadi pembicaraan publik di mana-mana. Coinbase sendiri ternyata sebuah nama perusahaan yang bergerak dalam bidang pertukaran kripto dan berlokasi di Amerika Serikat.
Para nasabah pengguna Coinbase mempercayakan perusahaan ini dalam melakukan pertukaran kripto karena sudah sangat terpercaya. Meskipun begitu layanan dari Coinbase saat ini belum bisa digunakan di Indonesia.
Adapun baru-baru ini Coinbase memutuskan untuk menangguhkan perdagangan stablecoin Binance USD (BUSD). Kabar ini pun sudah diumumkan di media sosial resmi mereka dan penangguhan dimulai 13 Maret 2023.
Apa Itu Coinbase?
Meskipun di Indonesia tidak bisa diakses perusahaan Coinbase ini sudah menjadi perusahaan pertukaran kripto yang terpercaya. Adapun melansir dari situs resminya perusahaan ini menjadi sebuah platform dalam membeli, menjual, mentransfer, serta menyimpan mata uang kripto.
Kehadiran Coinbase menjadi sebuah platform perdagangan yang menjadi wadah atau dompet mata uang kripto. Pembuat Coinbase sendiri didirikan oleh Brian Amstrong dan Fred Ehrsam dimana Brian dulu seorang mantan engineer Airbnb dan Fred mantan trader di bank investasi AS Goldman Sachs.
Perusahaan ini semakin populer di kalangan masyarakat terutama setelah tren kripto semakin berkembang. Tak hanya itu penggunanya juga dapat membeli mata uang kripto tersebut dengan rekening bank ataupun debit card.
Tak hanya sebagai wadah untuk pertukaran Kripto saja Coinbase juga bisa membantu para investor dalam mempelajari jenis-jenis dari Kripto. Bahkan, juga dapat melihat nilai aset Kripto yang dimiliki nasabah tersebut setiap saat.
Perusahaan ini tidak hanya mempunyai website resmi saja, tetapi juga menawarkan aplikasi pada nasabahnya. Aplikasi tersebut dapat diunduh baik menggunakan ponsel berbasis iOS ataupun android.