Liputan6.com, Jakarta - Belgia bakal mengatur iklan terkait kripto. Dalam aturan baru, iklan kripto di Belgia harus akurat dan memperingatkan investor tentang risiko yang bisa terjadi jika berinvestasi kripto.
Peraturan yang diterbitkan dalam Lembaran Negara Resmi Belgia pada Jumat,17 Maret 2023, berarti setiap kampanye media massa untuk mempromosikan mata uang digital harus diserahkan ke Otoritas Jasa Keuangan dan Pasar Belgia (FSMA) 10 hari sebelumnya.
Baca Juga
"Mata uang virtual sedang populer saat ini, tetapi melibatkan risiko yang cukup besar. Mereka sering mengalami fluktuasi harga yang liar dan rentan terhadap penipuan dan risiko terkait TI,” kata FSMA, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (24/3/2023).
Advertisement
Peluang untuk menghasilkan uang dengan cepat dikutip sebagai alasan utama mengapa orang berdagang dalam mata uang virtual, dan investor tidak terpengaruh oleh musim dingin kripto atau runtuhnya pertukaran kripto FTX , menurut sebuah studi FSMA.
Aturan baru, yang akan berlaku pada 17 Mei, mengharuskan iklan menyatakan satu-satunya jaminan dalam kripto adalah risiko. Belgia bergabung dengan negara-negara Eropa seperti Spanyol dan Inggris dalam memberlakukan pembatasan pada kampanye publisitas, yang seringkali mencerminkan yang sudah ada untuk keuangan tradisional.
Inggris lebih dulu telah membatasi iklan kripto dan melarang penyediaan layanan oleh operator yang tidak sah. Langkah-langkah tersebut, sekarang secara resmi termasuk dalam RUU Layanan dan Pasar Keuangan pemerintah.
Inggris Ingin Jadi Pusat Kripto
RUU ini disepakati oleh Komite RUU Inggris, meskipun ada kekhawatiran dari industri langkah tersebut dapat mempersulit persetujuan iklan.
Pada April 2022, Rishi Sunak pada saat itu menjabat sebagai menteri keuangan, mengatakan dia ingin menjadikan negara itu sebagai pusat kripto dan pemerintah telah melanjutkan agenda pengaturannya.
Ketika Sunak menjadi perdana menteri Inggris, itu memberinya kekuatan untuk mewujudkan hal tersebut.
Kemudian pada 25 Oktober, menteri Andrew Griffith mengatakan kepada anggota parlemen tindakan itu memberinya kekuatan untuk mengatur serangkaian aktivitas kripto yang lebih luas di luar stablecoin, seperti aktivitas yang berkaitan dengan perdagangan dan investasi aset kripto.
Advertisement
Ternyata, Runtuhnya Perbankan di Amerika Serikat Jadi Nasib Baik buat Kripto
Sebelumnya, reli yang terjadi di pasar kripto banyak dipengaruhi oleh gejolak krisis perbankan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Harga Bitcoin (BTC) pun sempat melampaui angka USD 28.000 atau setara Rp 429,6 juta (asumsi kurs Rp 15.344 per dolar AS) yang merupakan harga tertinggi selama sembilan bulan terakhir.
Public Relations Tokocrypto, Bianda Ludwianto mengatakan runtuhnya bank merupakan sentimen positif untuk aset kripto, terutama Bitcoin. BTC dikembangkan dengan tujuan sebagai layanan peer-to-peer transaksi dan lahir dari ketidakpercayaan Satoshi Nakamoto terhadap krisis bank-bank pada 2009.
“Krisis terhadap bank-bank besar bisa menimbulkan efek domino ke market kripo, baik itu positif maupun negatif. Hal positif adalah tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank akan menguntungkan aset kripto sebagai tempat penyimpanan aset mereka. Ini akan meningkatkan akumulasi dan pembelian aset yang mendorong market kripto reli,” kata Bianda kepada Liputan6.com, Selasa (21/3/2023).
Bianda menambahkan, di samping itu belajar dari kasus krisis bank AS saat ini, di mana The Fed dan otoritas lembaga keuangan AS lainnya mengeluarkan dana talangan, dapat menstimulasi market kripto.
Picu Hiperinflasi
“Dana talangan yang diberikan memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan mencetak duit baru untuk mendanai bailout perbankan, yang pada gilirannya akan menurunkan nilai mata uang terutama dolar AS dan menaikan market kripto,” kata Bianda.
Krisis Perbankan Memicu Hiperinflasi
Bianda menjelaskan, krisis perbankan AS akan juga akan memicu skenario hiperinflasi. Apabila suku bunga mengalami penguatan maka aset-aset berisiko akan mengalami pelemahan.
Begitu juga sebaliknya. Dengan pelemahan suku bunga acuan, maka para investor akan mencoba untuk mengalihkan sebagian aset nya ke aset lebih beresiko atau banyak trader yang menunggu suku bunga acuan bank mulai menurun.
“Sisi negatifnya, perlu diingat bahwa saat ini banyak perusahaan pencetak stablecoin menyimpan reserve USD/fiat mereka di bank. Itu artinya jika bank yang digunakan oleh perusahaan stablecoin collapse. Maka akan memberikan sentimen negatif, seperti yang terjadi pada stablecoin USDC,” pungkas Bianda.
Advertisement